2 hari kemudian...
"Pelan-pelan Prilly! Kondisimu baru pulih!" Tegur Ali yang melihat Prilly sedang memegang balon sambil berlarian dikoridor rumah sakit. Bukan karena apa-apa, Ali sangat mengkhawatirkan kondisi Prilly. Apalagi setelah tau semuanya.
"Jalanmu lambat sekali, Ali! Lihatlah, aku sudah berdiri tepat 25 meter darimu!" Ucap Prilly setengah berteriak. Begitulah Prilly. Sedikit bandel memang.
"Vater dan Mutter menugaskanku untuk menjaga bidadarinya. Dan aku harus menjalani kewajiban itu. Makanya jangan jauh-jauh dariku agar aku bisa terus memantaumu!" Ujar Ali segera menyusul langkah Prilly.
"Mama dan Papa kemana? Apakah mereka ada urusan penting?" Tanya Prilly setelah Ali sudah berdiri tepat dihadapannya. Ali mengangguk.
"Orang tua kita ada meeting penting dengan petinggi perusahaan lain. Merencanakan kerjasama mungkin." Jelas Ali.
"Kapan kamu menginap dirumahku lagi? Aku sangat rindu dengan masa-masa itu." Ucap Prilly lirih. Ali menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangan Prilly.
"Hari ini aku menginap dirumahmu. Jangan bersedih, Princess." Jawab Ali lalu tersenyum amat manis. Prilly bahagia mendengarnya. Ia melompat-lompat lalu memeluk tubuh Ali yang notabane nya lebih tinggi dari tubuhnya.
"Lepaskan tanganmu dari leherku. Aku bisa mati jika terus seperti ini." Ucap Ali diakhiri dengan kekehannya. Prilly langsung melepas lingkaran tangannya dan tersenyum balik ke Ali.
"Apa kita harus terus berdiri disini?" Sindir Ali. Prilly terkekeh.
"Hehe ayo kita pulang!" Ajak Prilly yang kemudian menarik tangan Ali menuju parkiran.
***
"Akhirnya!! Home sweet home!!" Teriak Prilly didalam rumahnya yang terlihat sangat sepi.
"Duduk dulu, Prill. Kita baru sampai." Tegur Ali. Namun Prilly tak menggubrisnya.
"Aku sudah lelah duduk di jok mobil yang terasa sangat keras itu." Ucap Prilly. Ali hanya bisa menghembuskan napasnya pelan. Sahabatnya ini memang sangat sulit untuk dikasih tau.
Ponsel Ali bergetar menandakan ada pesan masuk. Ali menekan beberapa tombol dan muncul pesan dari seseorang.
Jaga Prilly. Sayangi dia layaknya saya sayang sama dia. Kamu adalah satu-satunya lelaki yang saya percaya untuk menjaga anak saya. Titip anak dan istri saya.
Perasaan Ali tidak enak setelah membaca pesan itu. Vater. Nama itulah yang terlintas dipikiran Ali. Ali memejamkan matanya dan berdoa agar pikiran buruknya tak terjadi. Semoga.
Anggap banyak yang liat, vote, dan komen. Biar semangat~
KAMU SEDANG MEMBACA
Ich Liebe Dich
FanfictionKita udah sahabatan dari kecil. Kamu yakin perasaan kamu buat aku lebih dari itu? -Prillyana Iracebeth Azhscarf Aku tau, perasaan ini emang ga wajar. Tapi aku akan berusaha meyakinkan kamu bahwa aku benar benar serius dengan perasaan ini. -Fernando...