Jagain Bidadari

2.3K 223 2
                                    

Prilly sudah terbangun dari pingsannya. Yang pertama kali ia lihat adalah lampu yang sangat menyilaukan matanya. Ia tau bahwa ini rumah sakit.

"Hai, bidadari." Panggil seseorang dengan pakaian sterilnya.

"Ali?" Yup! Orang itu adalah Ali. Sahabat terdekat Prilly.

"Bagaimana kondisimu? Masih pusing tidak?" Tanya Ali penuh perhatian sambil mengusap lembut rambut Prilly.

"Sedikit. Yang lain kemana?" Tanya Prilly balik.

"Vater dan Mutter pulang kerumah, tapi mereka kesini lagi nanti. Kalo Mama dan Papa sedang membeli makanan dikantin. Kamu tidak menanyakanku?" Ucap Ali panjang lebar.

"Buat apa aku menanyakanmu? Toh kamu berada didepanku sekarang." Jawab Prilly santai.

"Maksudku, kamu tidak menanyakan kabar diriku hari ini? Baik kah atau buruk kah?" Jelas Ali.

"Ali, bagaimana kabarmu hari ini?" Tanya Prilly lembut.

"Tadinya tidak baik. Tetapi setelah kamu sadar, kabarku sangat baik saat ini." Jawab Ali dengan senyum pepsodent nya.

"Ali, aku pingsan berapa lama?" Tanya Prilly. Ali tampak berpikir dengan jarinya yang mengetuk-ngetuk kepala.

"Sekitar 3 jam. Kenapa memangnya?"

"Tidak apa-apa. Hanya bertanya saja." Jawab Prilly.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Tampaklah 2 orang paruh baya menghampiri Prilly dengan perasaan bahagia.

"Prilly! Kamu sudah sadar, Nak?" Tanya Mama. Prilly mengangguk dan tersenyum.

"Sudah, Ma. Maaf ya, Prilly sudah merepotkan kalian semua." Ucap Prilly.

"Tidak ada yang merasa direpotkan disini. Kamu dan orangtuamu sudah seperti keluarga untuk kami. Sudah sewajibnya Mama, Papa, dan Ali turut membantu orangtuamu untuk menjaga gadis cantiknya ini." Jelas Mama sambil mengusap lengan Prilly. Baginya, Prilly sudah seperti anaknya sendiri.

"Benar kata Mama, Prill. Kamu sangat berharga untuk kita. Saat kamu pingsan tadi, Ali sampai rela membopongmu sampai rumah. Kita semua sangat sayang sama kamu. Jadi kalau kamu ada perlu apa-apa, jangan segan-segan untuk kasih tau kita. Inshaallah, akan kita bantu." Ucap Papa.

"Ali, Mama dan Papa mau pergi dulu bersama Vater dan Mutternya Prilly. Kamu jaga Prilly, ya." Ucap Mama.

"Tidak usah Mama bilang seperti itu juga aku akan menjaga bidadari." Jawab Ali sambil tersenyum manis ke arah Prilly.

"Anak kita sudah besar ya, Ma. Sudah mengerti tentang 'RASA CINTA'." Ucap Papa yang menekankan kata 'rasa cinta'. Ali maupun Prilly hanya bisa tersenyum salting.

"Yuk, Pa. Kita pergi. Biarkan 2 anak ini PDKT." Ucap Mama yang diangguki oleh Papa.

Mereka berdua pun meninggalkan ruang rawat inap VVIP yang ditempati Prilly.

Ali lalu menempati posisi duduk tepat disamping kiri Prilly. Tangannya terulur mengusap-usap pipi chubby Prilly.

"Kita bersahabat, tapi rasanya seperti pacaran saja." Ucap Ali diiringi dengan kekehannya.

"Kamu sayang sama aku?" Tanya Prilly.

"Tentu." Jawab Ali mantap.

"Sayang sebagai sahabat, kan?"

Otak Ali tiba-tiba berhenti bekerja sejenak. Ia bingung dengan perasaannya. Perasaan aneh itu mengalir begitu saja seiring waktu.

"Kenapa diam?" Tanya Prilly lagi. Ali tersenyum manis pada gadis dihadapannya. Senyuman yang hanya Ali tujukan untuk Prilly.

"Dengar ya, tidak perlu lagi kamu tanyakan rasa sayangku untuk kamu. Aku sangat menyayangimu. Tapi untuk sekarang, aku masih belum begitu yakin dengan perasaan aneh yang begitu saja menjalar dihatiku seiring berjalannya waktu. Tapi aku janji, suatu saat nanti, kamu bisa menjadi bagian terindah dalam hidupku." Jelas Ali yang diakhiri dengan mencium kening Prilly cukup lama. Ali yakin, waktu akan menjawab semua pertanyaan ragu didalam hatinya maupun hati Prilly.

















Gadanta, gaseru, ga berfaedah, itulah kata2 yg pas buat cerita ini.

Kalian yg baca, tolong vote, ya. Hargai karya si penulis. Ok? Belajarlah untuk menghargai orang lain.

Ich Liebe DichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang