Rudy terdiam di tempat dimana ia pertama kali bertemu dengan Deff, berdiri persis di tempat yang sama seperti saat itu.
Di kala itu, kepalanya tengah terluka akibat pertempuran melawan tentara jepang saat perebutan senjata dari tangan Jepang. Begitu kepalanya selesai di obati, Rudy nekat ingin berjalan - jalan seorang diri di kota yang jelas - jelas tidak aman.
Begitu ia sampai di tempat ini, berdiri persis sama di tempat sekarang ia berdiri. Kepalanya di lempari sesuatu oleh seseorang, menyebabkan luka di kepalanya yang memang masih basah mengeluarkan darah lebih banyak, lalu dia pingsan.
Begitu ia sadar, Rudy sudah berada di dalam kamar sebuah bangunan. Dan saat itulah pertama kali ia bertatap muka dengan Deff. Selanjutnya, hubungan mereka terus berkembang menjadi membingungkan. Rudy tahu bahwa dirinya dan Deff adalah musuh. Tapi hati kecilnya menolak hal itu.
Ia tidak mau menjadi musuh Deff. Ia tidak bisa. Rudy terlahir saat tanah kelahirannya ini telah menjadi medan perang. Jangankan bermain dengan riangnya bersama teman sebaya. Masih bertahan hidup pun sudah merupakan suatu anugerah baginya.
Karena itu, saat Deff memperlakukannya dengan baik, mengucapkan kata - kata manis padanya. Rudy sangat senang. saking senangnya, ia pun melupakan status Deff. Tujuan Deff yang sebenarnya hanya untuk mengorek informasi darinya, tidak ada maksud lain. Tapi Rudy dengan mudahnya mempercayai tentara musuh itu.
Memang tidak sampai kecurian informasi. Tapi pemuda berambut pirang itu sudah berhasil mencuri hatinya dan belum di kembalikan sampai sekarang.
Sebuah kerikil membentur kepala bagian belakangnya. Dan saat itulah Rudy terpaku dengan mata terbelalak. Dengan cepat ia berbalik kebelakang. Berharap menemukan sosok yang ia cari. Tapi nihil, sepanjang mata memandang, tidak seorangpun berdiri disana.
Menghela napas, Rudy melangkahkan kakinya yang beberapa detik kemudian terantuk sesuatu. Ia menunduk dan menemukan sebuah bungkusan selebar telapak tangan. Diraihnya bungkusan itu dan mengecek isinya.
Dan yang ia temukan adalah sekantung amunisi khusus yang hanya bisa di gunakan pistol miliknya. Ah tidak, pistol milik Deff. Ternyata yang membentur kepalanya tadi bukan sebuah kerikil, tapi sekantong amunisi. Entah sefokus apa ia melamin sampai - sampai sekantong berisi persediaan peluru ini ia sangka kerikil.
Terdiam sejenak, memikirkan dari mana asal amunisi itu. Tiba - tiba sebuah pemahaman gila menghantam benaknya.
"Mungkinkah...?" gumamnya sembari menengok kanan - kiri. Mencari sosok yang sedari tadi ia pikirkan.Pandangannya terhenti pada sekelebat bayangan seseorang di perempatan. Dilangkahkan kakinya dengan cepat mengejar bayangan itu. Rudy melihat seorang pemuda berambut pirang masuk ke gang. Ia yakin orang itu adalah Deff.
Karena itulah ia mempercepat langkahnya kaki untuk mengejarnya. Begitu ia masuk ke dalam gang, hal pertama yang ia lihat adalah punggung Deff. Ia tengah berdiri di gang yang ujungnya ternyata buntu. Rudy menghentikan langkahnya beberapa meter di belakang Deff.
Napas keduanya tidak beraturan.
"Kau lagi - lagi menemukanku" ujar Deff tanpa membalikkan tubuhnya. "Gerak - gerikmu mudah di tebak—" terdiam sejenak, Rudy menatap intens punggung tegap di depannya.
"—seolah kau sengaja ingin ku temukan" tambahnya dengan lirih.'Memang' batin Deff. Hanya dalam batin, karena yang ia ucapkan jauh berbeda.
"Mana mungkin begitu.sok tahu" Rudy menundukkan kepalanya.
"Benar juga.." lirihnya.Keduanya lagi - lagi terdiam. Hanya sebentar, karena detik berikutnya Rudy kembali bertanya,
"Kenapa kau memberikan persediaan pelurumu padaku?" Deff membalikkan tubuhnya menghadap Rudy.
"Aku tidak pernah merasa melakukan itu." ujarnya dingin.Diam - diam Rudy meringis mendapati nada dingin dari pemuda Inggris di depannya.
"Kalau bukan kau yang memberikan ini padaku, lalu siapa?" tanya Rudy lagi. Deff mengalihkan pandangannya,
"Bukankah kau yang mencurinya dariku?" kekehnya mengejek.Rudy tidak tahu apa yang membuat sikap Deff mendadak berubah seperti ini. Tadinya ia ingin meminta maaf pada pemuda itu karena sudah menyatakan cinta seenaknya padanya. Tapi setelah mendengar perkataan Deff barusan, rasa bersalah itu lenyap berganti menjadi rasa kesal.
"Apa maksudmu hah? Kapan aku melakukan itu? Jelas - jelas aku baru bertemu denganmu sekarang disini!" bantah Rudy tidak terima. Dengusan terdengar dari pemuda pirang itu.
"Bisa saja kan, kau menyuruh teman - temanmu atau bahkan musuhmu untuk mencurinya dengan bayaran tubuhmu itu?"Rudy benar - benar tidak mengerti jalan pikiran Deff. Setelah ia bersikap seolah tertarik padanya, tiba - tiba saja sikapnya berubah drastis setelah mendapat pengakuan cinta darinya. Dan sekarang apa? Pemuda itu menuduhnya seolah dirinya adalah seorang pelacur!
Rasa - rasanya ia ingin mati saja. Bayangkan saja, bagaimana perasaanmu jika di tuduh yang bukan - bukan oleh orang yang sangat kau cintai. Percaya atau tidak, sepatah kata yang terucap dari orang yang kita cintai akan sangat mempengaruhi kita. Dan sekarang, Rudy merasakan itu.
Hatinya sakit saat Deff dengan enteng nya menuduh dirinya dengan sesuatu yang tidak pernah ia lakukan. Dengan tangan gemetar menahan amarah, Rudy melemparkan kantong dalam genggamannya tepat ke wajah Deff.
"Tentara inggris brengsek.. Aku.. Benar - benar membencimu" desisnya sebelum akhirnya berlari pergi.Deff terdiam di tempatnya dalam posisi menunduk. Perlahan tangannya terangkat. Ia menutup kedua matanya menggunakan sebelah telapak tangannya.
"Kh..." gumamnya dengan tubuh gemetar. Dari sela jarinya, terjatuh setitik air.--------------------
Rudy menatap satu - persatu rekannya yang kini tengah berkumpul. Hari ini mereka akan mendiskusikan langkah selanjutnya yang akan mereka lakukan untuk melawan sekutu. Kolonel Abdoel Haris Nasoetion menarik napas sejenak lalu membuangnya perlahan sebelum mengumumkan keputusan yang telah di ambil.
"Teman - teman, beberapa waktu lalu sekutu menyampaikan ultimatumnya untuk kita. Mereka menuntut agar kita meninggalkan kota Bandung secepatnya. Tapi, jika kita melakukan itu. Itu sama saja dengan kita menyerah dan membiarkan mereka berbuat semaunya.
"Berdasarkan hasil dari musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan, kami membuat rencana untuk membumihanguskan kota kita ini sebelum pergi. Dengan begitu, tentara sekutu tidak akan bisa menggunakan kota kita sebagai markas mereka. Tentu saja rencana ini baru bisa di laksanakan setelah kami mendapat persetujuan dari semuanya" ujarnya sembari menyapukan pandangannya pada seluruh rakyat Bandung.
"Kami setuju!" seru salah satu dari mereka, diikuti seruan setuju lainnya dari seluruh warga. Rudy menatap teman - temannya satu persatu. Rasa haru menyusup hatinya melihat persatuan rakyat yang begitu kuat. Ia bertekad akan berjuang sekuat tenaga untuk memberikan tawa bahagia pada teman - temannya.
"Kolonel," Muhammad Toha, di dampingi Ramdhan maju kedepan. Tempat dimana sang kolonel berada.
Kolonel abdoel haris nasoetion menoleh dengan alis menaut.
"Ya?" sahutnya.
"Untuk membakar seluruh kota Bandung tentunya akan membutuhkan banyak waktu. Selagi kita menjalankan rencana itu, cepat atau lambat pihak musuh akan menyadarinya dan mereka pasti akan berusaha mencegah kita. Karena itu, aku punya rencana untuk mengalihkan perhatian mereka." ujarnya dengan tegas seperti biasa."Apa rencanamu?" tanya sang kolonel. Muhammad Toha dan Ramdhan saling pandang, sekilas Rudy menangkap raut sedih di mata keduanya. Setelah beberapa waktu saling pandang, Ramdhan tersenyum ceria seperti biasa pada kolonel.
"Kami akan menyusup ke gudang persenjataan dan melakukan sesuatu disana." jawabnya.Kolonel memicingkan kedua matanya,
"Itu terlalu bahaya!" bantahnya. Muhammad Toha tersenyum tipis,
"Kami tidak akan apa - apa. Lagi pula kami tidak pergi berdua. Masih ada Iwan dan Rudy. Iyakan?" ujarnya sembari menatap Rudy dan Iwan bergantian.Tersentak kaget, keduanya mengangguk sedikit gugup.
"Yang lain juga masih ada" kekeh Ramdhan. Kolonel menghela napas.
"Baiklah,, baiklah. Aku tidak mau tahu kalau terjadi sesuatu pada kalian." gerutunya.Muhammad Toha dan Ramdhan tersenyum lalu mengadu tinju mereka. Rudy dan Iwan saling pandang heran sekaligus maklum dengan sifat kedua rekannya itu.
Bersambung.....
Chapter depan sudah masuk sejarah lagi~
KAMU SEDANG MEMBACA
cinta sang pejuang
Romansarudy seharusnya lebih memfokuskan dirinya untuk berjuang bersama warga bandung mempertahankan kemerdekaan yang baru saja mereka raih. tapi kenapa disaat seperti ini ia malah jatuh cinta? terlebih lagi, orang yang ia cintai adalah seorang lelaki dar...