Gue mengecek handphone berkali-kali dan hasilanya minim. Kak Kai belum ngechat gue kagi setelah dia bilang dia mau cari cara.Sebel pake banget. Rasanya mau nempeleng online aja.
Gue lagi menggerutu di dalam kamar karena Kak Kai sampai ayah gue masuk dan duduk di tepi ranjang kasur gue.
"Nduk..." panggil bokap gue.
"Heun?"
"Keluar dulu. Ada anak temen ayah. Ganteng deh," ucapnya yang bikin gue menoleh kaget langsung ke dia.
"Bentar, ayah tuh gimana sih? Ayah gak mau aku pacaraan sampe lulus kuliah. Tapi, ayah kenapa mau kenalin aku gitu ke orang?"
"Loh, kalau ayah ngenalin kamu sama seseorang emang nyuruh kamu pacaran? Enggak kan?" Jawab ayah gue yang membuat gua pusing tiba-tiba.
"Udah, ayah tunggu di luar." Ucapnya final dan langsung keluar dari kamar gue.
Sedangkan gue sedang menendang-nendangkan kaki di udara sampe kasur gue berderinyit karena lompatan gue.
Karena gue adalah anak yang berbakti. Gue keluar dari kamar dengan muka yang sangat amat masam.
"Nih, Nak Jaehwan. Ini anak saya, namanya Nabila." Ucap ayah gue setelah melihat gue berjalan ke arah mereka berdua.
Orang yang disebut sebagai Jaehwan oleh ayah gue pun berdiri dan tersenyum ke arah gue. Tangannya terulur seakan memberi tanda kalau dia mau bersalaman dengan gue. Tentunya gue balas juga.
"Jaehwan," ucapnya.
"Nabila."
Setelahnya kita duduk bertiga. Nyokap gue lagi dapur dan sedangkan adik-adik gue lagi ngayap entah kemana.
Bokap gue membicarakan apa yang entah gue gak paham dan gamau mencoba paham juga sih.
Tangan gue masih bermain di sofa sampai bokap gue memegang tangan gue yang membuat gue refleks melihatnya.
"Ap--"
"Udah sana. Temenin Jaehwan ke resto tante kamu. Dia mau nyobain nasi bebek tante kamu yang yahut!" Sela bokap gue disaat gue ingin menanyakan kenapa dia memegang tangan gue.
"Gak usah om. Gakpapa. Saya dan Nabila kan belum terlalu kenal. Mungkin Nabila nya gak mau juga." Kata Jaehwan yang membuat gue sedikit tersenyum.
"Gak, Nabila ini orangnya easy going kok. Sana kayak om. Udah sana," titah bokap gue sambil memaksa gue untuk berdiri.
"Yaudah ih! Aku ambil dompet sama jaket dulu." Ucap gue sambil cemberut.
Setelah mengambil segala keperluan gue. Gue langsung keluar kamar dengan hanya memakai celana pendek, sweater kegedean milik Kak Kai, handphone dan dompet. Rambut gue pun hanya di cepol ke atas.
Disaat gue keluar rumah, bokap gue senyum-senyum kesenengan yang rasanya pengen gue tempeleng.
Meskipun dia ayah gue. Dia yang membantu proses pembuatan gue. Dia yang menyebar benih di rahim nyokap gue sehingga gue terlahir di dunia ini.
Sampai di mobil. Gue cuma diem dan Jaehwan juga.
"Kamu gak usah bawa dompet kali seharusnya," kata dia.
Gila, baru ketemu langsung pake aku-kamu aja tong. Gue udah punya laki.
"Kenapa emangnya?"
"Ya kan aku yang bakal bayarin."
Gaya lo. Senga bener.
"Oh iya." Jawab gue acuh tak acuh.
Gue berbicara kalau disaat mobil kita harus berbelok semestinya aja. Sampai di tempat nasi bebek tante gue. Gue langsung keluar dan memeluk tante gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek ; Jongin✔️
FanfictionPRIVATE ACAK‼️ Hide and Seek aka petak umpet. "Sampe kapan mau gini terus?" "Gak tau.." Spin off dari cerita Girl's Talk #43 in Fanfiction 170615 WARN‼️ 🖕🏻Harsh Words🖕🏻 🖕🏻 it can be 17+🖕🏻 🖕🏻to much cursing🖕🏻