02 | Angan dan Kenangan

2.6K 307 12
                                    

💌

Selepas melemaskan kaki dengan berjalan-jalan sebentar di luar, aku kembali tempat kosku. Ralat, tepatnya tempat kosku dan temanku, Zola. Kebetulan kami satu kampus. Dia menjadi soulmate-ku selama kuliah. Dia menyambut kehadiranku setelah aku menekan bel.

“Salwa. Kamu akhirnya pulang juga. Ada berita penting untukmu,” katanya.

“Berita penting apa? Kamu terlihat antusias sekali,” sahutku ketika melihat air mukanya begitu gembira. Kulepas sling bag bunga mawar milikku dan menghempaskan tubuhku di atas sofa kecil.

“Ada festival bunga bulan depan.”

Spontan aku menegakkan badanku. “Benarkah? Kamu tidak sedang bercanda, kan?”

“Untuk apa aku membohongimu, tidak ada untungnya sama sekali untukku. Uwah, akhirnya setelah sekian lama, Festival kembali diadakan. Aku senang sekali, Wa.” Zola menggenggam tanganku dengan semangat.

Festival. Aku menyukai semua festival; festival makanan, festival musim semi, dan yang paling aku suka adalah festival bunga yang akan diadakan bulan depan. Festival bunga, aku datang. Sambut aku dengan tangkaimu yang kokoh dan kelopakmu yang warna-warni, ya.

“Lokasinya di taman terluas di kota kita. Kamu tahu kan?” tanya Zola, dia sedang memakan keripik singkong bungkusan yang dia pegang di tangan kirinya.

“Aku tau kok. Tau banget malah. Dulu waktu kecil aku sering banget main ke sana," sahutku mengembangkan senyum di pipi.

“Oh iya lupa. Kamu kan pernah cerita ke aku. Perpisahan kamu sama Samuel di tempat itu kan?" Zola merogoh bungkus camilan untuk mengambil satu keripik dan melahapnya. Tak sengaja dia membahas hal yang seharusnya terkubur bersama kenangan. Pertanyaan Zola malah membuatku berangan bertemu dengannya lagi.

Aku hanya mengangguk sebagai balasan atas pertanyaannya. Diam, tapi tidak memudarkan senyumku. Aku menganggap perpisahan itu bukanlah akhir dari segalanya. Melihatku terdiam, Zola melirikku sekilas. Alis Zola mengernyit kaget.

“Maaf ya, Wa. Aku nggak bermaksud..”

“Iya aku tahu. Gak apa-apa kok, aku baik-baik aja sekarang. Lagipula itu sudah terjadi lima tahun yang lalu. Aku bahkan lupa bagaimana wajahnya.”

Bohong. Aku membohonginya. Sampai sekarang aku bahkan masih mengingat wajah Samuel semasa kecil, sebelum dia meninggalkanku. Aku mengatakannya karena aku tak sanggup mengingatnya lagi. Membuatku ingin mencari dan menemukan sosok yang aku rindukan itu secepatnya.

💌

Letter for Samuel
July, 19.

Letter for SamuelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang