1

102 14 16
                                    

Seorang gadis baru saja keluar dari taksi yang dipesannya, ia berjalan memasuki sebuah rumah yang sekarang ini terlihat sepi dan sunyi. Dulu rumah itu selalu dipenuhi oleh keceriaan dan kehangatan dari seorang ibu yang selalu membuatnya bahagia, namun saat ini benar-benar berbeda. Sekarang tak ada lagi kasih sayang dari seorang ibu yang sangat dicintainya, tak ada lagi yang bisa mengerti dirinya, tak ada lagi yang bisa membuatnya tertawa bahagia saat ia sedang sedih, kini semuanya telah menghilang dalam sekejap yang hanya tersisa adalah kenangan manis yang diukir oleh ibunya Vey.

Saat ia memasuki rumah tersebut ia hanya menemukan kakaknya yang sedang menonton TV diruang tengah.

"Dari mana aja lo? Lo tahukan ini jam berapa?" tanya seorang cowok yang saat ini menatapnya tajam.

"Da... Dari makam bu... Bunda kak" jawab gadis itu dengan gemetar sambil menundukkan kepalanya.

"Are you crazy Vey? see what time is it ?!" tanya laki-laki tersebut yang sekarang menaikkan suaranya menjadi 1 oktaf.

Vey hanya diam sambil menahan butiran bening yang ada di matanya.

"You crazy Vey!" kata cowok itu lalu pergi meninggalkan Vey yang sudah mengeluarkan air mata tanpa suara.

Vey berjalan gontai menuju kamarnya sambil menangis dalam diam saat ingin menaiki tangga ia menemukan papanya yang sedang menatapnya datar, dengan gerakan cepat ia menghapus air matanya dengan kasar.

"A... Ayah"

"Kenapa pulang? Sekalian aja gak usah pulang!" kata ayahnya Vey lalu pergi meninggalkan Vey sendirian.

Vey lagi-lagi menangis dalam diam karena ucapan ayahnya, ia langsung berlari menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Ia melempar tasnya di sembarang tempat lalu bersender dibalik pintu sambil menangis.

Kenapa mereka selalu begitu? Apa salah gue?

Vey lagi-lagi menangis. Kakaknya yang bernama Alvario Vayrendra Sadewa dulu selalu menjaganya dan selalu membuatnya tersenyum namun saat ini Vario berubah drastis sejak bundanya Vey dan Vario meninggal, sedangkan ayahnya yang bernama Tristaria Noval Sadewa berubah menjadi tidak suka dengannya. Sebenarnya Vey tidak mengetahui penyebab bundanya meninggal, ia hanya diberitahu bahwa bundanya meninggal karena sebuah penyakit yang menggrogoti tubuh bundanya.

Vey menangis sejadi-jadinya, baginya tak ada lagi orang yang selalu ada buatnya.

Bunda kenapa bunda pergi? Bunda gak sayang sama Vey juga ya? Sekarang Vey sendirian, gak ada yang mau bareng sama Vey lagi!

Setelah lama Vey menangis, Vey langsung membuka Diarynya lalu menuangkan keluh kesahnya di sana sambil meneteskan air mata. Sejak bundanya Vey meninggal ia selalu menuangkan keluh kesahnya dibuku hariannya itu.

Setelah ia selesai menulis, ia langsung berjalan menuju kamar mandi namun tak lupa ia membawa pakaian untuk mandi. Sesudah Vey mandi ia memutuskan untuk langsung tidur, dan berharap agar sebuah keajaiban datang padanya.

🌟🌟🌟

Besoknya Vey sudah siap dengan seragamnya untuk pergi ke sekolah. Saat ia turun ke bawah, ia melihat kakaknya dan ayahnya sedang bercanda sambil memakan serapan pagi mereka. Tanpa sadar Vey tersenyum bahagia saat melihat keduanya tersenyum. Vey turun dengan senyuman namun saat ia duduk di kursi meja makan semuanya menjadi diam dan menghabiskan makanan mereka dengan tergesa-gesa.

Vey makan dalam diam namun ia teringat bahwa ayahnya harus menghadiri pertemuan antara guru dan orang tua murid di sekolahnya.

Dream and RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang