chapter 1

506 33 12
                                    

Fiksi ini di buat dalam rangka menyambut hari kemerdekaan indonesia yang bertepat pada tanggal 17 agustus.

Sebuah fiksi berlatarkan peristiwa Bandung lautan api.

Cerita ini hanyalah sebuah fiktif belaka, jika ada kesamaan itu hanyalah sebuah kebetulan.

enosius

========happy reading=======

Rudy membenahi seragam berlambangkan merah putih di dadanya. Sebuah bedil angin tersampir di bahu tegapnya. Mata hitam itu melirik teman seperjuangan yang juga telah siap dengan seragam pejuangnya.

Satu bulan berlalu sejak proklamasi kemerdekaan negara Indonesia di siarkan di seluruh Indonesia.
Rudy masih ingat, saat itu ia bersama beberapa rekannya datang ke studio radio untuk mengambilalih studio tersebut dari Jepang.

Saat itu, walaupun sang direktur telah menyerahkan studio ke pihak Indonesia. Tiba - tiba saja seorang pengawal Atazawa bernama Hey Tay mengadakan penyerangan untuk membatalkannya.

Tapi untungnya salah satu rekan Rudy dengan sigap menodongkan senjata tajam yang di genggamnya. Berkat itu, studio berhasil mereka ambil alih dan proklamasi kemerdekaan pun dapat mereka siarkan ke seluruh penjuru Indonesia.

'Saat itu aku tidak melakukan apapun sama sekali' batin sang pemuda.
'Aku bahkan hanya terpaku menyaksikan rekanku yang dengan beraninya menalawan pihak Jepang' seseorang menepuk pundaknya. Rudy menoleh dan mendapati E. Karmas -si pemuda berani- tersenyum padanya.
"Bersemangatlah, perjuangan kita masih belum berakhir"

Ya, perjuangan mereka belum berakhir. Walaupun teks proklamasi telah di bacakan, perjuangan mereka melawan penjajah masih berlanjut.
Ada berita bahwa sekutu akan segera tiba di Indonesia, Bandung khususnya. Karena itulah, para pejuang harus siap siaga menyambut kedatangan mereka. Selagi menunggu, para pejuang harus membekali diri dengan persiapan yang matang serta perlengkapan yang memadai.

Karena itu, Rudy serta rekannya yang lain bergerak untuk mengambilalih bangunan dan persenjataan yang masih di kuasai Jepang.

"Kemana tujuan kita sekarang?" tanya Rudy pada E. Karmas.
"markas Kempetai Jepang di jalan Heetjansweg, kita akan mengambil alih tempat itu serta persenjataannya" Rudy mengangguk mengerti. Sekali lagi ia menepuk punggung Rudy dan berlalu. Sembari menatapi punggung E. Karmas, dalam hati Rudy bertekad, bahwa ia akan melakukan apapun untuk negaranya.

--------------------

Disinilah ia berada, berhadapan dengan pihak Jepang di markas Kempetai Jepang di jalan Heetjansweg. Pada awalnya, pengambilalihan ini berjalan lancar, pihak Jepang dengan lapang dada menyerahkan senjata yang mereka miliki pada pihak Indonesia.

Dor!

Baik pihak Indonesia maupun pihak Jepang terperanjat kaget saat mendengar bunyi tembakan.  Begitu Rudy menoleh, ia mendapati salah satu anggota temtara Jepang tergeletak bersimbah darah. Entah ulah siapa ini, yang jelas, hal itu tidak menguntungkan bagi pihak Indonesia.

"Nani - kore wa jigokudesu ka?!" seruan marah dari pihak Jepang menjadi awal dari pertempuran berdarah.
Pertempuran tidak terelakkan lagi, pihak Jepang mengerahkan kembali kendaraan perang mereka. Rudy meraih bedil angin miliknya dan bersikap waspada.

Salah satu rekannya ambruk terkena tembakan dari musuh, segera saja, di arahkan bedil angin tersebut pada musuh yang berhasil melumpuhkan sang rekan. Rudy menembak dan berhasil mengenai perut musuhnya.

cinta sang pejuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang