(4) .......

1K 36 9
                                    

“Ve, siapa lelaki itu?” Ve tercengang saat Virly bertanya kepada Ve. Ve melihat ke arah Davian, ternyata Davian  tidak menyadari akan kehadiran Virly masih berada didekat Ve. Ve kebingungan dan dengan secepat tenaga ia menghalangi Davian agar Virly tidak melihatnya.

“Vi, kau bisa melihatnya?” Tanya Ve sedikit ketakutan.

“Tentu saja. Kau kira aku buta huh?” Jawab Virly. Ve kira Virly tidak akan melihat Davian dan Ve kira Davian juga sudah menyadari keberadaan Virly. Ternyata Kelinglungan Virly bisa membuatnya bisa melihat Davian. Ia bersyukur karena Virly tidak akan menganggapnya gila, tapi disisi lain ia merasa takut, takut akan terjadi hal buruk pada Davian dan takut akan kehilangan Davian.

“Dia sedang menunggumu? Mengapa kau tidak menemuinya Ve?”Tanya Virly ketika melihat lelaki didepan rumahnya seperti sedang menunggu seseorang. Virly tidak mengenal lelaki itu, dan dia kira lelaki itu akan menemui Ve. Sekarang pandangan Ve beralih pada arah mata Virly yang melihat kebawah. Itu adalah Kai. batinnya.

“Oh ya itu adalah temanku, tapi aku tidak punya janji bersamanya. Bisakah kau menemui dia? Dan katakan bahwa aku sedang tidak ingin diganggu. Badanku sedikit tidak enak” Ve berakting memasang muka lemas karena ia benar-benar tidak ingin bertemu dengan Kai.

“Aku malas, Ve. Kau saja yang bilang. Dia kan teman mu” Virly mengelak saat Ve meminta pertolongannya karena Virly tahu bahwa adiknya itu sedang mencoba berbohong.

“Ya sudah, biarkan saja dia berada disitu. Nanti juga dia akan pergi” Keputusan Ve sungguh tidak sopan memang. Tapi Ve benar-benar sangat malas untuk bertemu dengan Kai. Dan Ve rasa dia sudah menolak ajakannya tadi. “Dan sekarang kamu boleh keluar dari kamarku Vi, mood ku benar-benar sedang kacau” lanjut Ve sedikit mengusir kakaknya.

“Lalu bagaimana dengan teman mu itu? Aku rasa dia cukup tampan dan kaya” Ve menatap kakaknya itu dengan tatapan intens lalu dia menggusur kakaknya keluar dari kamarnya. “Jika kau menyukainya, kau boleh memacarinya Vi” Ve menawarkan Kai pada kakaknya dengan sedikit berteriak karena Ve sudah menutup pintu kamarnya.

Ve mencari kesekeliling kamarnya, tidak ada Davian disana. Ve masih bertanya-tanya mengapa Virly tidak melihat Davian. Ia ingin sekali bertanya pada Davian tapi Davian tidak ada dikamarnya. Akhirnya Ve merebahkan diri di kasurnya kemudian ia terlelap.

Virly yang awalnya tidak ingin menemui teman Ve yang berada diluar sana, dengan sangat terpaksa Virly menemuinya karena merasa tidak tega. Awalnya, Virly bertanya ada keperluan apa lelaki itu kesini setelah mendengar penjelasannya akhirnya Virly membiarkan lelaki itu masuk kedalam rumahnya.

 “Jadi kau adalah temannya Ve?” Tanya Virly sembari mempersilakan duduk pada Kai.

“Ya, aku temannya Ve. Nama ku Kai, Kai Alvonso. Dan kau pasti Virly Hortman kakaknya Ve” jawab Kai mencoba bersikap friendly kepada Virly.

“Tepat sekali, darimana kau tahu?” tanya Virly yang penasaran karena Kai dapat mengetahuinya.

“Ve sering bercerita padaku, katanya kau akan selalu mengalah pada Ve karena kau adalah kakak yang baik menurut Ve tapi kadang kebaikan mu itu membuat Ve jengkel juga karena setiap Ve mempunyai janji bersamamu dan tiba-tiba ada lelaki yang ingin mengajak Ve kencan, kau pasti akan membatalkan janji itu? Benarkan?” jelas Kai membuat Virly tercengang. Virly tidak menyangka Kai sangat mengetahui Ve, dan kelihatannya Kai adalah lelaki yang baik. Tapi Virly juga bingung mengapa adiknya itu menolak ajakan Kai padahal jika Kai mengajaknya sudah pasti Virly tidak akan menolak ajakan Kai.

“Apakah kau pacarnya Ve?” Tanya Virly yang penasaran karena Kai mengetahui Ve sangat dekat dan setahu Virly, Ve tidak pernah bercerita tentang Kai yang sering Ve ceritakan hanya sahabat sat-satunya Ve yaitu Karin.

Boy In The PosterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang