Ayah...
Bahkan nama itu sudah terdengar asing di telinga Mou.
"Mou?" Mou pun langsung tersadar lalu mengambil ponselnya yang tidak sengaja Mou jatuh kan tadi.
"Iya bun, nanti Mou pulang cepet" jawab Mou rada sedikit bergetar saat mengatakannya.
"Oke ati ati di jalan ya" ucap bundanya.
"Iya bun" jawab Mou, telfon tersebut pun diputus oleh bundanya. Mou mengusap muka nya pelan lalu menancap gas mobil nya keluar pekarangan sekolah.****
Mou memarkirkan mobil nya di samping mobil bundanya. Mou hanya berdiri di samping pintu tanpa berani masuk ke dalam. Bundanya yang sudah menyadari bahwa Mou sudah datang pun menyuruh Mou masuk.
"Mou ngapain disitu ayo masuk" ucap bundanya dari ruang tamu.
"Iya bun sebentar" jawab Mou pelan lalu pura pura mengambil sesuatu di dalam mobilnya. Mou memantap kan dirinya untuk masuk ke dalam rumah.
"Sini Mou duduk dulu" ucap bundanya, Mou menggeleng pelan."Mou mau mandi sama ganti baju dulu" jawab Mou lalu berlari ke kamarnya. Bayang bayang wajah ayahnya terus terbayang di pikiran Mou. Mou menaruh tas nya di sembarang tempat lalu menghempaskan dirinya di sofa. 'Kenapa dia harus dateng di saat kaya gini sih' batin Mou. Mou pun bangkit untuk mandi, setelah selesai ia langsung turun ke bawah dengan langkah pelan pelan. Di situ terlihat bunda nya sedang berbincang bincang mengrnai sesuatu yang serius, itu terlihat dari ekspresi mereka berdua. Mou menarik nafasnya lalu menghembuskannya pelan.
"Bun..." panggil Mou.
"Eh Mou, sini duduk" perintah bundanya, Mou pun duduk di samping bunda lalu memandang sosok ayah nya di masa lalu.
"Mou? Ini Mou?" Tanya ayah nya tidak percaya, Mou pun mengangguk mantap."Iya, saya Mou ada apa ya?" Tanya Mou dengan bahasa formal. Bundanya menyikut Mou pelan.
"Gausah pake bahasa formal Mou" bisik Bundanya pelan.
"Oh, saya hanya berusaha sopan dengan ayah saya" jawab Mou sambil menekan kan pada kata ayah . Bunda nya menggeleng pelan di , ia mengerti bagaimana perasaan Mou saat ini.
"Jadi kedatangan ayah disini untuk mengajak kamu tinggal sama ayah" ucap ayahnya yang membuat Mou kaget. Mou pun langsung menetralkan ekspresinya menjadi datar. Mou menatap tajam ke arah ayah nya.
"Tidak, saya tidak menerima ajakan anda" jawab Mou tegas.
"Tapi ayah sebenanrnya bukan mengajak, ayah kesini untuk menjemput mu tinggal bersama ayah" ucap ayahnya lagi, Mou menatap tajam ke arah bundanya, sedangkan bunda nya hanya mengangguk pasrah."Tapi Mou gamau bun, Mou maunya sama bunda" ucap Mou menatap dalam mata bunda nya.
"Mou harus sama ayah, Mou udah ga bisa tinggal sama bunda lagi" jawab bundanya dengan mata berkaca kaca.
"Mou ga mau bunda, Mou gamau" ucap Mou sedikit berteriak. Mata Mou juga sudah berkaca kaca, Mou memberanikan diri menatap tajam ke arah ayahnya."Setelah belasan tahun anda pergi, lalu tiba tiba datang kembali ke sini untuk memaksa saya tinggal di rumah anda? anda tidak memikir kan perasaan saya dahulu, ditinggal pergi oleh seorang ayah. Disaat anak anak lain memamerkan waktu kebersamaan bersama ayah, apa yang bisa saya ceritakan? Tidak ada. Saya hanya menceritakan waktu saya bersama bunda, hampir semua dari mereka bertanya kemana ayah saya, dab saya hanya bisa menjawab bahwa ayah saya kerja sangat jauh sekali. Tapi apa? Nyatanya saya dan anda sama sama di dalam satu negara. Apa anda tidak pernah sekalipun memikirkan perasaan saya?" Ucap Mou panjang lebar dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipi nya.
"Ayah mengerti Mou, ayah minta maaf" ucap Ayahnya. Mou menghembuskan nafasnya pelan.
"Anda bilang apa? Minta maaf? Semudah itu anda bilangnya? Setelah apa yang anda lakukan kepada bunda dan saya?" Ucap Mou yang tidak habis fikir tentang apa yang di pikirkan ayah nya itu. Bundanya menyentuh pundak Mou lalu mengelus nya pelan.
"Ayah sudah bilang bahwa ayah minta maaf Mou, apa kamu tidak mengerti kalimat itu? Apa yang bunda mu ajarkan padamu? Mestinya sejak kecil kamu tinggal nya dengan ayah saja. Bukan dengan wanita ini" ucap ayahnya dengan nada meninggi dan sambil menunjuk nunjuk bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him.
Teen FictionIni tentang bagaimana rasanya cinta bertepuk sebelah tangan. Bagaimana rasanya berjuang sendirian. Bagaimana rasanya perjuangan mu sangat amat tidak dihargai. Bagaimana rasanya merelakan orang yang sangat amat kamu sayangi. Ini tentang seseorang yan...