Hari demi hari ku lalui. Tapi tak pernah setelah kejadian waktu di teras masjid itu Satrio menghubungiku lewat sosial media.
Aku memakluminya, mungkin dia sibuk dan tidak ada waktu untuk menanyakan aku yang mungkin tak penting baginya.
...
Hari itu aku sengaja berjalan melewati fakultas kedokteran, berharap bertemu Satrio.
Benar saja!
Aku melihatnya ketika dia sedang berkumpul dengan teman-temannya.
Dia melihatku, aku pula pasti melihatnya. Dia tersenyum kepadaku, dan aku membalas senyummu dan menganggukan kepalaku.
Setelah itu dering hp-ku berbunyi. Aku lihat pesan masuk dari Satrio.
"Gin, tunggu disitu. Aku sebentar lagi kesana"
Jujur saja aku sangat bahagia. Apa itu cinta datang lagi? Tidak tidak, bukan, itu rasa kasih sayang seorang 'teman', atau rasa 'kagum' padanya?.
Lalu dia datang menghampiriku dan tersenyum manis.
"Hei gin, weekend ini kamu sibuk ga?", Tanya dia
"Enggak kayaknya, emang ada apa?"
"Temenin aku mau ga? Aku ada seminar di balai kota Bandung. Aku harap kamu bisa ikut temenin aku"
Setelah mendengar itu, aku lemas seketika. Orang yang sangat cuek, tiba-tiba ngajak pergi, ya walaupun ke tempat seminar.
"Emm... Boleh deh", jawabku, sembari menyembunyikan salah tingkah.
"Oke, aku tar tunggu di gerbang kampus aja ya, soalnya aku bawa mobil"
"Oke, hubungi aku aja ya"
Lalu, aku pamit pergi. Aku bahagia bisa dekat dengannya. Aku sangat penasaran terhadapnya.
...
Hari itupun tiba. Aku menunggunya di gerbang kampus. Lalu tiba-tiba mobil berwarna silver menghampiriku. Dan aku hanya diam, sambil memperhatikan dengan detail mobil itu.
Tiba-tiba pintu mobil itu terbuka, dan aku melihat sangat sangat detail dari ujung bawah, ternyata yang keluar adalah Satrio. Memakai kemeja berwarna grey itu membuatnya lebih terlihat mempesona.
Lalu dia membukakan pintu mobil,
"Ayo gin masuk, kalau enggak. Bisa terlambat"
Aku pun langsung melangkahkan kakiku untuk masuk yang pintu mobilnya telah di bukakan oleh Satrio.
Tak banyak ucap. Dia langsung masuk dan berangkat.
Di sepanjang jalan, dia sangat dingin, seperti biasa, tak banyak basa-basi. Sedangkan aku, berfikir keras untuk mencari topik pembicaraan.
Tiba-tiba
"Gin. Aku boleh tanya-tanya kan", tanya dia.
Aku langsung menolehnya.
"Boleh, emang mau tanya apa?"
"Enggak penting sih, aku cuma pengen tau kehidupan kamu lebih jauh"
"Maksudnya?", Menjawab dengan rasa bingung dan penasaran.
"Pernah ga kamu ngerasain suka atau jatuh cinta sama seorang laki-laki?", Tanya dia dengan nada dingin.
"Bukankah jatuh cinta itu wajar bagi orang yang normal. Dan cinta itu adalah anugerah terindah yang Allah berikan. Dan kamu harus tau kalo aku normal sat."
Lalu dia diam sejenak, dan memulai pembicaraan lagi.
"Coba ceritakan salah satu kisah cinta kamu"
"Buat apa?"
"Seperti apa yang tadi aku bilang, aku ingin lebih jauh tentangmu".
Sebetulnya berat hati aku akan menceritakan tentang aku dan Rafi, Satrio pasti mengenalinya. Karena sempat kami satu kelas waktu SMP.
Lalu aku pun memberanikan diri panjang lebar untuk menceritakannya kepada Satrio.
Setelah mendengarkan itu, Satrio Diam lagi, dan ia mulai berbicara lagi.
"Lalu cowo bagaimana yang kamu suka?"
"Nyaman, dan bisa membuatku tertawa melupakan masalah yang aku hadapi"
Dia hanya mengangguk saja. Tak kerasa kami sudah sampai di balai kota dan langsung mengikuti seminar itu.
...
Pulangnya Satrio mengajakku makan dan wisata alam. Ia mengajakku ke alam, mungkin dia jadi tau aku suka dengan pemandangan alam dari ceritaku tadi dengan Rafi. Sedikit rasa nostalgia ketika aku bersama Rafi, di sepanjang jalan kami tertawa bersama. Tapi seketika aku harus melupakannya, ya aku harus move on dan melihat ke depan. Yup! Di depan aku ada Satrio sedang menikmati pemandangan alam.
"Gin, besok kamu harus ikut aku. Aku bakal ajak kamu ke tempat yang lebih indah dari ini."
Dan aku tersenyum dan mengangguk.
...
Keesokannya, dia mengajakku ke tempat yang lebih jauh dari kemarin.
Setelah sampai, kami benar-benar kagum. Kami serasa berada di negeri atas awan. Ini bukan pagi hari, tetapi kami ada di suatu puncak dan ketika lihat ke sekitar pemandangan, bukan tanaman yang aku lihat, bukan kota aku lihat, tapi awan yang menutupi.
Aku sebelumnya belum pernah menikmati ini, dan ini sungguh sangat menakjubkan.
Lalu Satrio mengajakku duduk di suatu tempat, dan mengajakku melihat pemandangan itu.
Aku berada di samping Satrio. Dan dia hanya terdiam sambil menikmati alam. Aku pun menikmatinya sambil meminum bandrek hangat yang di pesannya.
"Gin, aku mau ngomong sesuatu", kata tiba-tiba dari Satrio.
"Ngomong aja"
"Aku mau jujur sama kamu, aku harus ngaku"
"Emang ga boleh bohong, dosa sat", jawabku dengan polosnya dan masih memandangi awan awan itu.
"Sebenernya dari jaman SMP aku udah nyimpen rasa ke kamu".
Aku langsung menoleh ke arahnya. Dia tak melihatku. Tetapi ia berbicara melihat ke awan-awan itu.
Satrio berkata lagi,
"Aku udah suka sama kamu, kamu cinta pertama aku. Tetapi aku tak memiliki keberanian untuk bicara kepadamu apalagi mendekatimu. SMA kita terpisah, aku tak tau lagi kabarmu, aku sangat merindukanmu, aku hanya mencari kabarmu lewat sosial media. Aku harap kita bertemu kembali, ternyata takdir mendukungku. Kita di pertemukan di kampus yang sama. Dan beruntungnya perasaanku masih sama seperti dulu. Aku sangat menyayangimu. Aku berjanji akan mengkhitbahmu setelah aku menyelesaikan S2 kedokteran di Belanda nanti. Ini aku sungguh sangat mencintaimu Gina"
Aku shock dicampur perasaan bahagia.
"Kamu bakal pergi jauh, tapi kamu kenapa ga bilang ini dari dulu?"
"Aku ingin waktu yang tepat. Takutnya kamu tak menyukaiku dan akan menjauhiku setelah aku berkata seperti ini"
"Aku tak akan menjauhimu, aku sangat menghargai kepada orang yang menyayangiku seperti kamu Satrio. Aku tunggu janjimu itu", jawabku dengan mata yang terbinar-binar.
-bersambung-
Vote& comment ya❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Future?
Romance-SELESAI- Aku menyayanginya, tetapi aku tak bisa memilikinya. aku dilema antara memilih cinta atau tetap beristiqomah. ditambah aku dituntut untuk sukses oleh orangtuaku. aku berdiri di antara cinta atau masa depan. kemanakah aku akan pergi?