Maaf kalo nanti gue harus
ikat tali sepatu cewek lain,
cewek yg akan manggil lo mama-Al-
Setelah semua siswa selesai mendirikan tenda. Mereka diperintahkan untuk berkumpul di tengah-tengah dan mendengarkan instruksi dari panitia.
"Oke gaes, hari pertama ini agenda kita adalah kegiatan keliling dalam rangka pengenalan lingkungan. Kalian akan saya bagi per kelompok yang setiap kelompoknya akan dibimbing oleh satu anggota tim dari wilayah hutan di daerah ini dan satu guru pembina. Kalian mengerti?"
"Mengerti" ucap lantang seluruh siswa
"Pengenalan lingkungan ini nanti berfungsi untuk mencari jalan saat jerit malam. Jadi, saat tim hutan menjelaskan kalian harus benar-benar memperhatikan." ucap pak Feri selaku guru olahraga kelas 11
"Baiklah, saya akan sebutkan anggota kelompoknya. Kelompok pertama, Vina, Varo, Ara, Tristan, Bella, dan Beni"
"Kelompok kedua, Evelyn, Meta, Gilang, Lia, Fadil, dan Andrew"
"Kelompok ketiga, bla bla"
Setelah semua kelompok sudah disebutkan, mereka segera berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.
"Lo jangan jauh-jauh dari gue"
ucap Varo pada VinaVina yang mendengar perintah Varo hanya melihat cowok itu datar lalu segera melangkah pergi.
"Ohhhhh ya ampunnn, mimpi apa gue semalem bisa satu kelompok sama pangerann gueee" ucap Bella heboh dan langsung merangkul lengan Varo
Varo yang risih dengan hal itu menepis tangan Bella kasar dan segera pergi menyusul Vina
"Ihhhh kok gue ditinggalinnn.. Varooooo, mana sakit banget lagi"
"Eh mulut kakak tua, lo bisa nggak sih nggak usah alay?" sinis Ara
"Ngapain sih lo selalu muncul kayak jin tomang?" ucap Bella nyolot
"Eh asal lo tau ya.."
"Udah Ra, lanjut jalan aja, nggak usah diladenin" ucap Tristan melerai mereka
Akhirnya mereka pun melanjutkan perjalanan dan memperhatikan dengan serius arahan dari tim petugas. Terutama Vina, dia benar-benar berusaha mengingat jalan dan pohon yang dapat ia jadikan petunjuk untuk jerit malam nanti.
Mengingat tentang jerit malam, wajah Vina kembali pias. Dia menggeleng pelan lalu mengusap pelan wajahnya.
Vina takut kegelapan"Lo nggak papa?" tanya Varo yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Vina
Vina menggeleng dan kembali serius memperhatikan jalan. Sedangkan Varo, dia menghembuskan nafas kasar ketika lagi-lagi harus melihat hutan disini. Dia benci hutan, bukan bukan, lebih tepatnya dia benci hutan di wilayah ini.
"El, stop"
Vina yang merasa tangannya ditarik oleh Varo menoleh ke belakang. Menatap cowok itu yang tiba-tiba berjongkok dihadapannya.
Vina mundur, namun kakinya ditahan oleh Varo. Pemilik bola mata hijau itu memajukan pergelangan kaki Vina dan mengikat tali sepatu gadis itu yang sejak tadi sudah lepas.
Vina yang melihat itu hanya terdiam. Untuk kedua kalinya, cowok itu lah yang mengikat tali sepatunya.
Tidak hanya Vina yang terdiam, Ara dan Tristan yang berada di belakangnya sejak tadi ikut mematung. Ara yang tidak bisa berkedip menggeser badan perlahan ke arah Tristan dan membisikkan sesuatu
"Lo ngerasa kalau ada sesuatu diantara mereka yg sebelumnya nggak ada nggak sih tan?"
Tristan tertawa lalu mengusap pelan puncak kepala Ara
"Lo kebanyakan nonton film Beauty and The Beast deh kayaknya. Dasar bocah"
"Ihh gue seriusss" ucap Ara lalu mengerucutkan bibirnya
"Eh lo berdua, kalo jalan tuh cepetan dong, malah ngob... Oh my Godddd"
Bella yang baru menyadari kejadian di depannya seketika bergaya seperti orang terserang asma dan meraih raih tangan Tristan yang ada di sampingnya.
"Ngapain lo pegang-pegang gue, lo kenapa? asma? jantungan? ngapain sih lo?" tanya Tristan yang menghindari tangan Bella
"Eh lo jangan begitu, bedak lo luntur tuh" tunjuk Ara polos
"Hah?? Lo serius?? ya ampunn bedak gue di tenda, gimana dong" ucap Bella yang tiba-tiba panik
Ara, Tristan, dan Beni yang melihat Bella hanya memutar bola mata malas dan meninggalkan gadis itu.
***
"Makasih" ucap Vina pelan namun masih dapat didengar oleh Varo
"Iya, jangan kebiasaan dibiarin, lo bisa jatuh"
Vina mengangguk dan Varo tersenyum. Namun tanpa Varo sadari, Vina juga sedang tersenyum tipis saat ini.
"Lo nggak boleh jatuh, gue nggak mau lo luka"
ucap Varo tiba-tiba dan membuat Vina menolehGadis itu tersenyum kecil, membuat beberapa orang yang melihat, terutama Varo kembali mematung. Dia senyum lagi
"Lo nggak ngaca lo juga luka?"
tanya Vina sambil menunjuk dahi Varo yang di plester kemudian berlalu pergi mengikuti tim petugasVaro tersenyum kemudian pergi menyusul Vina
"Mulai sekarang, senyum lo adalah candu gue" ucap Varo dalam hati
"Tan, gue mimpi nggak sih ini? Gadis es gueeeee senyummmmmmm, sumpah sumpah gue nggak nyangka"
ucap Ara yang masih menepuk-nepuk pipinya tidak percayaAra pun tersenyum senang sampai matanya membentuk garis tipis
"Ra, kita ada di mimpi yang sama?" ucap Tristan yang sama-sama tidak percaya
Tristan menoleh dan kembali memperhatikan jalan
"Jangan senyum kayak gitu plis, gue nggak fokus" ucap Tristan dalam hati
💕 Yuhuuuu... Tuh tuh, Vina udah bisa senyum lagi gara-gara Varo. Mm.. Siapa sih sebenernya yang disukai Tristan? pada bingung nggak? Okee lanjutt.. Jangan lupa vote and coment ya gaess.. 😘 Terimakasih sudah membacaa 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDANEL
Teen FictionSUDAH TERBIT!!!!!! cek ig : @setiase @gloriouspublisher16 ya pipel Ketika es harus bertemu dengan batu, mungkinkah ada air yang menjadikan mereka es batu? Atau mungkinkah es harus mencair bersama air dan membuat batu berdiri sendirian? Elvina Sheev...