chapter 6

156 21 7
                                    

Cinta bisa datang kapan saja, dimana saja, pada siapa saja. Cinta tidak pernah salah. Namun terkadang, waktunya kurang tepat, situasinya yang salah, atau bahkan tujuannya lah yang salah, pada orang yang salah.

Cinta itu membingungkan, siapapun bisa saja tersesat ke jalan yang salah karena cinta.

Cinta bagai pedang bermata dua. Dengan cinta, seseorang akan menjadi semakin kuat. Namun juga terkadang dapat menjatuhkan seseorang pada jurang kehancuran.

==========================

Chapter 6

=======happy reading=======

Beberapa hari berlalu sejak Rudy terakhir kali melihat sosok Deff dari kejauhan. Sejak saat itu pula, ia tidak pernah melihat sosoknya lagi.
Rudy termenung di bawah pohon rindang satu - satunya di dekat markas Indonesia. Tangannya menggenggam erat pistol yang ia rebut dari Deff ketika mereka bertemu pertama kali. Pandangannya lurus menatap langit biru, sedikit mendung.

'Seharusnya aku lega kau tidak muncul lagi di hadapanku dan berpura - pura tertarik padaku...' pandangannya kosong, seolah tak ada lagi kehidupan di sorot matanya. Langit perlahan menggelap, cahaya matahari meredup terhalang awan mendung.

'Seharusnya aku merasa senang karena terbebas darimu yang hanya mempermainkanku..' Rudy menyandarkan tubuhnya di batang pohon, ia mengangkat tinggi - tinggi tangannya, merentangkan jemari seolah ingin meraih sesuatu.

'Harusnya aku tahu, kita tidak akan pernah bersatu. Kita musuh. Bagimu, aku hanyalah sumber informasi.. Tidak lebih' tatapannya semakin meredup. Bibirnya terkatup rapat.
'Seharusnya rasa sakit ini hilang bersamamu..'

'Tapi nyatanya, aku tidak merasa lega sedikitpun.. Aku semakin resah saat tidak bisa melihatmu. Merasa ada yang kurang saat kau tidak datang padaku' menundukkan kepala, rudy menatapi pistol dalam genggamannya.

'Nyatanya aku tidak merasa senang saat kau tak mempermainkanku lagi.' Rudy ingin menangis, tapi tak bisa. Ia tidak mengizinkan dirinya menangis karena cinta.
'Aku menutup mataku pada kenyataan. Melewati batasan yang seharusnya tak ku lewati. Aku, membiarkan diriku jatuh cinta pada orang yang seharusnya ku musuhi'

Rudy mengangkat tangannya, menyentuh lehernya sendiri,  ia masih dapat merasakan dengan jelas, kecupan manis yang Deff berikan di lehernya itu. Hujan turun dengan derasnya. Rudy tidak peduli sama sekali saat rindangnya pohon tidak bisa melindunginya dari guyuran hujan.

'Rasa sakit ini tidak bisa hilang. Malah semakin terasa sakit setiap harinya tanpa kehadiranmu.. Aku, tidak bisa melupakan cintaku padamu' ia memeluk lututnya sendiri. Rudy tidak sadar, bahwa Iwan, menatapnya di kejauhan dengan raut yang sulit di tebak.
"Ck!" Iwan berdecak kemudian berlalu.

---------------

Deff perlahan membuka matanya. Beberapa kali mengerjap saat matanya belum terbiasa dengan cahaya ruangan.
"Akhirnya kau bangun juga, brengsek" Deff menatap ke arah samping saat mendengar umpatan seseorang.

Ia mendapati seorang pemuda beratribut bendera indonesia di dada, tengah menatap tajam pada dirinya.
"Kau... Yang merawatku?" tanya Deff ragu. Orang yang di tanyai mendengus,
"Memangnya siapa lagi, huh?"

"Tapi,,, kenapa?" sedikit kesulitan, Deff mendudukan dirinya di dipan.
"Aku yang memintanya merawatmu." suara lain menimpali. Keduanya menoleh pada asal suara. Di ambang pintu, seorang pemuda belanda balas menatap keduanya. Di tangannya tergenggam sebuah kotak P3K. ia melangkah masuk dan menyerahkan kotak P3K itu pada si pemuda pribumi.

cinta sang pejuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang