Epilogue pt. 3

6.8K 1.1K 120
                                    

acara syukuran yang digelar di kediaman keluarga kang enggak jauh-jauh dari kegiatan makan dan sekadar ngobrol-ngobrol. karena yang diundang kebanyakan cowok, ada sih ceweknya cuma beberapa dan itu pun anak polinema juga. jadi biarpun cowoknya pada bercanda enggak jelas, ceweknya masih bisa nyambung.


jiwoo yang sedari tadi juga ada di ruang tengah duduk sebelahan sama sejeong dan woojin. mereka ngobrolin banyak hal. sejeong orangnya asik banget kayak temen yang udah lama kenal. sedangkan woojin sedari tadi sibuk mainin origami burung yang berhasil dia buat dengan bimbingan dari sejeong.


dari semua temen cewek yang daniel undang, jiwoo enggak menemukan presensi jenny ada di salah satu dari mereka. padahal dia udah penasaran banget bentukan jenny di dunia nyata kaya gimana.


hidangan yang disediakan masih tersisa banyak, tapi perut para undangan sudah pada begah.

"woy yang bungkus woy, serbu buruan!" pekik daniel yang cuma ditanggapi senyuman oleh teman-temannya. "jangan pada sungkan, elah... kalo sama gue enggak usah pake pencitraan." 

"tuh, tuh, si yongguk mukanya ngarep." celetuk seongwoo.

"malu tuh dia enggak ada temennya buat ngambil." tukas jisung.

"halah lo bilang aja mau ngambil juga tapi enggak ada temennya!" yongguk yang jadi bulan-bulanan pun tidak terima dituduh tanpa bukti oleh jisung.

"udah sana kalo mau bungkus buruan, masa iya kudu gue seret dulu?!" sahut daniel. akhirnya kedua temannya itu pun berdiri dan kembali menuju meja makan untuk membungkus lauk dengan saling dorong. 


"eh itu, cewek-ceweknya. bungkus tuh kuenya, masih banyak. ayo chung, bungkus buruan biar lo gemukan dikit enggak cungkring begitu. prihatin gue." daniel mengajak salah satu temennya yang bernama chungha bicara.

"gue body goals gini lo kata cungkring!" chungha mencibir.

"ayo nay, bungkus aja..." kata daniel pada rekannya di radio kampus itu.

"gue bawa pulang bronisnya ya. aduh kapan lagi kenyang amanda gratis."

"bawa aja bawa, buat cowok lo juga bawain sekalian." daniel mempersilakan. sok iye banget dah. tapi daripada mubazir, mending dia koar-koar semua orang buat bungkus makanannya.


"anjir, malu-maluin banget deh si daniel." sejeong geleng-geleng kepala.

"yang punya rumah mah bebas kak, hahaha." jiwoo menanggapi dengan santai. sebenernya dia juga enggak habis pikir sama keributan yang daniel buat. tapi kan maksudnya dia juga baik ya udah lah senyumin aja.


satu per satu teman yang daniel undang pamitan pulang. daniel enggak berhenti mengucapkan terima kasih buat siapa pun yang udah dateng. waktu jiwoo dan seongwoo jalan bareng buat pamit, tiba-tiba daniel menghalangi mereka.

"bang, mama masih mau ngobrol sama jiwoo. lo balik aja dulu, nanti jiwoo gue yang anter." kata daniel.


jiwoo yang enggak tau apa-apa pun langsung kaget. seongwoo menoleh.

"gimana? kamu pulang bareng daniel aja nanti?" tanya seongwoo pada sang adik. tapi bukannya langsung menjawab, jiwoo malah menggembungkan pipi. dia menatap ke arah daniel yang juga sedang memfokuskan pandang ke arahnya, seolah berkata iyain aja, percaya deh sama kakak.

"ya udah kak seongwoo pulang dulu aja." ucap jiwoo lirih. setengah enggak tega nyuruh seongwoo balik sendiri.

"yang sopan ya sama orang tua." titah seongwoo sambil mengacak poni adiknya. "balik dulu ya niel, makasih makanannya." pungkas seongwoo.


"ngobrol apa sih kak? aku kan malu." kata jiwoo.

"enggak tau, mama sendiri yang nyuruh kamu buat jangan pulang dulu." daniel menjawab seadanya. "ayo masuk lagi." ajak daniel seraya menggenggam tangan mungil milik jiwoo.


sesampainya di ruang tamu, ternyata masih ada beberapa teman yang belum pulang. mana bukan temen sekelas daniel lagi, udah pasti jiwoo enggak kenal. kalo daniel dan dia duduk di situ sambil nunggu mamanya selesai beberes, pasti bakalan canggung.

"mau nunggu di kamar kakak aja enggak?" tawar daniel.

"ENGGAK!!!" tolak jiwoo mentah-mentah. dia agak trauma sama tempat yang ada kasurnya. takut-takut dinakalin lagi sama daniel. sebenernya enggak takut sih, cuma bapernya itu loh yang berkepanjangan. deru napasnya, rasa bibirnya, bahkan sentuhan lembutnya masih jiwoo ingat sampe sekarang.

"ihh, galak..." 


daniel pun akhirnya menyuruh jiwoo menunggu di tempat yang tadi sejeong dan woojin gunakan untuk belajar origami.

"kamu tadi kayaknya akrab banget sama sejeong?" tanya daniel.

"ya enggak papa, lagian kak sejeong orangnya asik."

"ya udah bagus kalo rukun." 

"KAKAK NGOMONG APA?!" jiwoo langsung mendelik setelah mendengar ucapan terakhir daniel.

"la emangnya yang salah?" daniel garuk-garuk kepala kebingungan.

"ya jangan pake bahasa rukun dong, kayak yang punya istri dua aja!"

"ah, mau istri berapa aja tetep dek jiwoo kok yang paling kakak sayang." daniel meraih punggung tangan jiwoo untuk ia ciumi. namun bukannya tersipu atas perilaku romantis daniel, jiwoo malah dengan penuh emosi menjambak rambut coklat daniel.


"aduh sakit, aduhhhh!!!" daniel memekik.

"aku cekokin racun kalo sampe kakak ngeduain aku!" hardik jiwoo yang semakin kuat menjambak rambut daniel. namun bukan daniel namanya kalo tenaganya enggak lebih kuat dari jiwoo. segera daniel memegang pergelangan tangan jiwoo dan membuat cewek itu melepas jambakannya. kemudian daniel mendongak, dengan gerakan cepat menggigit hidung jiwoo.


belum sempat jiwoo bernapas dan kembali ke kesadaran yang hakiki(?) daniel langsung menarik tubuh jiwoo ke pelukannya. "kamu kalo udah bawel tuh tandanya minta dipeluk dek."

"kak daniel, lepasin! nanti kalo ketahuan mama gimana?" decak jiwoo.

"udah, tenang aja... paling juga nanti kita langsung dinikahin." 


TBC

woyy banyak banget TBCnya woooyyyyyyy!!!!!!

((( ya gini kalo mau end tapi ga ikhlas )))

Oh Little Girl • kang daniel [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang