Kembali

302 10 0
                                    

Setelah itu, ia mengajakku untuk pergi ke rumahnya, dan mengenalkanku kepada orang tua nya, aku pun bertemu kakak perempuannya yang sangat manis, keluarga Satrio memang sangat ramah dan baik.

"Oh ini dik perempuan yang sering kamu ceritain", kata kakak perempuannya itu, sambil tersenyum menggodanya Satrio.

Satrio hanya diam dan blushing.

"Emm, pantas aja akhir-akhir ini Satrio keliatan seneng gitu, senyum-senyum sendiri. Ternyata udah punya pacar to", kata mamahnya sambil menjamu beberapa makanan ringan di meja tamu.

"Itu bukan pacar mah", jawab Satrio.

"Lah terus siapa?"

"Calon jodoh Satrio mah"

Ketika Satrio mengucapkan itu dengan bangga di hadapan keluarganya, aku menunduk untuk menyembunyikan blushing.

Aku telah yakin bahwa Satrio memang benar-benar serius dengan hubungan ini, dan kami saling percaya.

...

Hari ini adalah keberangkatan Satrio ke Belanda untuk meneruskan beasiswa study kedokteran S2-nya itu di sana.

"Sat, jangan lupa loh nanti sering sering kirim e-mail ke aku, aku pasti merindukanmu"

"Iya ko aku ga bakal lupa, aku bahkan bakal lebih merindukanmu. Oh iya mulai detik ini kamu jangan manggil aku lagi dengan sebutan 'sat' ya"

"Emang kenapa?"

"Ga enak di dengernya, 'sat bangsat' hehe"

"Ohehe iya maaf, ko dari dulu ga kepikiran ya haha, yaudah sekarang aku panggil kamu 'yo' aja ya"

"Boleh juga, oh iya bentar lagi pesawat aku take off, doain, semoga bisa membereskan study dengan waktu yang cepat, agar aku bisa balik ke Indonesia cepat"

"Iya aamiin, aku doain ko, yang penting kamu selamat"

Ia pun hanya tersenyum dan pergi meninggalkanku, yang aku takutkan, aku hanya takut merindukannya.

...

Setelah beberapa Minggu aku memang sangat merindukannya, sesekali ia mengirimkan e-mail disaat waktu senggang, sepertinya ia bahagia disana. Ia tak pernah berkata buruk tentang suasana disana.

...

Setelah aku wisuda dan mendapatkan gelar Sarjana Farmasi, aku membuka apotik di Jakarta, dan kini aku memiliki dua cabang di Bandung.

Ya, aku memang terbilang cukup sukses di usia muda ku, juga dapat membahagiakan kedua orang tuaku. Hidupku terasa lebih lengkap.

...

Hari ini aku telat masuk ke kantor apotik ku. Aku datang pukul 10.56, pegawaiku menyambut ku. Ketika aku akan memasuki ruangan ku, sekertarisku memanggilku,

"Bu, maaf, tadi ada seorang laki-laki, yang memaksa ingin masuk ke ruangan ibu. Aku sudah melarangnya, tetapi ia tetap memaksa masuk, dan sampai sekarang lelaki itu belum keluar Bu. Maafkan saya".

Aku lalu bergegas menghampiri ruanganku, aku berharap ia adalah Satrio memberi kejutan.

Ku buka pintu, dan ada seorang laki-laki duduk di kursiku dengan membelakangiku. Aku hanya terdiam.

Perlahan dia memutarkan kursi itu, dan aku sontak sangat kaget, tak asing melihat wajahnya. Ia bukan Satrio yang aku harapkan. Ia adalah Rafi yang dulu pernah mengisi hariku.

"Kamu ga punya sopan santun ya", sontakku

"Hai gin, long time no see ya gin. Aku kangen kamu"

"Oh", jawabku

Aku langsung bergegas pergi dari ruangan itu, lalu dia menarik tanganku, aku langsung melepas tangannya.

"Ngapain sih kamu Raf?"

"Aku pengen kamu balik lagi ke aku gin"

"Maksudnya?"

"Aku pengen kita kayak dulu lagi, seneng bareng ketawa bareng gin"

"Kamu kan yang ninggalin aku, lah ko sekarang pengen kayak dulu. Aku kira kamu udah bahagia tuh sama Amel"

"Enggak!, Dia pengkhianat. Dia menikah dengan Om kaya raya, tanpa sepengetahuan ku. Dia cewe matre, bajingan"

"Ga beda jauh sama kamu ya, setelah aku sukses kayak gini, terus kamu minta balik lagi. Tebal muka!"

"Gin, maaf. Lupain masa lalu. Aku pengen kamu jadi milik aku. Aku memang sayang sama kamu dari dulu, bukan karena harta kamu"

"Aku maafin kamu, tapi kita gak bisa kayak dulu".

Aku langsung pergi meninggalkan Rafi,

"Gin, aku bakal ngelamar kamu secepatnya". Teriak Rafi.

Aku menghiraukannya, aku yakin bahwa dia hanya menakut-nakutiku.

Seharian itu aku memikirkan perkataan Rafi yang akan melamarku secepatnya, aku merasa percaya atau tidak percaya ia kembali. Lalu aku mengirim e-mail kepada Satrio, memberitahu bahwa Rafi kembali dan akan melamarku.

Dan ketika aku pulang ke rumah, ternyata ada mobil asing yang terparkir di depan garasi rumahku.

Tak lama-lama aku langsung masuk dan melihat tamu, adalah Rafi sedang duduk di kursi tamu. Ia tak melihatku, aku langsung masuk lewat jalan lain.

Aku bertemu mamaku di dapur, ia bertanya mengapa Rafi kemari. Aku hanya memasang ekspresi yang 'bodoamat' dan pergi ke kamar. Dan akhirnya Rafi mengobrol dengan mamaku.

Setelah Rafi pulang, aku keluar kamar, dan bertanya kepada mamaku,

"Gin, katanya Minggu depan Rafi bakal bawa orang tuanya kesini, dia bakal lamar kamu",

Aku cemas dan bingung menghadapi Rafi yang bersikap buru-buru dan memaksa.

Aku langsung memberitahu Satrio bahwa Minggu depan Rafi akan melamarku. Aku harap Satrio bisa pulang ke Indonesia, dan menyelamatkanku dari Rafi.

-bersambung-

Vote& comment ya❤❤

Love or Future?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang