Aku datang seperti biasanya ke kantor ku, tapi tidak dengan hati, hatiku tak seperti biasanya, hatiku merasa sepi dan tak karuan karena kejadian waktu itu. Lalu aku duduk di kursiku dan membuka laptopku.
"Loh apa ini?", Ku lihat surat berwarna hijau tosca di mejaku.
Pelan-pelan ku membukanya, aku harap itu surat dari Satrio.
"Gin, aku mau minta maaf selama ini aku selalu nyusahin kamu, menjadi iblis jahat yang tak punya hati, tak mengerti apa maumu. Sekali lagi, aku minta maaf. Simpanlah kenangan ketika kita pernah bersama, tertawa bersama, bercanda bersama, terimakasih karena pernah mau konyol denganku. Aku berjanji akan menebus kesalahanku, Gina. Dan kamu harus tau, aku menyukaimu!
-R-"
Aku langsung tertuju pada Rafi, iya betul itu dari Rafi. Siapa lagi orang yang pernah aku sebut iblis jahat tak punya hati selain dia.
Aku bingung apa yang harus aku lakukan, dan maksud akan menebus dosanya seperti apa. Jujur aku berfikir buruk bahwa Rafi akan melakukan yang tidak-tidak untuk menebus dosanya.
Lalu Hp-ku berbunyi, telepon dari ayah Satrio. Katanya ada kabar gembira, bahwa Satrio akan mau lagi bersamaku.
Mau lagi? Maksudnya apa? Sungguh aku dibikin bingung dengan ucapan ayah Satrio dari waktu itu.
Aku langsung menuju rumah sakit, dan melihat ibu Satrio yang terlihat bahagia. Ketika ibu Satrio melihatku, ia langsung memelukku.
"Satrio jodohmu nak", kata Ibu Satrio
"Iya Bu, tapi maksudnya apa?
"Pernikahan kamu bukan dibatalkan tapi diundur Gina"
Aku langsung terdiam, dan Ibu Satrio menjelaskan bahwa Satrio sempat buta, maka itu ia tidak mau menikah denganku karena takut merepotkan.
"Lalu, apakah sudah sembuh?"
"Ada pemuda baik yang mau mendonorkan matanya"
Aku sontak terdiam dan lagi-lagi pikiranku menuju Rafi. Iya itu pasti Rafi.
"Lalu mana orang baik itu Bu?"
Lalu dia menunjuk pintu, tak lama kemudian pintu itu terbuka, ada seorang dokter dan tiga suster sedang membawa seseorang yang berbaring di ranjang beroda. Aku langsung menghampiri. Aku coba perhatikan baik-baik wajahnya.
Ya! Dia adalah Rafi!
"RAFI! NGAPAIN DISITU?", Aku berkata dengan nada tinggi.
"Aku mau nebus dosa aku gin hehe", Rafi tersenyum kepadaku, dan seperti menahan air mata.
"Maksudnya? Udah deh jangan bercanda Mulu", jawabku kesal.
"Ini serius gin, masa dari SMP kerjaanku bercanda Mulu. Hehe. Aku minta izin ke kamu buat bahagiain kamu ya, boleh?"
"Bahagiain gimana Raf?", Aku menitikkan air mataku, karena aku sadar tak lama lagi aku akan kehilangan Rafi.
"Iya aku akan donor mataku untuk Satrio. Hingga Satrio sembuh dan menikahi kamu, kamupun bahagia, gak seperti kemarin, kamu sedih, akupun sedih. Aku juga bahagia ko, setelah mataku dipake Satrio, anggap saja aku melihatmu setiap hari, bangun tidur melihatmu, melihatmu tertawa, tersenyum, cemberut, menangis. Aku bisa melihatmu disepanjang waktu, akupun tak akan merindukanmu, karena kamu di dekatku", jawab Rafi tersenyum masih menahan air matanya.
"Lalu bagaimana Dengan keluargamu Rafi?", Aku menangis.
"Biarlah itu menjadi urusanku, yang terpenting aku sudah menandatangani surat donor mata itu Gina. Doakan aku selalu, agar disurga nanti aku bisa bertemu denganmu"
"Iya Rafi, aku akan selalu mendoakanmu"
Lalu Rafi di bawa ke ruang operasi. Ku berdoa semoga donor mata untuk Satrio lancar. Sebetulnya aku lemas, karena aku harus kehilangan Rafi, malah aku yang merasa bersalah, karena telah menilai Rafi itu lelaki yang jahat dan tidak punya hati. Aku sadar kalau manusia tidak selalu memiliki sisi jahatnya.
...
Beberapa jam kemudian, operasi selesai, dan berhasil. Apa yang harus aku rasakan? Bahagia karena Satrio bisa lagi melihat atau sedih karena kehilangan Rafi untuk selamanya?.
Sudah cukup aku tak mau memikirkannya lagi!
Keesokannya aku datang ke pemakamannya Rafi, Satrio belum boleh pulang sebelum Matanya benar-benar pulih.
Aku melihat keluarga Rafi yang terpukul, sepertinya mereka tidak tau kalau Rafi mendonorkan matanya karena aku. Karena keluarga Satrio seperti bersikap biasa saja kepadaku. Rafi tak memberitahu keluarganya mungkin karena agar keluarganya tidak beranggapan negatif kepadaku. kurang baik apalagi Rafi.
...
Hari ini mata Satrio pulih, dan dia bisa melihatku lagi.
"Gina, aku merindukanmu, kemarin gelap", kata Satrio
"Sekarang kamu tak akan merindukanku lagi, aku selalu berada di sampingmu, kamu bisa melihatku sepuasnya Satrio, agar kamu bahagia", jawabku.
Dan aku tak akan memberi tau yang mendonorkan matanya itu adalah Rafi. Biarkan kisah ini hanya aku, Rafi dan Tuhan yang tau.
Kini 'dia' bisa melihatku setiap hari, melihatku bangun tidur, melihatku tertawa, tersenyum, menangis, cemberut, disampingnya Satrio. Tapi yang aku rasakan di samping Rafi, dan tatapan Rafi yang melihatku. Rafi terimakasih telah membuatku bahagia lagi.
-Tamat-
Hallo, terimakasih sudah baca sampai akhir.
Maaf ceritanya gini, karena emang gini, gitu.
Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan comment-nya ya.
Maaf apabila masih banyak salah, saya baru pertama nulis hehe.
See u! ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
![](https://img.wattpad.com/cover/114446389-288-k805471.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love or Future?
Romance-SELESAI- Aku menyayanginya, tetapi aku tak bisa memilikinya. aku dilema antara memilih cinta atau tetap beristiqomah. ditambah aku dituntut untuk sukses oleh orangtuaku. aku berdiri di antara cinta atau masa depan. kemanakah aku akan pergi?