[JungCath] Inside

173 15 54
                                    

Catatan: Masih lanjutan dari Kabar. Nggak usah dibaca, ini buat senang2 aku doang. :P

.

.

.

"Aku pulang dulu," pamit Puspa sambil mengedipkan sebelah mata kepada kakak keduanya.

Tanjung hanya mengangkat kepalanya sejenak, lalu mengangguk samar. Sedetik kemudian ia melirik ke arah mantan istrinya, tetapi ia tetap merapatkan bibirnya.

"Trus kamu nggak ikut pulang?" tanya Catherine.

"Enggak."

"Kenapa?"

Tanjung menoleh ke arah Catherine dan menatap matanya. "Karena aku perlu ngomong sama kamu. Berdua saja."

Catherine melebarkan matanya. Ia tidak sanggup menahan perasaannya yang bercampur aduk apabila harus ditinggal berdua dengan Tanjung. Namun Puspa telah menutup pintu rumah paviliunnya, kembali masuk ke helikopter Grup Jati, lalu pergi meninggalkan mereka.

"Hei! Kenapa Puspa pergi begitu aja pake helinya? Nanti kamu pulang pake apa?" protes perempuan paruh baya tersebut.

"Jangan khawatir, Catherine. Aku bisa telepon supirku untuk jemput," sahut Tanjung kalem.

"Ujung-ujungnya minta nginep di sini," gerutu Catherine dengan suara kecil.

Tanjung menaikkan ujung bibirnya. "Kalau kamu mau ...."

"Jangan harap!"

Sang mantan suami malah tertawa.

"Apa yang lucu?"

"Kamu, Cath."

Cath. Dia memanggilnya Cath. Lagi. Catherine ingin melarikan diri ke kamar tidurnya dan mengunci dirinya di dalam, tetapi ia masih harus menjaga wibawanya. Ia menjalin jemarinya dan meletakkan tangannya di atas pangkuan. Kepalanya tertunduk.

"Kamu mau ngomong apa, Jung?" Nada suaranya campuran pasrah dan gusar, walaupun tidak segalak sebelumnya.

"Nggak ada hal spesifik yang mau kubicarakan. Cuma catch up aja dengan kabarmu."

Catherine menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya. Tiba-tiba Tanjung mendekatkan posisi duduknya tepat ke sebelahnya, lalu menarik tangannya.

"Ayolah, Cath, apakah kita harus musuhan seperti ini? Kamu bilang bisa kerja sama denganku untuk mencari Jason."

"Aku bisa ... tapi aku perlu persiapan ...." Catherine berusaha mengeluarkan kata-kata yang tercekat di tenggorokannya. "Jung, aku ... kamu ... kamu ... kamu sedang mempermainkan aku, ya? Kamu tahu aku belum siap ketemu denganmu lagi, tapi kamu memaksa berduaan denganku saja."

Bulir air mata dari sudut mata Catherine mengalir turun membasahi pipinya yang masih terbilang mulus untuk perempuan seusianya. Ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat, berusaha menahan agar tidak menangis tersedu-sedu.

Tanjung tak pernah sanggup melihat Catherine menangis. Apalagi sebagai penyebabnya. Ia menarik Catherine ke pelukannya, membiarkan mantan istrinya membasahi kemeja mahalnya sekali lagi. Tangannya perlahan terangkat untuk mengusap rambut panjang Catherine yang masih tebal.

"Cath, aku nggak pernah bermaksud mempermainkan kamu. Maafkan aku," bisiknya. "Sejujurnya, aku sangat kangen sama kamu, tapi ... tapi aku nggak tahu apakah kamu mengizinkannya."

"Jangan bohong," balas Catherine. "Kamu sengaja memanipulasi emosiku. Dasar keluarga Jati."

"Aku pun sama deg-degannya bertemu denganmu lagi, Cath."

Sketsa HarianWhere stories live. Discover now