- 17 Agustus 2017-
Seorang pemuda terlihat tengah menuruni anak tangga dan berjalan menuju ke ruang makan. Disana ia di sambut oleh ayah dan ibunya yang tengah mengobrol ringan.
"Selamat pagi, ayah, ibu" sapanya sembari duduk di kursi di samping kiri sang ayah.
"Tumben berangkat pagi" celetuk sang ayah di sela makan paginya.
"Iya, soalnya hari ini aku ada upacara kemerdekaan" jawab si pemuda.
"Wah,, iya juga ya,, hari ini kan tanggal 17 Agustus ya.. Ngomong - ngomong, di sekolahmu ada perlombaan tidak?" sang ibu meletakan sepiring nasi goreng di depan sang anak sembari bertanya dengan antusias.Si pemuda mengangguk,
"Tentu saja, aku ikut lomba panjat pinang." dengan lahap pemuda itu memakan nasi goreng buatan ibunya.
"Keren!" seru sang ibu, membuat kedua laki - laki dalam rumah itu terkekeh.
"Setiap hari ibu selalu ceria ya?" celetuk sang anak.Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu mengangguk bangga,
"Tentu saja! Ibumu ini selalu ceria, berbeda dengan ayahmu yang pendiam itu" si ayah mendengus.
"Kau yang cerewet" ledek sang ayah, membuat ibunya merengut."Ayah, ibu. Berhenti menebar bunga di pagi hari. Kalian tidak kasihan apa, pada anak kalian yang masih jomblo ini?" gerutu si anak.
"Sudah, dari pada meributkan hal tidak penting begitu, bukankah seharusnya kalian berangkat sekarang?" sang ibu menunjuk jam dinding."Ah! Ibu benar! Ayah, tidak siap - siap?" si anak bangkit dari duduknya.
"Ini kan hari kemerdekaan, nak. Ayah libur"
Pemuda itu mengangguk lalu bergegas menuju pintu keluar setelah mencium tangan kedua orang tuanya."Aku berangkat!" serunya.
Ia berlari menyusuri jalanan kompleks menuju ke sekolahnya. Di pertigaan ia bertemu dengan salah satu temannya yang juga baru berangkat.
"Oi, Rafly!" sapanya pada sang sahabat. Pemuda mungil di depannya menghentikan langkahnya dan tersenyum menatap pada si pemuda."Pagi, Malik" sapanya dengan senyum yang masih mengembang. Si pemuda yang di panggil malik terkekeh. Lalu berhenti tepat di samping Rafly, si pemuda bertubuh mungil.
"Malik,,, tanganmu kenapa?" tanya Rafly yang terlihat terkejut.
"Ah! Aku melupakan sarung tanganku!" seru Malik ikut terkejut."Apa kau pernah mengalami kecelakaan? Itu seperti luka tertusuk.." Rafly menunjuk telapak tangan Malik yang memiliki sesuatu seperti bekas luka.
"Tidak, aku tidak pernah mengalami kecelakaan. Menurut ibu, ini tanda lahir karena sejak lahir aku sudah memilikinya" mereka berbincang sembari melangkah menuju sekolah."Begitukah? Tapi unik juga ya,, tanda lahirnya seperti bekas luka tusuk.." komentar Rafly. Malik menghela napas,
"Aku sendiri juga tidak tahu kenapa begitu" keluhnya.Rafly terkekeh,
"Tahu tidak, ada seseorang yang bilang kalau setiap manusia pernah hidup di kehidupan sebelumnya, lalu setelah mati manusia tersebut akan bereinkarnasi di kehidupan berikutnya.. Mungkin itu luka yang kau dapat di kehidupanmu sebelumnya"Malik mendengus,
"Kalau memang benar begitu, kenapa aku bisa terluka? Memangnya di kehidupan sebelumnya, aku ini seorang penjahat atau orang yang suka berkelahi?" gerutu Malik."Siapa tahu dulu kau itu seorang pahlawan yang berperang melawan penjajah"
"Mana mungkin? Hahaha" mereka berdua berbelok di pertigaan sembari tertawa bersama. Mereka tidak menyadari dari arah berlawanan ada orang lain yang juga berjalan menuju ke arah mereka. Alhasil Malik dan orang itu bertabrakan.
Begitu Malik berbelok, wajahnya langsung menubruk sesuatu yang datar dan lebar. Ia nyaris saja terjengkang kebelakang kalau saja sesuatu tidak melingkar di pinggangnya.
"Kau tidak apa - apa?" suara baritone itu membuat Malik mendongakkan kepalanya. Tatapannya tertuju tepat pada kedua bola mata berwarna biru cerah. Malik sedikit melongo menatap orang di depannya, entah kenapa ia merasa pernah bertemu pemuda berjas rapi di depannya ini. Suaranya pun terasa familiar di telinganya.
Sedikit gugup pemuda berambut coklat itu menjauh dari si pemuda berjas.
"A-aku tidak apa - apa.. Maaf.." ujar Malik. Lalu ia berlari pergi, Rafly bergegas mengikuti temannya yang bersikap aneh itu.Si pemuda berjas menatap punggung Malik yang semakin menjauh.
"Mungkin di kehidupan yang lain, kau bisa bertemu lagi dengannya dalam situasi yang lebih baik" gumam pemuda itu tanpa sadar.Lalu ia tersentak,
"Apa yang sudah ku katakan barusan? Aneh.." ia berujar heran. Kembali berjalan menuju ke rumah sang atasan.
"Ngomong - ngomong, pemuda tadi manis juga.."END
Err,,, ini hanyalah bonus... Semacam scene tambahan,, mungkin? :3
![](https://img.wattpad.com/cover/116355788-288-k313014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta sang pejuang
Romancerudy seharusnya lebih memfokuskan dirinya untuk berjuang bersama warga bandung mempertahankan kemerdekaan yang baru saja mereka raih. tapi kenapa disaat seperti ini ia malah jatuh cinta? terlebih lagi, orang yang ia cintai adalah seorang lelaki dar...