doyeon menangis sekeras-kerasnya di tepi pantai sendirian, sore ini. setelah kejadian ia memukul kepala woojin dengan tongkat, sekarang ia sadar bukan woojin pembunuhnya. karena jika masih ada yang terbunuh, bukankah berarti pembunuhnya masih ada?doyeon menyesali kesalahannya. seharusnya ia tidak membunuh woojin. parahnya lagi, yang meninggal selanjutnya adalah sohye.
seseorang memegang pundak doyeon, membuatnya sedikit kaget.
"m-mark?"
"hai, nyesel ya ngebunuh woojin?"
doyeon mengusap air matanya yang mulai keluar lagi, tak menjawab pertanyaan mark.
"lo pantas mati."
"enggak, mark. gue masih mau nyelamatin jihoon, arin, hyungseob, sama lo."
"you're better save yourself." mark menatap mata doyeon, mengintimidasi.
"mark, jangan bilang lo pelakunyaㅡ"
"ㅡbukan gue," kata mark dingin. "gue cuma mau bunuh lo doang. gue udah janji sama sohye."
doyeon bangkit, lalu berlari dari sana. tatapan dan perkataan mark itu membuatnya ketakutan. doyeon menutup pintu kamarnya keras, lalu menangis disana.
°°°
hyungseob dan mark hanya bisa melamun di ruang tengah, sedangkan jihoon mondar-mandir mencari solusi. doyeon menangis sesenggukan di kamarnya, dan arin duduk termenung di teras.
akhirnya jihoon mengetuk pintu kamar doyeon, "doyeon? gue boleh masuk?"
belum sempat doyeon menjawab, jihoon sudah masuk kesana. langsung saja doyeon memeluknya.
"hoon... gue takut. gue harus mati ya karena udah ngebunuh woojin?" tangisnya.
"lo kan cuman salah paham, seharusnya mereka ngerti. mungkin sohye waktu itu masih kepancing emosi." jihoon membelai rambut doyeon, mencoba menenangkannya.
"tapi mark, katanya dia udah janji ke sohye kalau dia bakal ngebunuh gue. im afraid."
jihoon melepas pelukannya, lalu menangkup kedua pipi doyeon. "kill the killer first, before it kills you. we have to survive, its kill or get killed."
°°°
from: private number
to: doyeonkeluar dari villa, cepetan.
gue tunggu."pasti ini mark," gumam doyeon, lalu berjalan keluar villa. tak lupa, dengan pisau lipat di genggamannya.
°°°
!!!: gaes 2 chapter terakhir aku private yaaa