chapter 3

302 25 18
                                    

Deff melangkahkan kakinya perlahan di markas Indonesia. tujuannya disini adalah untuk mencari informasi yang berguna untuk bosnya. Dengan hati - hati, Deff memperhatikan sekitar.

Melangkah sesenyap mungkin untuk menghindari kemungkinan terpergok.
"Aneh,,, kenapa sepi sekali?" gumamnya. Kakinya terus melangkah, ia memeriksa setiap bangunan yang kemungkinan di gunakan untuk digunakan para tentara pribumi berdiskusi. Untuk mendapatkan informasi. itulah tujuannya. Tempat dimana targetnya berdiskusi, bersembunyi di tempat yang pas dan dapatkan informasinya.

Tapi, begitu ia masuki salah satu gedung berlantai satu, yang ia temukan malah Rudy yang tengah berbaring sembari menutup mata. Mungkin dia tengah tidur.
"Coba lihat,, aku menemukan malaikat tengah tertidur" gumamnya sembari mendekat pada Rudy.

"Hh~ gara - gara pemuda Inggris itu, aku jadi tidak bisa ikut berjuang bersama rekan - rekanku" Deff menyeringai saat mendengar keluhan Rudy. Ia berdiri tepat di atas kepala Rudy, lalu berujar,
"Merindukanku, hm?"

===========================

Ini adalah Fiksi berlatarkan pasca proklamasi. Khayalan yang ku buat tanpa mengubah sejarah yang ada.

Gambar pada multimedia adalah hasil editan yang ku  buat(?) dengan alat dan bahan(?) seadanya. Karena itu, gambar bukanlah milikku. :3

=======happy reading=======

Rudy menghela napas bosan. Disaat rekan - rekannya berjuang menurunkan bendera musuh di gedung Denis, ia malah harus berdiam diri di markas karena lukanya.
"Hh~ gara - gara pemuda Inggris itu, aku jadi tidak bisa ikut berjuang bersama rekan - rekanku" keluhnya.

"Merindukanku, hm?"
Rudy terlonjak saat mendengar suara asing tepat di atas kepalanya yang tengah berbaring. Belum sempat ia bangun dari berbaringnya, sepasang tangan menahan bahunya. Mencegah Rudy untuk duduk.

Deff menatap kedua manik coklat Rudy yang berbaring di bawahnya. Terkekeh saat sebuah tatapan tajam tertuju padanya.
"Kau tetap galak seperti biasanya" komentar Deff seolah mereka sudah kenal lama.

Rudy menggerakkan tangannya untuk melepaskan cengkraman Deff pada bahunya. Namun, sebelum usahanya membuahkan hasil, Deff menangkap tangannya terlebih dahulu.
"Kau tidak bisa kemana - mana"

Rudy mengernyit saat pemuda pirang di hadapannya menatap dirinya intens. Jantungnya berdetak cepat saat sebuah senyuman terkembang di bibir Deff. Sebisa mungkin Rudy menutupi rasa gugupnya saat Deff semakin merunduk, mendekat pada wajahnya.

Kedua mata Rudy terbelalak kaget saat Deff menempelkan bibirnya pada bibir Rudy. Semakin terkejut saat mulutnya di terobos oleh benda lunak yang berasal dari dalam mulut deff.
"Hhmmhh.." Rudy mengutuk dirinya sendiri saat suara aneh itu keluar dari bibirnya. Sementara Deff semakin gencar mengobrak - abrik rongga mulut Rudy.

Memperingati dirinya untuk tidak terus menikmati cumbuan Deff pada bibirnya, Rudy pun diam - diam meraih pistol Deff yang beberapa waktu lalu Rudy rampas. Membawa pistol itu dan menempelkan mulut pistol pada ubun - ubun Deff.

Si pirang menghentikan aksinya saat merasakan dinginnya mulut pistol di ubun - ubun.
"Menjauh dariku atau ku lubangi kepalamu" ancam Rudy dalam bahasa Inggris yang sempat ia pelajari beberapa waktu lalu, saat negaranya masih dalam genggaman Jepang.

Karena saat itu, rakyat Indonesia di perbolehkan menimba ilmu oleh Jepang. Hasilnya, Rudy bisa sedikit memahami beberapa bahasa yang memang ia pelajari dulu.

Deff sedikit menegakkan dirinya, dalam posisi setengah membungkuk, Deff berujar,
"Sebelum kau berhasil melubangi kepalaku, jiwamu akan terpisah dari ragamu terlebih dahulu." dalam bahasa Indonesia.

cinta sang pejuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang