Lesson (1): Abduction

1.1K 125 0
                                    


Sendirian ditambah tidak bisa tidur merupakan hal yang biasa bagi Amarta Orchidee Len. Seperti malam-malam sebelumnya, gadis itu terduduk di ranjang. Kali ini dia tidak lagi bisa menyibukkan diri dengan membaca buku. Setelah beberapa hari yang lalu membeli selusin novel dengan genre yang berbeda, akibat waktu luangnya yang berlebihan, semua buku itu habis dia lahap. Tentunya seperti rutinitasnya yang lalu, dia akan merencanakan kapan akan ke toko buku lagi. Hanya saja kali ini dia merasa lelah. Semua hal yang dirasanya menarik dulu, kini telah berubah hambar.

Sekelumit ide mendadak muncul di benak gadis itu. Sebenarnya ide yang amat mengerikan. Matanya menyipit kemudian melirik ke arah telepon di atas meja samping ranjang. Tersenyum licik, dia pun meraih gagang telepon itu lalu memencet beberapa tombol sebelum akhirnya menempelkan benda itu ke telinga.

Dari situlah, mimpi buruk mereka dimulai.

***

Melisma Forsythia Len membaca cepat baris demi baris satu bendel kertas yang dijepit papan alas tulis yang sedang dia pegang. Matanya menyorot tajam penuh napsu membunuh. Cepat, walau tidak kasar, jari-jari tangan kanannya membalik kertas-kertas itu dan menyatroni semua hal yang tertulis di sana tanpa melewatkan secuil katapun. Tiap dia membalik halaman itulah, tiga orang yang berdiri depan meja selalu terperanjat. Wajah dan leher mereka banjir oleh keringat dingin. Salah satunya bahkan berusaha mati-matian menahan hasrat buang air kecil.

AC yang ada di ruangan itu dihidupkan dengan angka derajat minimum. Bahkan tanpa ditambah dengan suhu rendah, ketegangan yang gadis itu ciptakan mampu membuat suasana sebeku puncak Everest.

Saat ini dia sedang duduk di meja putar putih kesayangannya, mengenakan kemeja garis lengan panjang dan rok hitam selutut, juga boots heel hitam. Rambutnya yang hitam panjang diikat tinggi-tinggi di belakang kepala. Gadis itu juga memakai kacamata tanpa bingkai hingga orang lain bisa melihat dengan jelas mata setajam elang yang dia miliki. Sekarang, mata tajam itu bahkan bertambah ganas berkali-kali lipat hanya gara-gara paper yang dia baca sekarang tidak sesuai dengan harapannya.

“Kapan kalian mulai mengerjakan proposal ini?” tanya Melisma tanpa mengalihkan perhatiannya dari tulisan pada paper.

“Empat hari yang lalu waktu tugasnya diberikan,” jawab salah satu dari tiga orang di depannya. “Waktu yang diberi seminggu, jadi kami tiga hari lebih awal..”

Langsung saja, Melisma menyeringai sinis. Celakanya bagi ketiga orang tadi, seringai itu terlihat mirip sekali dengan tawa sadis psikopat yang muncul dalam film horor yang diputar di televisi semalam. Mereka sontak terperanjat sampai hampir melompat ketika gadis itu tiba-tiba saja melempar papan alas tulisnya ke samping hingga menghantam keras dinding.

“Jangan salah sangka,” kata Melisma sambil menyilangkan tangan pada mereka bertiga. “Orang lain memang akan selalu memuji orang rajin. Sayangnya aku punya pendapat berbeda. Kata-kata seperti ‘Hebat sekali kau menyelesaikan dengan cepat’, ‘Rajin sekali mengerjakan’, ‘Sepertinya orang ini patut dipertimbangkan’, sayangnya kalian tidak akan pernah mendapatkannya dariku.”

Mereka bersamaan menelan ludah.

“Menurut kalian mengapa para dosen memberikan jangka waktu lebih lama dari yang biasa kalian habiskan hanya untuk mengerjakan sebuah proyek? Supaya kalian bisa lebih serius mengerjakannya. Masing-masing hari yang kalian dapat sebagai jatah harusnya dipergunakan semestinya. Berani-beraninya kalian mengurangi jatah itu hanya untuk menyisakan hari demi main-main?”

Ketiganya bungkam. Meski tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat Melisma, mereka tidak berani mendebat gadis yang mereka curigai sebagai siluman macan kumbang itu.

“Kualitas proyek satu minggu, ditukar dengan kualitas proyek empat hari? JANGAN BERCANDA DENGANKU!!” Teriakan Melisma yang membentak mereka sampai menggetarkan benda-benda yang ada di sana. “Satu minggu lagi. Kalau kalian sampai memberiku sampah seperti tadi, NILAI C PUN TIDAK AKAN SUDI AKU USULKAN PADA MR. EDGAR UNTUK KALIAN!!”

The Twins: Out of StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang