[JungCath] Kabar

286 22 110
                                    

Cerita: Liaisons: Catherine

Lanjutan dari cerpen Broken.

Lagunya Apologize dari OneRepublic. Salah satu band dan lagu kesukaanku. Hehehe.

.

.

.

Puncak, 2018

Catherine meletakkan alat penyiram bunga di atas rumput dan memosisikan dirinya duduk di bangku kayu. Matanya menikmati hamparan bunga mawar yang tumbuh subur di dataran tinggi dekat pegunungan ini. Hidungnya menghirup udara segar yang tak dapat dijumpainya di keramaian kota Jakarta. Telinganya menangkap kicauan burung dan semilir angin sepoi-sepoi yang meniup dedaunan di taman itu.

Hampir setahun berlalu setelah ia meninggalkan mantan suaminya. Saat itu, ia mendatangi adik sepupunya, David Sastradireja, direktur utama Grup Sastradireja, sekaligus bujang berusia empatpuluh lima tahun. Catherine mencibir gaya hidup David yang lebih muda duabelas tahun darinya. Pria itu gemar berganti wanita bagaikan menukar pakaian. Walaupun Catherine berjiwa bebas, ia tak menyukai orang yang mempermainkan perempuan seperti itu.

***

"Nggak usah mencampuri hidup gue, Ci Cathy. Urus aja hidup lu sendiri. Lagian gue tahu, cewek-cewek itu cuma mau duit gue, kenapa gue nggak boleh manfaatin mereka?" cibir David.

Catherine mendengus. "Direktur utama Grup Sastradireja, kelakuannya nggak beda dengan gigolo."

"Ah, ah, ah!" balas David sambil mengacungkan jari telunjuknya dan menggoyangkannya. "Pertama, gigolo itu dibayar. Gue membayar. Kedua, kehidupan pribadi gue nggak ada urusannya dengan performa gue. Buktinya, Grup Sastradireja maju pesat di tangan gue, kan? Lebih dibandingkan dulu saat dipegang Papa maupun Om Hans."

Catherine memutar bola matanya. "Tetap saja ..."

David menyengir. "Lu sendiri, gimana? Kangen ngerecokin Grup Jati, makanya ngerecokin gue? Lu kan udah bebas, Ci Cath. Lu bisa gaet berondong mana pun yang lu mau. Toh, buat apa cerai kalau ujung-ujungnya lelaki yang pernah lu tidurin cuma mantan suami lu?"

Catherine ingin sekali menarik kerah kemeja Valentino David dan mencekik lehernya, tetapi ia ingat usianya.

"Eh, lupa, mantan lu juga berondong, ya? Tapi udah tua, sih. Barangkali lu mau yang masih fresh, umur duapuluhan gitu."

"Sialan lu, David Sastradireja. Playboy cap bunga bangkai," gerutu Catherine. "Lu nggak perlu ngehina kehidupan seksual gue juga. Suka-suka gue mau tidur sama satu pria atau seratus pria. Itu hak prerogatif gue."

"Memang," sahut David. "Sama halnya, hak prerogatif gue mau tidur sama siapapun. Jadi sekarang, lu mau apa, Ci Cath? Kenapa nggak bikin yayasan amal aja? Buat mengenang Angela?"

"Nella dan ... dan Tanjung udah bikin ...."

"Ya udah, gabung sama mereka. Toh, bercerai nggak berarti musuhan, kan?"

Catherine menggeleng. "Nggak, sih. Tapi ...."

"Ayolah, Ci Cath, lu itu nenek-nenek apa ABG labil? Masa ketemu mantan suami aja nggak berani?"

Catherine mengepalkan tinjunya dan pura-pura ingin menonjok David. "Nenek-nenek, katamu?"

"Kalau anak pertama lu masih hidup, ia sudah seumuran bapak-bapak, kan? Berarti lu seumuran nenek-nenek," sahut David yang tak tahu diri.

Catherine mendesah, "Iya, sih. Gue bukannya takut juga, Vid. Cuma nggak mau nyakitin diri gue sendiri aja." Lalu matanya kembali berkilat. "Dan gue yakin anak gue masih hidup ... di luar sana." Ucapannya yang terdengar yakin di awal, diakhiri dengan keraguan.

Sketsa HarianWhere stories live. Discover now