Konflik Batin

432 12 3
                                    

Keesokannya dia membalas pesanku yang semalam,

"Maaf gin, semalam aku sudah tidur"

Lalu aku membalasnya

"Kamu kemarin sama Amel ngapain aja Raf?"

"Aku kemarin cuma nonton sama makan doang kok"

Itu memang terlihat sepele, tapi aku tak tahan dengan kedekatan mereka di setiap harinya. Aku sadar, kalau mereka cuma sahabat, tapi apa harus mereka jalan berdua?.

Aku berfikir untuk menanyakan hal ini kepada Rafi,

"Kenapa sih kamu gak jadian aja sama dia?"

"Aku sama dia cuma sahabatan aja, gak ada perasaan lebih." jawab Rafi

Akupun harus percaya dengan perkataan Rafi.

...

Ujian Nasional 2 minggu lagi, tetapi kaka ku mengajakku keluar, untuk menemaninya. Karena ini waktu senggang aku berniat akan menghabiskan waktuku untuk mengobrol dengan Rafi, aku akan meminta maaf karena kemarin-kemarin tidak memberi kabar ataupun membalas pesannya.

Sudah siang, tetapi Rafi belum saja mengirimku pesan seperti biasanya. Aku berfikir mungkin Rafi masih tidur, atau sedang sibuk.

Aku selalu memandangi layar hp-ku, berharap ada notif dari Rafi. Ternyata tidak untuk hari ini. Hingga malam haripun dia belum saja mengirimku pesan. Aku masih possitive thinking terhadapnya, mungkin dia tidak ada pulsa atau kuota.

...

Dua hari berlalu, dia belum juga mengirimku pesan.

"Ada apa ini? Tidak seperti biasanya", batinku.

Lalu keesokannya aku memberanikan diri untuk mengirimnya pesan lewat line, tetapi juga belum di balas ataupun dibaca.

Tak lama kemudian ada seorang wanita yang mengirimku pesan di Instagram. Dia adalah Yuni, sahabat dekat Amel.

"Gin, maaf banget sebelumnya. Tolong jangan ganggu hubungan Rafi sama Amel lagi ya please!"

Aku sontak membalas pesannya, bertanya maksud dia berkata seperti itu.

"Masa sih kamu gatau. Rafi sama Amel udah jadian minggu kemarin. Jadi kamu tolong jangan mengirim Rafi pesan lagi."

Awalnya aku tak percaya, aku berfikir dia hanya iri saja dengan kedekatanku dengan Rafi.

Ternyata saat aku stalking sosial media Rafi, aku sangat terkejut! Diriku seperti melayang, pikiranku entah kemana, jantungku berhenti, hatiku seperti jatuh ke dasar bumi.

Ternyata Rafi telah memasang status di sosial media line dan wa, memasang status nama dia! Amel!!! Rasanya ingin menangis. Ingin Teriak sekencang-kencangnya.

Lalu aku membanting hp-ku ke kasur (biar ga rusak). Lalu aku menangis.

Kamu tau rasanya sedang dipuncak tebing mengagumi dan mencintai?, ternyata kamu di dorong dan terjatuh dari atas tebing itu.

Tak kuasa ku memandangi hp-ku. Pikiranku melayang, padahal baru kemarin dia berkata tidak ada perasaan lebih dengannya. Dasar lelaki munafik!

Lalu aku berhenti menangis, aku menyusut air mataku. Aku berfikir life Must go on! Aku langsung membuka bukuku dan mencoba untuk belajar. Tapi apa daya, aku tak kuasa mengingat kejadian tadi.

Aku selalu berfikir kenapa dia sekejam ini? Dia datang kepadaku hanya untuk menumbuhkan rasa di antara kami. Ketika rasa itu telah ada, dia pergi gitu aja. Dan aku yang harus merasakan sakit ini sendirian.

Tak usah datang jika hanya melibatkan rasa!

Aku ingin melupakan ini. Aku tak kuasa.

...

Hari demi hari berlalu, ujian nasional 3 hari lagi. Tapi tetap saja aku merasakan tak enak hati, belum terlalu fokus dengan pelajaran.

Ketika guru menjelaskan sesuatu, aku malah memikirkan masalalu ku dengannya. Tertawa dan bercanda bersama, makin aku susah move on darinya.

Aku kesal dengan diri ini, seperti hancur remuk berkeping-keping tak ada gairah hidup.

Lalu aku bercermin, berfikir bahwa harus kah aku seperti ini? Hidup luntang-lantung tak ada tujuan. Padahal Ujian sebentar lagi, bukan kah aku harus sukses? Sepenting apakah Rafi untuk kehidupanku? Jalan hidupku masih panjang, dia bukan apa-apa. Ingatlah bahwa ada orang tua yang pantas aku perjuangin, bahagiakan mereka.

Lantas aku bergegas membuka tas ku dan mulai belajar lagi, kini aku harus kembali fokus. Aku harus membuktikan kepada mereka yang telah menyakitiku dengan keberhasilanku nanti.

...

Ujian Nasionalpun telah ku lalui. Aku sangat optimis bahwa hasilnya akan baik.

Ketika aku pergi bersama sahabatku, aku melihat Rafi dan menyapanya.

"Hai raf", kini aku yang memulai duluan.

"Gin" jawabnya

"Kamu jadian yah sama amel? Langgeng ya"

"Iya makasih"

"Enggak aku sangka belum lama ini kamu bilang gak ada perasaan lebih sama dia, cuma sebatas sahabat. Nyatanya kalian jadian. Yah, cinta bisa datang kapan aja" jawabku ketus.

"Ini bukan masalah cinta. Tapi ini masalah siapa yang paling ada ketika aku membutuhkan. Nyatanya dia yang paling ada buat aku. Orang yang aku harapin dia egois, hanya memikirkan diri sendiri, jadi aku memutuskan bahwa dia adalah sahabat sampai halal", lalu dia pergi menaiki motor matic-nya.

Aku yang mendengar itu dari dia, merasa sangat bersalah. Aku memang mengabaikannya. Tapi dia tak mengerti aku. Aku mulai menangis lagi, dan salah satu temanku bertanya kenapa. Aku hanya menyusut air mataku dan tersenyum,

"ini perih banget gila, kena bubuk cabe kali", jawabku.

-bersambung-

Vote& comment ya❤❤

Love or Future?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang