Aku masuk kedalam kamarku. Aku menemukan Davian sedang duduk diujung ranjangku. Davian tersenyum saat melihat ku masuk kedalam kamar. Aku membantingkan diriku di atas kasur karena sangat lelah. Sambil menatap langit-langit kamarku, aku menyapa Davian.
“Hi, Dav”
“Hi, Ve. Kemana saja?” Tanya Davian dengan senyum ramah di wajahnya. Aku masih tidak percaya bagaimana mungkin Danial sangat mirip dengan Davian? Apakah aku harus menceritakan ini pada Davian? Oh tidak, ini bukan waktu yang tepat.
“Aku kira kau akan mengetahui aku habis dari mana saja, kau kan bisa membaca fikiran orang” aku memalingkan pandangan dari langit-langit kamarku ke arah Davian. Memang benarkan? Aku rasa Davian bisa mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Kai dan mungkin saja ia juga tahu isi fikiranku, ya bisa saja.
“Aku memang bisa membaca fikiran orang, Ve. Tapi tidak denganmu.”
“Apa maksudmu?”
“Kau terlalu abu-abu, kau tidak bisa ditebak”
“Kalau begitu baguslah”
Aku memandang langit-langit kamarku lagi. Tidak ingin melanjutkan pembicaraanku bersama Davian. Aku sangat lelah sekarang dan tak terasa mataku mulai memejam. Satu kata yang aku dengar dari mulut Davian sebelum aku benar-benar terlelap.
“Selamat malam, Ve” kemudian aku terlelap. Aku tidak tahu apalagi yang terjadi setelah itu.
***
Keberangkatan ku ke London selama 2 bulan bersama Danial telah berada di depan mata. Aku sudah selesai memasukan barang-barang yang akan ku bawa ke dalam koper super besar ku. Aku akan lama disana jadi wajar saja jika aku membawa koper yang super besar seperti ini. Setelah semuanya selesai, aku mengecek kembali takut-takut ada barang yang ketinggalan. Davian yang sedari tadi memperhatikanku, kini ia berjalan ke arah balkon. Aku mengikutinya.
“Apa aku harus membawa postermu?” Tanyaku dengan hati-hati.
“Tidak perlu”
“Mengapa?”
“Meskipun kau membawanya, aku tetap tidak akan muncul disana”
“Mengapa?”
“Ini kedua kalinya kau bertanya ‘mengapa’. Sekarang cepatlah bergegas, kakakmu sudah menunggu di bawah.” Ucapnya sembari menatapku.
“Aku akan merindukan mu, Dav. Meskipun kau tidak ada disana, aku akan tetap membawa poster-poster itu untuk melepas rinduku.”
“Terserah apa katamu. Aku juga akan merindukanmu” aku memeluknya lama. Melepas beban difikiranku sejenak. Lalu aku melepaskan pelukanku darinya setelah mendengar Vivi berteriak dari bawah memintaku cepat turun ke bawah. “Aku benar-benar akan merindukan mu, Dav”
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy In The Poster
Fantasydia nyata! dia nyata! percayalah padaku! dia nyata dan aku mencintainya! © cover by dope-ing (dee and SillentStalker)