Sweet~ (2)

2.8K 264 3
                                    

Sampai ditaman, Ali dan Prilly mengambil tempat duduk di bangku sebelah lampu taman. Tangan Ali senantiasa merangkul Prilly seperti saat masih kecil. Orang-orang sekitar yang melihat mereka merasa iri dengan Ali maupun Prilly.

"Ali. Kenapa semua orang itu melihat kita dengan tatapan memuja? Oh tidak, mereka pasti hanya melihatmu." Ucap Prilly sambil menatap balik mereka dengan tatapan bingungnya. Ali tersenyum lalu mencium rambut Prilly yang wanginya tidak pernah berubah.

"Kamu tidak pernah mengganti shampo, ya? Wanginya masih sama dari 11 tahun lalu." Ucap Ali mengalihkan pembicaraan. Prilly merasa kesal karena ucapannya tidak direspon.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Alibaba." Ujar Prilly memperingati sahabatnya.

"Mereka iri lihat kemesraan kita berdua. Biasa lah mereka kan jomblo." Jawab Ali. Prilly mengerutkan dahinya.

"Jomblo itu apa?" Tanya Prilly polos. Ali baru teringat jika Prilly tidak tau semua bahasa yang sering digunakan di Indonesia.

"Orang yang masih sendiri, belum memiliki pacar." Jelas Ali.

"Berarti aku jomblo dong?" Tanya Prilly.

"Aku juga." Ucap Ali.

"Kita kan sama-sama jomblo, gimana kalau pacaran saja?"

Pletak!

Prilly menjitak pelan dahi Ali setelah Ali mengucapkan kalimat barusan.

"Kok dahi aku dijitak?" Tanya Ali tak tau dimana letak kesalahannya.

"Mulut kamu sepertinya perlu dijahit agar tidak lagi berbicara yang aneh-aneh. Kita sahabat. Mana mungkin bisa berpacaran?"

Hati Ali seakan tergores silet. Ucapan Prilly tadi benar-benar menyeruak dibenaknya. Ali hanya bercanda tadi. Apa memang tidak ada kesempatan baginya untuk mendapatkan kasih sayang lebih dari sekedar sahabat?

"Ali?" Ucap Prilly ketika pandangan Ali berubah menjadi sayu. Prilly benar-benar menyesal dengan ucapannya barusan. Tapi apa Ali begini karena ucapannya?

"Maafkan ucapanku.." Ucap Prilly lirih kemudian memeluk erat tubuh Ali dari samping.

"Ucapanmu benar. Kita hanya sahabat." Ucap Ali lalu melepas pelukan Prilly.

Prilly kaget bukan main. Tak biasanya Ali seperti ini. Ali yang ia kenal adalah Ali yang gemar dipeluk olehnya.

"Aku baru saja pulang dari Jerman. Tadinya aku ingin berkeliling Jakarta denganmu. Tapi melihatmu sekarang, aku tidak bisa pastikan agendaku terpenuhi." Ucap Prilly lalu beranjak dari kursi taman namun berhasil ditahan oleh Ali. Ali memeluk tubuh Prilly dari belakang. Menghirup aroma wangi dari bahu Prilly. Ali yakin, Prilly memakai parfum kesukaannya.

"Agendamu pasti terpenuhi. Mau aku temani kemana, nona?" Tanya Ali seraya melingkarkan kedua tangannya dipinggang Prilly.

"Kamu tidak marah?" Tanya Prilly balik. Namun matanya tidak menatap mata Ali.

"Kalau bertanya, tatap mata orangnya dong." Ucap Ali. Prilly pun menoleh ke arah samping. Tapi sepertinya wajah Ali terlalu dekat dengan leher Prilly sehingga saat Prilly menoleh, hidung mereka saling bersentuhan.

Jantung mereka berdegup tak karuan. Terasa getaran aneh dalam diri masing-masing ketika menatap mata satu sama lain. Namun, sebisa mungkin mereka terlihat biasa saja. Perasaan ini terlalu cepat untuk mereka rasakan.

"Jadi, mau kemana?" Tanya Ali sambil tetap pada posisinya. Sementara Prilly, ia sudah menghadapkan wajahnya ke arah depan berusaha menahan guratan merah dipipinya.

"Terserah kamu." Ucap Prilly masih malu-malu untuk menatap mata tajam Ali.

"Kalo aku bawa kamu ke pelaminan, kamu mau tidak?" Goda Ali yang mampu membuat Prilly blushing.

"Cieeeeee sahabatku yang cantik ini blushing.." Goda Ali lagi sambil menoel-noel pipi Prilly yang memerah akibat blushing.

"Ali!! Sudah cukup!! Pipiku seperti kepiting rebus!" Rengek Prilly manja. Ali semakin melancarkan aksinya untuk menggoda Prilly. Ali pun akhirnya melepaskan lingkaran tangannya dan berjalan ke arah depan *pokonya jalan dan berhenti tepat didepan wajahnya Prilly*.

Ali menatap mata hazel milik Prilly tanpa kedip. Lagi dan lagi, Prilly tidak bisa menahan guratan merah dipipinya.

"Kamu cantik jika blushing seperti itu. Aku suka." Ucap Ali tulus sambil tetap menatap wajah Prilly tanpa kedip. Kali ini, Ali serius dengan ucapannya.

"Ish Ali!! Jangan menatapku seperti itu!!" Ucap Prilly malu lalu menutup wajahnya dengab kedua telapak tangannya.

"Prill. Kalau suatu saat aku melamarmu didepan seluruh keluarga kita, apakah kamu menolaknya?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari bibir Ali. Prilly menatap wajah Ali. Apakah Ali serius dengan ucapannya?

"Aku tidak tau." Hanya itu yang bisa Prilly ucapkan. Ia bingung harus menjawab apa.

"Beberapa tahun lagi, aku janji." Ucap Ali lalu mencium kening Prilly cukup lama.

"Kita sahabat, Li." Ucap Prilly.

"Memang kenapa? Apa salah kalau melamar sahabat sendiri? Jodoh tidak ada yang tau, kan." Balas Ali.

"Tapi kalau keluarga kita tidak setuju, bagaimana?" Tanya Prilly. Ali tersenyum lalu mengusap lembut pipi Prilly.

"Bagaimana kamu bisa tau kalau kita tidak coba bilang? Hari ini kita emang masih berstatus sahabat. Tapi kamu harus ingat, beberapa tahun lagi, kamu resmi menggunakan marga Syarief." Ucap Ali mantap.

"Dan kalau aku menolak lamarannya bagaimana?" Kali ini giliran Prilly yang menggoda Ali.

"Aku akan membuatmu mengandung anak kita." Ucap Ali dengan nada sinis yang dibuat-buat. Prilly merasa skak mat sekarang. Tubuh Ali sangat dekat dengan dirinya. Hembusan napas Ali bahkan sudah berhasil menyapu wajah mulusnya.

Ketika Prilly ingin berdiri, tangan Ali mampu menahannya. Prilly benar-benar merinding sekarang.

Tapi tiba-tiba, Ali justru menggendong Prilly dan memutar-mutarkan tubuh Prilly diudara.

"Aku tidak akan merusakmu. Kamu perempuan, sudah semestinya dilindungi oleh kaum laki-laki. Bukan dirusak." Bisik Ali tepat ditelinga Prilly saat gendongannya terlepas.

Prilly tersenyum mendengar penuturan Ali. Ia yakin, sahabatnya ini tidak akan berbuat yang aneh-aneh padanya.

"Karena aku sayang sahabat hidupku ini." Lanjut Ali.

"Aku juga sayang Alibaba ku yang satu ini." Balas Prilly.

Sesaat kemudian, mereka tertawa bersama ditengah taman dan tidak peduli dengan tatapan iri orang-orang sekitar. Karena yang mereka tau, bahagia itu sederhana.




















Ga nyambung banget.

Ich Liebe DichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang