(11) Kai

563 22 10
                                    

Hari ini aku tidak sendirian dimansion besar ini. Aku menelfon Claudie untuk datang kesini karena lagi-lagi aku ditinggal oleh Danial. Akhir-akhir ini Danial jaramg sekali ada di rumah. Ia sepertinya sedang sibuk, karena aku sering sekali mendengar ponsel Danial berdering dan ia langsung pergi. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Mungkin pekerjaan yang sangat penting.

Sekarang, Claudie sedang mendandaniku. Ia bilang kita akan pergi berbelanja. Aku tidak tahu mengapa berbelanja saja harus berdandan dulu? Toh nanti juga dandanan akan rusak karena akan berebut barang branded mahal dengan yang lain. Bahkan mungkin akan ada momen jambak-jambakan rambut dengan pembeli lain. Oke lupakan tentang itu. Karena sekarang aku sudah ada di butik yang sangat mewah. Claudie yang membawaku kesini. Katanya, aku boleh membeli barang apapun yang aku suka dan dia akan membayar semuanya.

Setelah memilih semua outfit yang cocok untukku, aku dan Claudie pergi ke sebuah caffe dekat butik tersebut.

Terkejut saat aku melihat Kai ada disana. Apa dia bekerjasama dengan Claudie? Ah aku lupa Claudie adalah sepupu Kai. Aku tahu pasti Kai menggunakan Claudie agar bisa bertemu denganku. Dasar licik.

Claudie disampingku sedang memberikab puppy eyesnya yang membuatku muak dibuatnya. Aku tidak pernah ingin bertemu dengannya. Mendengar namanya saja aku sudah muak. Tapi sekarang? Ini sudah tanggung. Tidak mungkin aku kabur dari sini. Aku harus sedikit menghargai pengorbanan mereka.

"Hai Ve" sapa Kai saat aku berada di hadapannya.

Claudie yang sudah diberi jurus kode dari Kai langsung mencari-cari alasan untuk pergi. "Maaf Ve, Kai. Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama disini. Dosenku tiba-tiba mengganti jadwal kuliahnya. Dia sangat galak. Aku tidak ingin membantah"

Claudie keluar dari Caffe ini dan baru aku sadari di Caffe ini hanya ada aku dan Kai.

"Kemana orang-orang? Mengapa Caffe ini sepi sekali?" Tanyaku pada Kai setelah duduk dihadapannya.

Kai tampak bingung, "Sebenarnya aku menyewa tempat ini Ve"

"Kau hanya membuang-buang uang saja"

Kai tampak terlihat sedih, "Karena aku selalu tidak punya waktu untuk berdua denganmu seperti ini"

Aku hanya diam tidak menjawab. Tidak lama dari itu seorang pelayan membawakan hidangan yang mungkin sudah dipesan Kai dari tadi.

Pelayan itu tampak ingi berbicara namun takut. Aku berinisiatif untuk bertanya padanya. "Ada yang ingin kau katakan? Sampaikan saja" ucapku santai.

"Se.. sebenarnya.."

"Ucapkanlah, tenang saja" Kai tidak sabar menunggu jawaban pelayan itu.

"Pemilik Caffe ini ingin mengadakan meeting disini. Saya bingung harus bersikap seperti apa karena Caffe ini sudah disewa oleh anda tapi dia juga bosku"

Aku mengerti keadaanya. Aku juga akan bingung jika ada diposisi pelayan itu. "Tidak mengapa. Kami tidak keberatan jika bosmu ingin meeting disini. Ya kan Kai?"

Kai terkejut. Sedikit tidak setuju sepertinya tapi akhirnya dia mengangguk. Pelayan itu berkara bahwa harga uang sewanya akan dikurangi. Jadi masalahnya sudah beres.

"Kamu datang kemari bersama siapa Ve?" Tanya Kai

"Claudie"

"Ah tidak. Maksudku kau tinggal disini dengan siapa?"

"Teman"

"Temanmu yang mana?"

"Apa aku harus memberi tahumu?"

Kai terdiam lalu terjadi keheningan diantara kami.

Saat aku sedang menyantap hidangan dihadapanku. Aku seperti menggigit sesuatu. Aku mengeluarkannya dari mulutku dan aku terkejut saat melihat sebuah cincin. Kai menatap ku dan bertanya "Apakah kamu mau Ve?"

Aku bingung, "Mau apa Kai?"

"Menjadi tunanganku"

Aku terkejut berbarengan dengan beberapa orang yang masuk ke dalam caffe ini. Dari salah satu diantara mereka, aku melihat Danial. Oh Danial tolong bantu aku. Datangi meja kami dan bilang bahwa kau adalah tunanganku. Dia melihat ke arahku. Aku memancarkan harapan di mataku. Tapi Danial tidak peka. Dia mengalihkan pandangannya lalu pergi ke meja rekan kerjanya.

"Bagaimana Ve?" Tanya Kai mengagetkanku.

Aku melihat ke arah Danial. Dia tidak peduli ternyata, "Aku tidak bisa Kai"

Bisa ku lihat wajah sayu itu berganti jadi sedikit marah..atau kecewa? Entahlah. "Mengapa Ve?"

"Aku sudah punya tunangan Kai"

"Siapa?" Tanya Kai berapi-api.

Aku ingin mengatakan bahwa tunanganku adalah orang yang ada di meja di hadapan kami. Tapi aku takut Danial tidak menganggapku. "Anak teman ayahku. Aku dijodohkan dengannya"

"Jadi ini semua salah ayahmu" dia bergumam pelan tapi aku masih mampu mendengarnya meskipun tidak jelas maksudnya.

"Maksud kamu apa Kai?"

"Tidak. Tidak mengapa. Aku sudah tidak lapar. Bisakah kita pergi dari sini sekarang?" Ucap Kai dengan dingin.

"Ya" aku bejalan mengikuti Kai. Aku melihat sejenak ke arah Danial. Dia sedang fokus pada meeting itu.

Setelah keluar dari caffe itu. Aku meminta Kai tidak usah mengantarku pulang.

Aku sampai dimansion Danial. Seperti biasa. Sepi. Tidak lama dari itu aku melihat Danial juga masuk ke mansion ini. Tanpa menyapaku. Tanpa memberi senyuman. Menjadi Danial yang dingin. Mengapa dia seperti itu?

Aku berinisiatif menyapanya. Tapi dia hanya menatapku dan pergi ke kamarnya. Aku mengikutinya. Sampai ia menutup pintu kamarnya dan aku segera mencegahnya.

"Kenapa kau tidak menyapaku di caffe tadi? Padahal aku yakin kau melihatku" tanyaku pada Danial.

"Fikirkan saja olehmu" jawabnya dingin.

"Aku tidak mengerti. Coba jelaskan padaku Danial. Jangan membuatku bingung.

"Apakah aku harus menyapamu sedang bersama laki-laki lain? Apa yang akan dikatakan teman-temanku kalau mereka tahu kalau kau adalah tunanganku dan kau malah kencan bersama laki-laki lain? Apakah penjelasanku sudah cukup Veranda Hortman?" Jelasnya dengan menekankan kata Veranda Hortman. Aku langsung terdiam. Benar apa yang dikatakan Danial. Danial menutup pintu kamarnya sedangkan aku mematung didepan kamarnya. Mencoba mencerna kata-kata Danial.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boy In The PosterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang