Lesson (7): Lunch

998 112 9
                                    

Mereka semua—tidak terkecuali Lotad, Mawa dan Hebron—kembali ke rumah kayu. Dari jarak beberapa meter aroma harum masakan telah tercium. Saliva Tiara mengalir paling deras, mendorongnya berlari. Kemudian bagai menggerebek sarang judi, dia membuka pintu lebar-lebar. Mulutnya menganga lebar—terpana. Hanya dalam tiga langkah yang lebar Tiara sampai di meja buffet terdekat.

"Wow ..." Viola menggumam takjub melihat makanan-makanan yang disajikan seakan berbaris menunggu untuk disantap. Perhatiannya tercurah penuh pada dessert yang dihiasi buah-buahan penuh warna.

"Di mana susu?" tanya Melisma langsung pada perempuan bertopi koki yang tengah menaruh panci sup.

Amarta mengambil potongan daging, kebab, salad, dan sup krim ke nampan. Tampilan makanan-makanan itu membuatnya senang. Apalagi dia sadar benar jika semua makanan tadi diolah dari bahan-bahan yang masih segar. Ah, andai saja dia punya kapasitas perut tiga orang. Amarta melongo melihat Tiara bersliweran kesetanan. Entah darimana Tiara mendapatkan troli yang memudahkannya memuat empat nampan sekaligus.

Ratimeria menyelinap pergi tanpa siapa pun menyadari. Sambil tetap menekan sapu tangan pada lubang hidung, dia masuk ke kamar mandi. Di sana dia membasuh bekas kemerahan di kerah baju juga bagian bawah hidungnya. Bekas kemerahan di sapu tangan membuatnya jijik. Ratimeria pun membuangnya ke tempat sampah dan menggantinya dengan banyak lembaran tisu.

Di luar kamar mandi itulah, Lotad ternyata menunggunya. Ratimeria melihat sekilas bayangan laki-laki itu sebelum mencapai ujung lorong toilet. Melewati ambangnya, dia pun menghentikan langkah.

"Kau tidak apa-apa?"

Ratimeria menoleh padanya. Laki-laki itu menyodorkan sehelai sapu tangan putih bersih. Ratimeria menerimanya tanpa mengatakan apa pun meski sorotnya bertumbukan dengan mata Lotad.

"Maaf," ucap Lotad lagi. Dia berdehem, sedikit kaku dan kikuk. Tampaknya dia benar-benar tulus meminta maaf.

"Get me my afternoon tea," kata Ratimeria akhirnya setelah Lotad mengira dia tidak akan mendapatkan tanggapan apa pun dari gadis itu. Ratimeria pun meninggalkan Lotad yang bengong sendirian di tempat.

Butuh beberapa saat bagi Lotad untuk menyadari jika Ratimeria barusan memerintahnya. Lotad tidak suka diperintah. Tapi mengingat Ratimeria mengatakannya setelah Lotad mengajukan permintaan maaf, dia pun berpikir perintah tadi sebagai isyarat supaya maafnya diterima. Lotad pun harus menelan gengsinya bulat-bulat. Dia tidak memiliki pilihan selain menuruti gadis itu sekarang.

Hanya ada satu meja untuk makan di tempat itu—meja persegi panjang dengan delapan kursi. Gargaric sengaja mengaturnya demikian supaya mereka bisa menyantap makan siang berdekatan. Melemparkan pandangan memusuhi pada Mawa dan Hebron, Tiara menuangkan saus ke ayam goreng miliknya. Melisma makan dengan takzim sekotak temari sushi ditemani segelas susu tawar dan air mineral. Viola merasa cukup dengan sepiring salad sayur dan buah. Makan siang Amarta sendiri lebih beragam, tidak jauh berbeda dengan Tiara hanya saja dengan porsi yang lebih sedikit.

Perhatian mereka beralih saat Ratimeria menarik kursi di antara Amarta dan Mawa. Gadis itu masih menutupi bawah hidungnya dengan sapu tangan.

"Kau baik-baik saja? Seharusnya ada yang menyiapkan kotak obat di sini," ujar Viola.

"Kau tidak mengambil makanan?" tanya Tiara.

"Atau mau kuambilkan?" tawar Amarta. "Ada yang mau kau makan? Burger mereka enak sekali. Ada raw oyster juga."

Lagi-lagi mereka mengalihkan pandangan saat Lotad datang. Namun bukannya menghampiri kursi yang kosong, laki-laki itu menghampiri Ratimeria dan meletakkan secangkir teh dengan uap yang masih mengepul ke hadapannya. Tidak hanya membawakan teh, Lotad juga memberikan Ratimeria sepiring kecil macaron.

The Twins: Out of StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang