Chapter 0.7 - Ada apa?

113 21 3
                                    

Beberapa minggu setelah Sandra tinggal di Jakarta.

Pagi ini kali pertama Sandra mendengar kicauan burung ditengah komplek perumahan elit didaerah Ibu Kota Jakarta. Udaranya tak begitu sejuk, karena komplek perumahan besar yang sedikit terdapat pepohonan rindang.

Sandra menatap lurus genteng rumah yang ada diseberang balkonnya. Sebenarnya ia tak benar-benar menatap genteng itu, ia hanya sedang melamun namun suara-suara disekitarnya terdengar lumayan jelas.

Kemarin, sepulang sekolah. Kenya dan Fira mengajaknya untuk lari pagi disekitar taman yang tak jauh dari rumah mereka bertiga. Yaa, hitung-hitung supaya adil satu sama lain agar tak ada yang terlalu jauh jarak dari rumahnya masing-masing.

Balkon kamar yang tak terlalu besar itu sering Sandra singgahi hanya untuk sekedar melamun. Bayang-bayang Almarhum Papanya masih terekam jelas diingatan Sandra.

Papanya tidak sempurna, masih banyak kekurangan. Namun, Papanya itu selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk Sandra. Beliau menjadi Papa sekaligus sosok Mama dalam satu waktu dihadapan Sandra.

Saat Sandra kecil, ia sangat membutuhkan kasih sayang seorang Mama, dan saat itu Papanya langsung berubah menjadi seorang Mama, seolah ia yang mengandung dan melahirkannya.

Sandra sangat takjub dengan Almarhum Papanya. Walaupun susah payah membesarkan anak seorang diri, namun tak pernah Sandra mendengar Papanya mengeluh atau bahkan membicarakan yang tidak-tidak tentang mantan istrinya itu dihadapan Sandra. Justru Beliau menceritakan dan memberi alasan baik mengapa Mamanya pergi meninggalkan mereka saat itu. Namun begitu,Sandra tetap memiliki rasa kecewa terhadap Mamanya.

Lamunan Sandra terpecah saat mendengar samar suara ketukan pintu. Ia tahu suara itu bukan berasal dari pintu kamarnya, melainkan dari kamar yang ada diseberang kamarnya.

"Kevan, sarapan dulu yuk,nak."

Sandra masuk kedalam kamarnya, menduduki pinggiran kasur dengan perlahan sembari mendengar suara Mamanya yang begitu lembut.

"Van, papa sudah nungguin,loh,"

Yang dipanggil pun akhirnya keluar setelah pintunya diketuk beberapa kali. Dengan muka bantalnya, Kevan menggaruk tengkuk dengan kasar. Matanya masih setengah tertutup.

"Iya."

Rani tersenyum melihat Putranya yang sangat ia sayangi seperti anak kandung.

"Yaudah, kamu cuci muka dulu. Mama tunggu dibawah, ya."

Kevan kembali masuk kedalam kamar setelah Rani pergi menjauh lalu menuruni anak tangga. Ya, menuruni anak tangga, menuju kemeja makan yang berada dibawah. Tanpa memanggil Anak kandung yang sebenarnya.

Sandra tak perduli dengan itu, ia hanya menghela napasnya dengan berat. Ia tak berharap banyak dengan Mamanya yang sejak lama telah meninggalkan dirinya.
Sandra sudah terbiasa hidup tanpa Mamanya,bukan? Namun, Sandra tidak terbiasa hidup tanpa Papanya.

Tak lama ketukan pintu kembali terdengar jelas ketika Sandra berdiri dari duduknya. Ia tahu kali ini suaranya berasal dari pintu kamar yang ia tempati.

"Non, Sudah ditunggu dibawah untuk sarapan."

Tanpa menunggu lama pintu langsung terbuka. Senyuman lebar Sandra tampilkan kepada Asisten Rumah Tangga paruh baya dihadapannya.

YOU AND I  [ON GOING REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang