Cerita-cerita pendek mengenai semua tokoh ceritaku di Semesta Nusantara. Canon (benar-benar terjadi pada tokohnya), namun tak berhubungan dengan cerita utamanya. Ada juga cerita tentang tokoh yang belum pernah muncul di Semesta Nusantara.
Dibuat unt...
Cerita: Jakarta Vigilante & My Hot, Cold, Jerk, Billionaire, Bad Boy CEO
[SPOILER WARNING] Bagi yang belum membaca Jakarta Vigilante sampai tamat dan cerita My Hot CEO sampai Bab 9, sebaiknya tidak membaca cerita ini.
.
.
.
.
.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Juli 2017
"Gus, hari Minggu depan kosong?" tanya Tiara.
Perempuan itu keluar dari kamarnya mengenakan dress putih dengan sabuk hitam di pinggangnya. Ia membawa sebuah amplop di tangannya. Melihat kedatangannya, Bagus yang duduk di sofa putih di ruang tengah apartemen Tiara mengangkat kepalanya.
"Enggak," sahut Bagus.
Tiara menempatkan dirinya di sebelah Bagus. "Emang ngapain?"
"Ngapelin kamu," cengir sang polisi.
Tiara mendengus, namun ia tak dapat menahan tawanya. Bagus masih berada dalam masa suspensi, hukuman yang ia terima dari atasannya karena bekerja sama dengan seorang vigilante. Karena ia tak memiliki pekerjaan, hampir setiap hari kerjanya hanya mengganggu Tiara.
"Kamu tahu aku bener-bener lagi nggak ada kerjaan," ujar Bagus sambil mengangkat bahunya. Lalu ia menyodorkan kotak berisi potongan nanas kepada Tiara. "Mau?"
Kali ini Tiara terbahak. "Setiap kali kemari, kamu selalu bawa buah-buahan." Namun ia mengambil garpu dan menyuapkan sepotong nanas ke mulutnya.
Bagus tersenyum. "Nggak apa-apa, daripada datang dengan tangan kosong. Eh, lain kali kita bikin es buah, kalau kamu mau."
"Boleh, kapan-kapan," sahut Tiara. "Ternyata kamu hobi masak, ya."
"Hm, nggak hobi-hobi amat, sih. Daripada nonton terus, lebih baik aku mengerjakan sesuatu yang berguna."
"Nggak bikin lagu lagi?"
"Belum ada inspirasi."
"Oh," ujar Tiara sambil mendorong kaki Bagus yang terbuka, lalu duduk di atas pangkuannya. "Jadi aku kurang inspiring buatmu?" Ia mendekatkan kepalanya ke kepala sang polisi dan menempelkan dahinya.
Bagus menyambut gestur kekasihnya dengan ciuman cepat di bibir. "Kamu menginspirasiku setiap hari, Sayang."
Tiara balas menciumnya, lalu menjauhkan kepalanya. "Well, sepertinya aku harus bertahan dengan fase masak-memasakmu. Kemarin bakwan, nanti es buah." Ia pura-pura cemberut, namun Bagus hanya mencubit pipinya perlahan. "Eh, apaan cubit-cubit!"