#23 Jatuh

96.4K 5.8K 249
                                    

Harus berapa kali aku menjatuhkan hati dan memungut sendiri serpihannya?

-El-

"Varo bangunnn, Vina keluar apartemen." teriak Ara yang membuat Varo bangun dan membulatkan matanya.

"Vina dimana?" panik Varo yang dijawab gelengan oleh Ara dan Tristan.

"Setelah terima telfon, dia lari gitu aja, gue belum sempet nanya dia mau kemana." jelas Tristan

Varo mengusap kasar wajahnya, pandangannya teralihkan ketika ponsel cowok itu kembali berbunyi, ia melihat nama yang tertera disana dan menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan mamanya.

"Halo ma?"

Cowok itu terdiam, ia memejamkan mata sekilas kemudian menghembuskan nafas berat.

"Varo kesana sekarang." ucap Varo sambil mematikan sambungan telefonnya dan segera berjalan keluar dari kamar.

Tristan yang berada di ambang pintu menahan tangan Varo.

"Mobil lo dibawa Vina, perlu gue anter?" tanya Tristan lembut.

Varo memandang Tristan dalam diam kemudian menggeleng.

"Gue bawa mobil Vina." ucap Varo dan berlalu pergi keluar apartemen.

"Varo kemana?" tanya Ara yang melihat Varo pergi dengan terburu-buru.

Tristan menggeleng tanda bahwa ia juga tidak tau.

Di perjalanan menuju rumah sakit milik kakeknya, pikiran Varo bercabang kemana-mana. Cowok itu mencengkram erat setir mobil dengan wajah datar. Shit

Langkah Varo terhenti di ambang pintu, ia melihat gadis berambut panjang sedang terkulai lemas diatas ranjang dengan selang infus ditangannya.

"Varo? akhirnya kamu datang nak." ucap mamanya dengan mata yang masih sembab.

"Liona kenapa?" tanya Varo dengan wajah datar.

"Penyakit dia kambuh, sejak main ke rumah waktu itu, dia udah sering ngeluh pusing ke mama." jelas mama Varo sambil menatap sendu cewek yang bernama Liona itu.

Varo mendekat, memandang gadis itu datar dan duduk di dekat ranjangnya. Ia menggenggam erat tangan Liona lalu memejamkan mata.

"Gue maafin lo, ini bukan salah lo, ini salah takdir." ucap Varo dalam hati dan meneteskan air matanya.

***

Disisi lain, Vina yang baru saja mendengar penjelasan dokter terduduk lemas di lantai dengan wajah dinginnya. Rahang gadis itu mengeras dengan tangan mengepal.

Ia bangkit dan menerjang masuk ke dalam kamar mamanya, tubuhnya benar-benar kaku ketika melihat wajah cantik itu memejamkan mata dengan muka pucat dan mulut tersenyum.

"Mama" ucap Vina serak dan mulai mendekat.

"Mamaaaaa, jangan tinggalin El maaaa. Aku cuma punya mama, jangan pergiiii," ucap Vina sambil menangis tersedu-sedu. "Vina salah apa sih ma? jarang njenguk mama? jarang nyuapin mama? aku janji ma bakal berubah. El janji bakal setiap hari kesini, tapi mama harus bangun, plisss ma." lanjut Vina

"Bilang sama El ma, jangan diem ajaaa, jangan tidur terusss. El ngomong sama mama, kenapa mama diem, kenapa mama cuekin El, kena.."

"Vina, pliss jangan kayak gini, ini takdir tuhan." ucap Evelyn pelan sambil mengusap bahu gadis itu. Ia ikut menangis melihat sahabatnya terluka seperti ini.

"Mama nggak meninggal, mama cuma tidur, dokter salah Eve, dokter salahhh." ucap Vina kembali menangis.

"Vin, Vina lo dengerin gue, lo masih punya gue, lo boleh benci sama papa kita dan mama gue, tapi pliss, gue sayang sama lo Vin." ucap Evelyn sambil memeluk erat gadis itu.

ALDANELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang