Emtekah membawa Berkah

433 36 22
                                    

"Apa salah dan dosa baim ya Allah..." ucap gue frustasi.

"eh iya betewe, lo keren loh tadi jawab soal Mtk nya. Kalo gue  disuruh maju sama guru bermata horror itu, gue pasti udah mati kutu di depan kelas" decak cabe bawang, eh maksudnya wanita yang diketahui namanya Nadia gomes ini.

"Lah? Perasaan pas bu Raisa nanya siapa yang mau jawab soal, satu kelas kecuali gue angkat tangan dah." Gue bertanya dengan penuh heran.

"iyalah. Kita angkat tangan karena nggak mau maju ke depan. Ciri-ciri guru kayak bu Raisa udah pasaran, dan salah satunya dia bakal ngincer anak yang diem dan masang muka polos nggak bisa jawab, ya... Kayak lo tadi gitu." Jawabnya.

"iya, Peh. Mau lo tau atau enggak jawabannya, yang penting angkat tangan aja" sahut Ucup.

"Kamvret emang. Kenapa lo pada  nggak kasih tau gue dulu sih! Lo juga Cup, lo kan sebangku sama gue, kasih tau gue lah harusnya!"

"ya kalau gue kasih tau lo, nanti nggak ada yang jadi korban bu Raisa dong" jawab Ucup dengan tanpa dosa.

"dan ada satu lagi triknya, kalo ada guru kayak bu Raisa, lo jangan pasang muka polos-polos sialan kayak tadi. Pasang tampang yang seakan-akan lo tahu jawaban soalnya. Dan dia nggak bakal ngelirik lo." Ucap Nadia dengan nada mamah dedeh.

Sungguh pelajaran yang luar biasa. Oh, iya. Mungkin kalian bingung kenapa tiba-tiba ada orang yang sok sksd muncul mendekati gue dan Ucup. Tapi you know lah, masa awal sekolah emang wajib sksd alias Sok kenal Sok deket, karna kalo nggak gitu, lo bakal lama dapet temen. Prinsip itu yang membuat gue nggak marah dan nggak ceplosin cabe bawang disebelah gue ini. Kan siapa yang tau, kalo nantinya dia yang akan jadi temen deket gue?, atau mungkin babu gue? Mungkin, kan? Nothing is impossible.

***

"pak Agung dateng eh, duduk lu pada!" teriak Wira dari dekat pintu. Dia lagi mengemban tugas sebagai penjaga pintu, dan itu merupakan sebuah tugas yang mulia.

Dalam hitungan menit, semua duduk rapi di tempatnya. Kemudian pak Agung memasuki kelas dengan wajah serius. Ia mulai duduk secara perlahan di kursinya. Gue tau, mungkin dia nggak mau kejadian jempol kakinya kepentok meja itu terulang lagi.

Oh, iya. Mungkin kalian bingung dan bosen karena gurunya pak Agung terus, sama gue juga bosen sebenarnya. Tapi inilah masa awal sekolah, guru yang masuk pun masih jarang karena memang sekarang masih masa perkenalan. Dan cuma bu Raisa yang tiba-tiba masuk materi. Mungkin dia tipe wanita yang tidak suka basa-basi. Dan pak Agung jadi sering ke kelas gue karena dia adalah wali kelas. Yup, mantap syudah.

"Anak-anak, guru biologi yang harusnya mengajar sekarang nggak masuk. Jadi waktu kosongnya free buat kalian. Kurang baek apa coba bapak tuh" dan mulai keluar sifat khas pak Agung. "udah, deh. Nggak usah sok jaim begitu. Bapak yang gantengnya mirip shawn mendes ini pernah muda kali, jam kosong adalah waktu yang tidak boleh disia-siakan. Tapi inget! Jangan berisik dan jangan keluar kelas trus nyari cabe-cabean! Kalo sampe bapak lihat, later i kepret the muka kalian pake my bewok keceh ini one-one." Lanjutnya.

"iya pak siyaap!" jawab satu kelas dengan wajah berbinar. Dasar murid jaman now.

"oke baiklah, bapak pergi dulu." Ucap pak Agung yang kemudian pergi. Dateng gak diundang, pulang gak dianter.

Dan kelas pun kembali ramai. Ada yang melanjutkan gosipnya, ada yang modus, dan tak ketinggalan yang sedang tidur di pojokan. Sedangkan gue, cukup diem di tempat duduk. Rasa malu gue tentang Mtk tadi belum juga ilang. Gue mau curhat ke Ucup, tapi alien itu malah pindah ke pojok kelas dan sibuk menonton film diponsel dengan Wira. Sambil ketawa cekikikan lagi. Dan seketika gue su'udzon dengan apa yang mereka tonton. Dasar laki-laki!

Me and 3 DoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang