Nasip seorang jomblo

1K 68 7
                                    

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersepat-sepat dahulu
Barulah manis kemudian

Secara amazing pepatah upin ipin itu ada dibenak gue. Cukup membuat gue semangat setelah menghadapi malam horror seorang jomblo di bioskop. Gue mencoba yakin, yang gue alami sekarang pasti rasa sepatnya dulu, tapi entah kapan manisnya. Kalian tau apa yang gue rasakan?

Nyeseg.

Disaat gue udah berimajinasi indah ala FTv, justru rasanya seperti shooting video klip dengan judul 'seorang jomblo yang ditinggalkan'. Ditambah dengan tipisnya dompet gue, handphone gue yang is dead, perut gue yang udah mulai konser, dan tidak ada angkot yang lewat satupun. Rasanya ingin berkata kasar tapi tak mampu.

Setelah jam tangan gue menunjukkan pukul 7 malam, barulah ada angkot yang lewat, dan itupun hanya lewat. Abangnya budeg jadi nggak dengar gue udah teriak dengan suara kak ros. Kalo gue punya kekuatan boboiboy, mungkin udah gue tendang itu angkot biar jadi tangkuban angkot. Tapi sayangnya, gue cuma punya kekuatan suara toa, dan itupun nggak ada gunanya.

"Ara, kok belom pulang?" suara khas itu tiba-tiba muncul dari belakang gue bersamaan dengan motor yang menghampiri gue. Yap, itu suara Farhan. Ia berada di atas motor bersama Ifa.

"iya, Ra. Ini udah malem lho. Apa mau pulang bareng kita aja?" sahut Ifa yang berada dibelakang Farhan.

Jadi ceritanya mereka mengajak gue pulang bareng? Trus gue jadi orang ketiga gitu? Mereka pikir gue setan apa jadi orang ketiga diantara cewek sama cowok? Yang ada gue cuma jadi obat nyamuk mereka berdua. Lagipula mereka itu naik motor, ya kali gue jadi cabe-cabean bonceng tiga. Farhan menang banyak dong nanti.

"kalian serius mau ngajak gue pulang bareng? Nggak jadi obat nyamuk kan?" tanya gue basa-basi. Sekalian mau tau, apa jawaban mereka.

"ya nggak lah. Lagian ini udah jam sepuluh, lo masih mau tunggu angkot? Emang yakin itu angkot beneran? Siapa tau itu jelmaan dari angkot suzanna,  Yakan?" jawab Farhan sambil terkekeh.

Haha. Lucu sekalih. Tapi tunggu, jam sepuluh? Bukannya sekarang masih jam tujuh? Omaygat! Sekarang jam tangan gue yang mati. Kenapa semuanya penuh kejutan yak? Padahal gue nggak lagi ulang tahun. Apa mungkin ini karma setelah meninggalkan Ucup dan akhirnya gue yang ditinggalkan? Gue harus minta maap sama manusia dugong itu.

"eh, tapi kalo lo mau pulang bareng kita, gue jalannya nanti pelan-pelan aja, ya. Kita bonceng tiga soalnya. Dan gue harus anter Ifa dulu sampai rumah. Takut dia kedinginan nanti kena angin malam." Ucap Farhan seraya memegang tangan Ifa yang melingkar di perutnya.

Fix! Itu kode penolakan gue. Lihat aja, mereka so sweet ala ala jijik di depan gue tanpa memikirkan bagaimana perasaan gue yang jomblo sekarang. Ternyata mereka lebih kejam daripada fitnah.

"nggak, deh. Soalnya doi gue udah on the way mau jemput. Sekarang gue lagi tunggu dia. Kalian duluan aja." Jawab gue dengan nada sedikit sombong untuk menutupi kebohongan. Biar nggak terkesan ngenes banget.

"oh yaudah. Kita duluan ya" sahut Farhan. Gue tau, jawaban itu yang dia harapkan. Ketahuan banget dia senyum ketika gue tolak ajakan pulang bareng mereka. Dan dengan hitungan lima menit mereka sudah pergi meninggalkan gue.

Dan kita kembali pada nasib gue. Sekarang bagaimana caranya gue pulang? Nggak ada gitu doraemon yang jualan pintu kemana aja disini? Atau jin aladdin yang kasih gue tiga permintaan? Haduh, makin lama otak gue bisa gesrek karena kebanyakan mikir. Dan setelah 3 hari 3 malem bersemedi, akhirnya gue mendapatkan jawaban. Gue memutuskan untuk pulang dengan jalan kaki, itu lebih baik daripada gue menunggu angkot yang tak pasti.

Gue berjalan dengan langkah lelah sambil mencari ojek pengkolan yang masih beroperasi. Setelah cukup jauh dari mall, akhirnya gue menemukan tukang ojek. Walaupun sedikit takut, tapi mau gimana lagi? Daripada harus jalan selama 2 km lagi. Yang ada kaki gue jadi lembek dah. Gue memutuskan untuk naik ojek dengan ongkos gue yang tersisa. Untung aja selama perjalanan tukang ojeknya hanya diam dan irit ngomong. Apa jangan-jangan tukang ojek itu lagi naber? Makanya dia diem. Ah tapi bodo amatlah. Tapi sialnya, motor ojek yang gue naikin mogok ditengah jalan. Ya walaupun jarak ke rumah gue nggak terlalu jauh. Tapi tetap aja mager, mana lampu jalan remang-remang, bikin hidung gue gatel aja. Karena setiap gue ketakutan, idung gue pasti akan gatel.

Me and 3 DoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang