Hi! Aku kembali membawa Ve kepada kalian. Aku sedang mencoba lagi sedikit-sedikit buat nerusin cerita ini. pokoknya cerita ini harus tamat. Hahaha karena selama aku buat cerita pasti gapernah tamat. penyakit nih penyakit. penyakit males. wkwkwk. Selamat membaca!! maapin makin ngawur.
Bodohnya, aku mengikuti apa kata Danial. Aku tak pergi kemanapun. Aku sangat bosan diam di kamar ini. Aku tidak berani keluar dari kamar karena menurut Danial rumah ini banyak penghuninya. Tapi setelah aku fikir, aku ini sedang ada di London. Hantu London pasti tidak semenakutkan hantu Indonesia. Toh, orang Luar negeri kalau meninggal pasti pakai jas dan gaun kan? mereka bermakeup. meskipun sudah meninggal, mereka tetap terlihat menawan. Ok lupakan fikiran ku tentang hantu. sekarang aku harus mencari akal agar aku tidak kesepian dirumah ini. Oh ya, kalian pasti bertanya mengapa aku tidak menyuruh Claudie menemuiku kan? Aku sudah mencobanya tadi. Tapi Claudie bilang, dia ada janji bersama pacar bule nya yang ia temui saat pertama ia tinggal disini. Oh tuhan, aku harus apa? aku sangat bosan disini. Andaikan ada Davian disini pasti aku tidak kesepian.
Telepon rumah berbunyi. Apakah aku harus mengangkatnya? Ah tidak, siapa tahu itu bukan untukku. Lagi pula aku tidak berhak mengangkat telepon dirumah ini. Telepon rumah itu terus saja berdering, hingga panggilan terkahir suaranya berbeda. sepertinya itu sebuah pesan. Aku mendekat ke dekat telepon berada. aku membuka pesan suara itu. Terdengar suara seorang laki-laki.
"Veranda, mengapa kau tidak mengangkat telepon? Apakah kau tuli?" Danial. Laki-laki itu lagi. Mengapa dia selalu seenaknya? selalu memaksa? dan sangat tempramental? Apakah dia gila? ya mungkin saja dia gila.
Tidak lama telepon itu berbunyi lagi. Akusegera mengangkatnya.
"Ya"
"Ganti pakaian mu sekarang, kita akan pergi ke acara pembukaan perusahaan baru clien ku" Kata Davian tanpa basa-basi. tak punya sopan santun.
"Malas" Jawabku sekenanya.
"Satu jam lagi supirku akan menjemputmu"
"Mengapa aku selalu seenaknya? aku bilang malas"
tut..tut..tut..
Sialan. Dia menutup teleponnya. Arggghh mengapa dia sangat menyebalkan? Mengapa dia selalu memaksa? Aku benci Danial kemarin. sekarang. dan selamanya.
***
Sekarang aku berada di acara pembukaan perusahaan clien nya Danial. Jangan kalian fikir aku menuruti semua keinginan Danial. Aku ada disini karena setelah telepon dari Danial terputus, Tante Diana menelponku agar aku ikut ke acara itu karena disana juga ada Tante Diana dan Om Jhon. Dengan sangat amat terpaksa aku berdandan sebisaku karena aku jarang berdandan. Setelah selesai berdandan aku menunggu jemputan yang dipesan Danial dan sekarang here am I. Dia acara yang sangat amat membosankan. Bersama dengan pengusaha-pengusaha tua yang sama sekali tidak menarik mata. Sendirian. Karena dari tadi Danial sibuk berbincang dengan beberapa orang yang menurutku mereka adalah partner bekerja. Tante Diana? Aku tidak tahu. Aku tidak melihatnya disini. Mungkin itu hanya taktik mereka saja agar aku datang ke acara ini. Karena sampai acara hampir selesai pun tidak terlihat batang hidung Tante Diana atau pun Om Jhon.
"Wajahmu jelek sekali"
seseorang mengagetkanku dan membuatku menoleh ke arah suara itu. Danial.
"Apa itu urusanmu?"
"Ya, karena kau adalah pasanganku disini. Apa kata clien-clien ku kalau mereka melihat pasangan sang pemuda tampan nan kaya raya ini sangat buruk rupa"\
Sialan. Dia itu sangat besar kepala.
"Lantas mengapa kau mengajakku kesini? Mengapa kau tidak menyewa wanita bayaran yang cantik? Ini London, pasti banyak wanita bayaran yang bisa kau bawa kesini. Atau kah mereka tidak mau pergi bersama mu? Hah katanya kau tampan. Dasar besar kepala" Aku berbicara panjang lebar dan hanya dibalas senyum manis....oh tidak senyum sinis.
"Aku sudah muak disini. Apa kau ingin pergi ke suatu tempat?" Tanya Danial tiba-tiba.
"Aku ingin pulang" jawabku singkat. Sebenarnya aku ingin sekali pergi mengelilingi kota ini di malam hari. Sepertinya akan indah dan menyenangkan. Tapi mengingat pergi bersama Danial. ah aku tidak berminat.
"Kau akan menyesal menolak ajakan ku"
Dasar Danial besar kepala. sombong. selalu memaksa. Lihat sekarang, dia membawaku entah kemana. Aku tidak tahu, yang aku tahu hanyalah ini bukan arah jalan ke rumah besar Danial.
Selama perjalanan aku hanya diam. Tidak dengan Danial. Dia bernyany-nyanyi mengikuti lagu yang beralun dari tipe di mobilnya.
"Aku merasa sedang mengendarai truk yang membawa batu"
Aku menoleh mendengar kata-kata itu lalu mengernyit tak faham.
"Kau tidak mengerti? dasar bodoh"
"terserah" kataku.
"Wow sekarang batunya sudah bisa bicara"
Sialan. Jadi kata-katanya tadi itu sindiran untukku? Jadi dia fikir aku batu? Arrgh sungguh aku kesal setengah mati pada Danial.
Perjalanan penuh dengan obrolan yang sangat tidak penting dari Danial. Dia terus mewawncaraiku. Bukan, dia mewawancarai batu. Aku tidak mendengarkannya. Tapi aku mendengar satu kata darinya.
"Ok, nona batu tempat yang akan kita tuju ini pasti tidak akan pernah kau lupakan. apalagi kau pergi denganku. Pemuda tampan nan kaya raya"
Aku hanya tersenyum sinis mendengarnya. Lihat saja jika tidak berkesan, aku tidak akan pernah ingin pergi bersamanya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boy In The Poster
Fantasydia nyata! dia nyata! percayalah padaku! dia nyata dan aku mencintainya! © cover by dope-ing (dee and SillentStalker)