Remember It [Edited]

303 21 1
                                    

Seharusnya aku tak pernah melakukan ini. Melakukan kesalahan terbesar dalam hidupku. Menaruh hati kepada seorang lelaki yang notabennya adalah superstar yang dikelilingi berjuta wanita cantik dari berbagai belahan di dunia. Dan bahkan lelaki tersebut telah mempunyai kekasih. Yaitu seornag gadis yang lebih segala-galanya dariku. Gadis yang mampu membuatnya terlihat lebih sempurna saat mereka bersama. Kesempurnaan yang tak bisa dilihat saat ia sedang bersama denganku.

Tak seharusnya aku percaya dengan mudah pada setiap kalimat yang diucapkannya kepadaku. Mengatakan bahwa ia jatuh cinta kepadaku sejak pertemuan pertama kami di bandara. Bahkan ia juga mengatakan jika ia telah have crush on me since the first time he saw my picture on Twitter. How fool i am?

Menganggap bahwa Liam mempunyai perasaan lebih kepadaku adalah kesalahan yang tak kalah besar dari menganggap Liam mencintaiku lebih dari ia mencintai pacarnya sendiri, Sophia. Bahkan aku telah percaya saat Liam mengatakan ia mampu menggantikan posisi Danielle yang ia anggap tak pernah tergantikan dengan diriku.

"Kayla?" panggil seseorang yang terdengar olehku bersamaan dengan terdengarnya suara pintu terbuka.

Ku usap airmata yang menetes dari mataku dengan kasar. Dengan blury dan samar karena airmata  yang tak speenuhnya bersih di mataku, mama berjalan ke arahku dengan tampang paniknya.

"Kau menangis lagi?"  tanya Mama seraya duduk di atas ranjang sebelahku.

Aku mengangguk tanpa bersemangat. Semua ingatanku tentang Liam masih ada di benakku dan tak bisa aku singkirkan bergitu saja. Apakah aku terlalu lemah menajdi seorang gadis yang bisa dengan gampang dipermainkan oleh seorang lelaki?

"Kau harus mempersiapkan dirimu, sayang. Ingat kan Uncle Si mengundang kita di acaranya? Kita harus berangkat ke sana tiga puluh menit lagi."  Perintah Mama kepadaku.

Sekali lagi aku hanya mengangguk. Mengingat Uncle Simon telah menguncangku secara personal ke acara ulang tahunnya, walaupun  ia telah memberi keluargaku undangan yang telah ia kirim melalui surat pos.

"Apa Liam ada di sana juga nanti?" tanyaku kepada Mama saat ia hendak beranjak dari ranjangku.

Mama menghela nafas panjang. Sepertinya ia bosan mendengarku selalu berusaha mengindari datang ke suatu acara dengan alasan ada Liam di sana.

"Definitely, yes honey. And you should come." Tegas Mama kepadaku.

Aku menghela nafas panjang. Ku kerahkan semua tenagaku untuk bisa mengangkat tubuhku ini ke kamar mandi. Yang kemudian karena tidak sabar, Mama menarik tanganku agar aku cepat berdiri dan mendorongku sampai di depan kamar mandi.

"Take a shower, kau hanya punya lima belas menit untuk bersiap."

Ku jawab perintah Mama dengan anggukan dan segera masuk ke kamar mandi. Ku tatap pantulan wajahku yang ada di cermin. Sangat menyedihkan. Itulah kalimat yang pantas untuk mendiskribsikan nampak wajahku. Patah hati menyebabkanku menjadi seperti ini zombie yang hidup. Tidur dan makan adalah dua aktifitas mutlak yang tak bisa diganggu gugat. Dan yang selalu kulakukan di antara aktifitas itu adalah menangis.

*********

Sore itu aku mengunjungi basecamp One Direction untuk mengantarkan makanan yang sengaja Mama dan aku buat setelah aku selesai dengan kuliahku. Aku memang telah lama berjanji kepada the boys untuk memasakkan makanan khas Indonesia yang menurutku akan cocok dengan mulut dan perut mereka. Ahh aku tak sabar mendengar pendapat mereka tentang makanan yang aku buat, dengan bantuan Mama tentunya.

Hold OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang