Horror yang Sesungguhnya

1.6K 96 29
                                    

Sesampainya di parkiran mall, gue turun dan Rizky memarkirkan motornya. Ternyata dugaan gue benar, kisah romantis gue nggak dimulai dari scene rem mendadak ala FTv. Sedikit kecewa, tapi ya sudahlah. Semoga film horror yang akan kami tonton benar-benar seram, jadi gue bisa pura-pura peluk dia deh.

"hmm... Bella. Lo..." ucap Rizky gugup sambil menujuk wajah gue. Gue tahu, pasti disinilah Rizky bilang kalau gue hari ini cantik, seperti di FTv.

"gue kenapa? Ada kotoran di muka gue?" jawab gue sambil meraba wajah gue dengan jaim. Padahal gue tau, dia cuma malu untuk ngomong kalau gue cantik.

"lo nggak bisa dandan ya? Lipstik lo belepotan."

Jleb.

Seketika gue tercengang. Kenapa setiap ekspetasi gue itu pasti berbanding terbalik dengan kenyataan. Apakah ini yang namanya hidup? Amazing sekali hidup gue kalau begitu. Gue kira dia mau puji gue, ternyata salah. Ini gara-gara emak tercintah, suaranya bikin konsentrasi gue dalam berlipstik ria rusak. Juga karena Ucup yang tiba-tiba menarik tangan gue ketika gue membukakan pintu buat manusia itu. Jadinya kan lipstik gue yang belum kering jadi belepotan. Sumpah, gue malu banget. Rasanya sekarang gue pengen goyang mujaer, karena biasanya malu gue hilang kalau abis makan ikan mujaer.

"kok malah diem sih? Lo nggak mau benerin lipstik lo yang belepotan itu?" ucap Rizky sambil mengeluarkan tisu dari saku jaketnya. "yaudah, sini gue benerin."

Omaygat! Nggak perlu tunggu di dalam bioskop untuk memulai kisah romantis gue, disini pun sudah dimulai. Please, jangan berpikir jorok dulu, karena Rizky cuma bantu lap lipstik gue yang belepotan itu dengan tisu. Kalo ini mah bukan ekspetasi, tapi kenyataan. Bahkan lebih indah daripada di FTv. Entah apa jadinya, mungkin pipi gue udah jadi sirop marjon rasa cocopandan yang warna merahnya unch banget deh.

"lo lucu ya, kalo lagi merah pipinya. Kayak abis ditonjok." Ucap Rizky sambil terkekeh. Padahal menurut gue lawakan dia itu gak lucu. Garing banget, masa pipi imut-imut ala khumairoh gini mirip orang ditonjok, kan kriuk banget lawakannya.

"gue bercanda, kok. Lagian, lo udah cantik tanpa pake make-up." Kata Rizky sambil membuang tisu itu asal tempat. "yaudah. Masuk kuy, kita ambil tiketnya dulu."

What? Oh my darling i love you, gue nggak salah denger kan? Dia bilang gue cantik kalo apa adanya. Sebenarnya gue senang, tapi juga sedih karena itu maksudnya pasti dandanan gue gak bagus. Entahlah apa artinya. Dia memang susah ditebak.

Kami pun masuk ke mall tersebut dan menuju ke arah bioskop di lantai paling atas. Gue duduk di sofa sembari menunggu Rizky mengambil tiket.

"Bel, sisa waktu nontonnya masih sepuluh menit lagi. Lo nunggu nggak apa-apa kan?" tanya Rizky sambil memberikan satu tiket bioskop ke gue.

"ya nggak apa-apa lah. Oh iya, gue mau ke kamar mandi dulu ya. Lo tunggu disini aja." Jawab gue gugup sambil berlari ke arah basecamp para wanita--toilet mall.

You know lah, gue sebenarnya ke kamar mandi cuma mau foto hits di depan kaca toilet yang sebesar jidat Ucup. Karena gaya itu sedang hits ala remaja jaman sekarang. Ikut-ikutan juga nggak dilarang ini.

Cekrek.

Satu kali jepretan saja sudah dapet foto yang keren. Iyalah, orang cantik mah nggak perlu foto berulang kali, karena hasilnya tetap aja cantik, ya kayak gue gitu. Setelah berfoto gaya kekinian, gue pun keluar dari toilet dan tak sengaja melihat pemandangan yang luar binasa. Gue lihat Farhan--doi gue pas kelas 7--dengan seorang wanita sebaya berjalan berdampingan. Siapa sih itu cewek?! Oh, mungkin sodaranya. Ya, pasti itu sepupu, adik, atau mungkin mamah mudanya. Gue harus selalu berpikir positif.

Me and 3 DoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang