✔Chapter 20 (End)

985 123 48
                                    

Bangun di pagi hari, aku langsung membersihkan mukaku yang berantakan. Lalu turun menuju ruang makan.

Aku bingung, sepi sekali ruang makan ini. Tidak ada salah satu sauda--

"Astaga. Kau tidak lagi berada di rumah itu Niall." rutukku bodoh.

"Hei Niall, selamat pagi." sapa Dad Bobby yang baru saja datang.

"Selamat pagi juga Dad."

"Nah, kau duduk saja di sini ya, aku yang akan memasak. Kau tahu aku lumayan pandai memasak. Hahaha." ujar Dad Bobby sambil memegang pundakku dan menyuruhku duduk di kursi.

"Okay."

Selama makan, sesekali kami hanya membicarakan hal-hal ringan. Setelah itu hening dan tidak ada yang bersuara selain dentingan garpu dan sendok kami.

Ini berbeda jelas, seperti disaat Louis yang berbuat keusilan atau lelucon garing milik Harry. Aku jadi ingat mereka lagi. Otakku penuh dengan mereka, hatiku membludak.

"Dad. Bolehkah aku meminta satu hal padamu?" tanyaku.

"Ya, apa itu?"

"Begini," aku menghela nafasku. Sebenarnya aku merasa ragu saat mengatakan hal ini.

"Karena aku telah di besarkan oleh keluargaku yang disana. Bolehkah aku tinggal bersama mereka saja? Sejak kecil aku telah hidup dan besar disana bersama Dad, Mom, dan keempat saudara lelakiku. Hampa rasanya, jika aku jauh dengan mereka. Maafkan aku. Dad, bukannya aku ingin bersikap kurang ajar padamu karena tidak akan tinggal di rumah ini. Tetapi jika kau tidak memperbolehkan maka aku akan menerimanya." aku menjelaskannya dengan pelan-pelan berharap dia akan mengerti dan tidak salah paham.

Setelah beberapa menit tidak ada respon darinya, aku beranjak dari dudukku. Berniat mengambil piringku dan mencucinya. Aku sedikit kecewa, ternyata dia tidak memperbolehkanku.

"Niall," panggilnya, membuat aku duduk kembali.

"Memang mereka telah berjasa karena telah memberikan kasih sayang dan fasilitas padamu, yang seharusnya itu tugasku. Aku juga mengerti jika kau telah mengikat jalinan kasih sayang dan kekeluargaan dengan mereka. Disana kau mempunyai sosok ayah, ibu, dan juga banyak saudara. Akan terasa egois jika aku melarangmu untuk tinggal dengan mereka ... Aku memperbolehkanmu Niall, untuk tinggal dengan mereka. Sebenarnya aku sudah senang sekali jika aku telah bertemu denganmu dan mengaku jika aku orang tua kandungmu. Walaupun aku juga malu dan menyesal di saat yang bersamaan."

Aku senang sekali. Aku tidak menyangka jika Dad Bobby mengijinkanku. Aku langsung berjalan kearahnya dan duduk disampingnya.

"Terima kasih." ucapku sambil memeluknya, dia mengangguk sambil tersenyum.

"Aku tidak akan melarangmu Niall. Kau punya hak untuk memilih."

"Aku bersyukur mempunyai orang tua sepertimu, aku menyayangimu. Terima kasih. Dalam seminggu aku akan menginap disini sekitar dua sampai tiga hari. Bagaimana Dad?" tanyaku, raut wajahnya langsung terkejut.

"Kau serius?" tanyanya sambil tersenyum.

"Ya. Tentu saja." Kami langsung berpelukan sekali lagi. Pelukan seorang ayah dan putranya.

****

Saat ini aku sudah berada didepan pintu rumah yang aku rindukan. Sejak tadi aku tidak berhenti tersenyum, lalu ku pencet tombol bel.

"Iya! Sebentar." suara cempreng seseorang berteriak di sana. Pintu mulai terbuka dan sekarang Louis berada di depanku.

"Niall!" Louis langsung memelukku singkat.

I'm Here ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang