Kepadamu, Pria DELAPAN Februari.

46 1 0
                                    

Awalnya, aku tak berniat menuliskan surat ini kepadamu. Tapi melihat keadaan kita yang semakin rumit ini, aku ingin sedikit berbagi cerita kepadamu. Cerita, yang harusnya kamu ketahui sejak awal saat aku menginginkan pergi dan berpisah kemarin. Sebenarnya aku ingin menceritakan ini jika saat itu kau menolak berpisah denganku. Tapi melihat saat kau menganggap semuanya mudah, aku seakan sulit untuk menjelaskannya. Lidahku kelu saat itu juga. Bibirkupun beku terkatup rapat.

Begini, saat itu, entah dimulai sejak kapan, aku merasa hubungan yang kita jalin sejauh itu berada pada fase yang tak aku pahami sama sekali. Fase dimana bahkan metamorfosis sempurnapun tak cocok untuk menjelaskan permasalahan kita. Saat itu kurasa semuanya telah berubah dari dirimu. Seakan-akan kamu memintaku untuk lebih dahulu menyerah pada keadaan yang jika mungkin aku pertahankan, sama saja akan hancur berantakan.
Mungkin kau tak mengutarakan. Tapi sungguh aku memahaminya tanpa perkataan.

Saat itu juga, entah mendapatkan pukulan darimana, semua rasa percaya dan ketahananku terasa hancur seketika dalam sekali deguman. Tak ada luka disana. Hanya ada tanda tanya yang bahkan sampai sekarang jawabannya tak ku temukan.

Pada masa itu adalah masa tersulit. Masa dimana bahkan aku tak tahu harus mengutarakannya padamu dari mana atau bahkan bagaimana. Semua terasa aneh bagiku. Kau menghilang bagai di telan bumi. Tanpa alasan pasti dan tanpa kata apa-apa, kau tiba-tiba menganggapku asing dan tak bernilai apa-apa.

Saat itu juga harus kupikirkan masalah kepergianku yang mungkin tak akan kembali ke kota dimana kita bertemu. Satu-satunya yang kupikirkan hanyalah tetap mempertahankanmu. Tapi aku bahkan tak punya alasan lagi untuk sebuah pertanyaan 'kenapa harus ku pertahankan kamu?'.

Kau tahu bukan bahwa rasa sayang itu tak beralasan? Dan itulah yang ku bayangkan. Bahwa aku tak harus punya alasan agar mempertahankanmu tetap tinggal. Saat itu aku memilih pergi karena aku tak lagi tahan atas semua perlakuanmu padaku. Kecuekanmu membuatku tak merasa berada di sebuah hubungan bahagia. Namun kurasakan bahwa kita harus berpisah saat itu juga.

Dan saat itupun tiba, saat dimana aku mengakhiri segalanya. Mengakhiri perjuangan sendiriku. Mengakhiri masa sesak dari mempertahankan tali yang ingin terputus. Dan saat itulah hari kacauku mulai terjadi. Saat dimana aku harus pindah dari kotamu dan kembali ke kotaku.

Dan kini, jika kukatakan sampai saat ini aku bahkan tak bisa melupakanmu, mungkin kau akan tertawa dan menganggapku bodoh. Sedangkan kamu sudah tertawa bahagia bersama wanita lain.

Simple bukan mengambil kesimpulan dari segalanya selama ini? Bahwa ternyata selama ini aku menggunakan hati namun kau menganggap semua telah mati sejak awal.

Sayang, akhir surat ini aku hanya ingin mengatakan bahwa aku telah berjanji pada Tuhan agar menjalani segala kehidupanku saat seperti biasanya. Menjalani hari tanpa bayang-bayangmu. Bayang-bayang kita. Kurasa tiga bulan sudah cukup bagiku merasa terpuruk. Kini saatnya aku bangkit dan memulai hidupku lagi. Entah itu dengan orang lain ataupun bersama kenangan yang tertinggal.

Tapi hanya satu pintaku padamu. Tolong jangan kembali membawa hati jika semuanya akan berakhir sama dan menyakitkan.

Terdanda aku yang menyayangimu

.d

Kumpulan PuisiHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin