Rudy terdiam merenung. Saat ini pikirannya di penuhi satu hal —satu orang— deff.setelah Rudy mengungkapkan perasaannya, ia tidak pernah lagi muncul disekitar markas.
'Mungkin memang benar, dia mendekatiku hanya untuk mendapatkan informasi. Setelah ia tahu dia tidak akan pernah mendapatkan informasi dariku, diapun menjauh' batin Rudy.'Gawat!" Rudy terlonjak saat salah satu rekannya mendobrak pintu dan berseru panik.
"Ada apa?!" Iwan yang sedang berbaring juga terlonjak. Mungkin dia yang paling terkejut, terbukti dia langsung melompat berdiri dari berbaringnya."Rekan kita banyak yang gugur di kawasan ciateul!" seru orang itu lagi.
"Bagaimana bisa?" tanya rudy yang kali ini ikut berdiri.
"Sekutu datang menyerang untuk membebaskan para tawanan belanda disana. Dan mereka menggunakan pesawat tempur untuk menyerang." jelas sang rekan.Rudy mengepalkan kedua tangannya.
"Kita harus kesana" desisnya dibalas anggukan oleh kedua rekannya.
"Yang lain sudah menunggu" merekapun bergegas menuju ciateul.Dalam perjalanan, pikiran Rudy lagi - lagi melayang entah kemana. Ia yakin, Deff ada disana untuk mencari informasi. Mungkin juga dia ikut dalam penyerangan itu. Rudy sendiri tidak mengerti kenapa ia bisa seyakin ini tentang keberadaan Deff disana.
Mereka tiba di daerah ciateul, kesan pertama yang Rudy rasakan adalah suram. Keadaan tempat itu sangatlah kacau. Bekas ledakan, tembakan, jasad musuh dan rekannya tergeletak dimana - mana. Keadaan semakin berbahaya, sekutu mulai menunjukkan taring mereka yang sebenarnya.
Mereka bahkan tidak segan mengirim senjata tercanggih mereka untuk melawan para pejuang.
Rudy tahu, sekarang ia dan rekan - rekannya harus lebih waspada. Bagaimanapun, musuh memiliki persenjataan yang jauh lebih unggul dari mereka. Persenjataan yang mereka rebut dari jepang belum cukup untuk mengimbangi sekutu.Rudy tanpa sengaja menatap ke atas sebuah gedung. Dan saat itulah matanya menangkap orang itu. Hal itu jelas - jelas membuat Rudy terperangah. Dugaannya benar, Deff ada di sini. Dan dugaannya yang lainpun benar, dugaan yang menyakitkan saat terbukti kebenarannya.
Hatinya mencelos saat Deff melengos pergi begitu mereka bertatapan. Tersenyum sendu, Rudy pun memilih untuk membantu teman - temannya.
"Kenapa kau terlihat sedih begitu?" tanya Iwan heran.
Tapi nampaknya pertanyaan Iwan tidak di dengarkan oleh Rudy. Pasalnya dia tidak menjawab pertanyaan itu sama sekali."Oi," Rudy tersentak kaget saat Iwan menyenggolnya.
"Huh? Kenapa?" tanya Rudy polos.
"Apa yang kau pikirkan sih? Kenapa kau melamun dengan tampang sedih begitu?" Rudy menghela napas mendengar pertanyaan Iwan.
"Aku hanya merasa muak dengan perang ini. Teman - teman kita satu persatu meninggalkan kita." keluh Rudy.'Dan cintaku pun ikut mati di sini' tambahnya dalam hati. Iwan mengangguk,
"Karena itu, kita harus berusaha sekuat tenaga kita supaya tidak ada lagi yang menjadi korban." ujar Iwan penuh tekad.'Dan mungkin akan lebih baik untukku. Jika aku saja yang menjadi korban. Sebuah kebanggaan jika aku mati demi negaraku. Selain itu, jika aku mati, aku tidak akan pernah merasakan perasaan sesak ini' batin Rudy lagi, ia bangkit dari jongkoknya. Seorang rekan yang telah gugur berada dalam gendongannya. Di bawanya sang rekan ke tempat peristirahatan terakhirnya.
"Waktunya makan anak - anak." seorang kakek tua tersenyum ramah pada Rudy dan yang lainnya. Ia menggusur kelombong berisi penuh bungkusan makanan yang kemudian ia bagi-bagikan pada para pejuang itu dengan wajah tulus penuh kasih sayang.
"Terima kasih, pak" ujar Rudy begitu ia menerima sebungkus makanan dari si kakek tua.
"Sama - sama nak, semoga itu bisa sedikit menghibur hatimu" dengan senyum teduh, kakek itu menepuk punggung Rudy lembut.
"Yakinlah pada hatimu,, bahwa cinta yang kau pilih adalah benar" lanjut sang kakek dengan berbisik.Sedikit tersentak, Rudy pun akhirnya tersenyum.
"Baik pak, terima kasih.." dalam hati rudy bertanya - tanya kenapa si kakek tahu apa yang membuatnya gelisah. si kakek terkekeh,
"Panggil saja aku kakek. Aku sudah tua. Hahaha.. Ngomong - ngomong, Kau mirip sekali dengan cucuku. Umur kalian juga sebaya""Benarkah? Dimana cucu kakek sekarang?" tanya Rudy merasa penasaran seperti apa rupa cucu kakek baik hati ini. Senyum lemah terpatri dengan indahnya di bibir si kakek saat menjawab,
"Ia adalah pemuda yang kau bawa ke peristirahatan terakhirnya hari ini.."Lagi - lagi Rudy tersentak kaget.
"M-maaf kek,, a-aku tidak—"
Si kakek menepuk pundak Rudy menenangkan.
"Tidak apa - apa. Aku bangga padanya, ia berani mengorbankan nyawanya demi negara" Rudy yakin bahwa kebanggaan kakek ini pada cucunya begitu besar, terlihat dari senyum lebarnya.Namun tetap ada kesedihan disana. Manik hitamnya dengan jelas menyiratkan ke pedihan mendalam karena di tinggal orang tercintanya.
"Sungguh beruntung anda dan cucu anda saling memiliki. Aku yakin, beliau juga bangga memiliki kakek seperti anda." ujar Rudy merasa kagum pada sang kakek dan cucunya.Si kakek tersenyum,
"Baiklah,, kau makanlah yang banyak, kakek akan kembali membagikan makanan ini kesebelah sana" Rudy mengangguk sebagai jawaban. Dan si kakekpun berlalu.
'Yakin pada hatiku kah..' batinnya sembari menatap punggung si kakek.Setelah selesai mengisi perut, Rudy dan teman - temannya berpencar untuk melakukan patroli. Rudy menyusuri jalanan sepi di antara gedung - gedung setengah hancur. Senjata yang ia rebut dari Deff tergenggam erat di tangannya.
Srak
Rudy dengan sigap menoleh ke arah kanannya. Telinganya baru saja menangkap suara mencurigakan dari arah gang kecil itu.
Tanpa mengurangi kewaspadaannya, Rudy bergegas mendekati asal suara. Dengan hati - hati, ia mengendap, bersiap menyergap siapapun yang bersembunyi disana. Rudy melompat dari persembunyiannya sembari mengacungkan pistolnya.
Hening. Tidak ada siapapun disana. Melangkahkan kaki satu langkah, sepatunya terantuk sesuatu di bawah sana. Rudy menundukkan kepalanya.
"Pedang samurai?" gumamnya ketika mendapati pedang panjang yang merupakan milik jepang. Ia memungut pedang itu dan memperhatikannya beberapa saat.Menoleh ke kanan dan kekiri, namun Rudy tidak menemukan seorangpun di sana.
"Apa ini sisa pertempuran kemarin ya? Tapi aneh,, kalau ini di gunakan oleh seseorang saat pertempuran kemarin. seharusnya pedangnya tidak dalam sarungnya seperti ini.." gumamnya. Rudy menarik pedang itu keluar dari sarungnya."Tidak ada bekas darah sedikitpun.. Lagipula di sebelah sini tidak terjadi pertempuran.." tambahnya. Ia mengayunkan pedang itu dan mencoba memperagakan beberapa gerakan yang pernah ia lihat dari orang jepang.
Tersenyum puas, ia pun menyarungkan lagi pedang itu dan menyelipkannya di ikat pinggang.
"Ini akan berguna untukku." Rudy melangkah lebih dalam ke dalam gang untuk memeriksa tempat itu.Tanpa Rudy sadari, seorang pemuda berambut pirang bergelantungan di samping gedung dengan berpegangan pada tali yang ia kaitkan ke atap gedung tersebut. Pemuda itu mengamati semua gerak gerik Rudy.
"Rudy.." gumamnya pelan. Matanya menatap lurus pada Rudy yang kini berada tepat di bawahnya. Napasnya sedikit memburu. Pemuda pirang ini bergelantungan hanya dengan satu tangan. Sementara tangan yang lainnya terkulai lemah di samping tubuhnya, darah segar mengalir dari lengan bagian atas sampai ke jari - jari tangannya, lalu jatuh kebawah. Tepat mengenai pelipis Rudy dan mengalir ke pipinya.
Rudy tersentak saat sesuatu yang dingin terjatuh ke pelipisnya dan mengalir ke pipinya. Ia menyentuh sesuatu itu dengan tangannya.
"Darah?" ujarnya terkejut, segera saja ia menatap ke atas.Tidak ada apapun di atas sana.
"Darimana datangnya?" gumamnya bingung. Terdiam sesaat, Rudy pun memutuskan untuk kembali ke tempat teman - temannya.Di atas atap. Si pirang tadi sudah berbaring telentang di lantai atap. Napasnya masih memburu, terlihat dada tempat dimana lambang bendera negaranya, inggris berada naik - turun dengan cepat. Luka di tangannya masih mengeluarkan darah, karena itulah sekarang ia merasa lemah.
"Rudy.." sekali lagi, ia bergumam.
Bersambung...
Lagi - lagi aku merasa tidak puas dengan chapter ini. 😩
Semoga saja chapter kali ini tidak mengecewakan pembaca sekalian.. Selamat menikmati~
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta sang pejuang
Romancerudy seharusnya lebih memfokuskan dirinya untuk berjuang bersama warga bandung mempertahankan kemerdekaan yang baru saja mereka raih. tapi kenapa disaat seperti ini ia malah jatuh cinta? terlebih lagi, orang yang ia cintai adalah seorang lelaki dar...