Almost There

436 14 0
                                    

"Jangan mendekat!" tolak Kayla dengan posisi tangan yang menutupi wajahnya. Menghindari apabila wajah Liam semakin mendekat pada wajahnya. "Kau harus mencukur semua bulu-bulu itu jika ingin.."

"Jika aku ingin menciummu?" potong Liam dengan gerakan tangan yang berusaha untuk mengangkat tangan Kayla yang menutupi wajah gadis itu. "Begitu?" tanya Liam dengan salah satu alis yang dinaikkan. Menyampaikan kesan Liam sedang marah kepada Kayla yang tak kunjung selesai mengomentarinya.

Dengan pelan, Kayla mengangguk. Membenarkan ucapan Liam yang memotong kalimatnya.

Liam tersenyum puas dengan anggukan Kayla. Segera ia berdiri dari posisi setengah tidurnya. "Kalau begitu kita pulang ke tempatku sekarang." Ucap Liam dengan tangannya yang terulur ke arah Kayla yang masih saja tiduran di atas tikar.

"Do you mean, One Direction's place?" Kemudian Kayla duduk dari posisi tidurnya. Menatap Liam yang berdiri di depannya—telah siap untuk melanjutkan perjalanan.

Dengan pasti Liam mengangguk. Masih menunggu gadisnya untuk ikut berdiri.

 Kayla telah lama tak mengunjungi tempat itu, menggelengkan kepalanya kasar, Kayla mencoba untuk menghilangkan bayangan kejadian yang ia lihat saat terakhir kali berkunjung ke tempat itu untuk Liam begitu mengusik pikiran Kayla. Membuat Kayla sedikit trauma untuk mengunjungi tempat yang akan membuat hatinya kembali terusik walau Kayla tak memberhentikan kegiatannya untuk mengunjuni rumah dimana kelima anggota One Direction tinggal.

"Kau keberatan?" tanya Liam akhirnya dengan menarik kembali tangannya yang terulur. Liam melihat raut wajah Kayla yang berubah karena ajakannya.

            Pelan, Kayla menggelengkan kepalanya. Berdiri dari duduknya, Kayla tanpa ragu menggenggam jemari tangan kiri Liam yang terbebas diudara.

Sentuhan lembut yang dirasakan membuat Liam menoleh kepada Kayla yang telah berdiri di sampingnya. "We're going?" tanya Liam memastikan.

Melupakan sejenak bagaimana teakhir kali Kayla berada di basecamp One Direction untuk Liam, ia mengangguk setuju dengan pertanyaan Liam yang telah ia jawab sedari tadi. Kemudian dengan manjanya, Kayla mengulurkan tangannya ke arah Liam yang tengah berdiri di hadapannya.

"Berdiriin," ujar Kayla manja. Sifat yang sering dikeluarkannya untuk orang yang benar-benar dekat dengannya saja—temasuk Liam.

Dengan senang hati Liam menerima uluran tangan gadisnya yang menginginkan bantuan untuk berdiri. Sekelebat ide jahil muncul dikepalanya. Gerakan tangan Liam yang menarik tangan Kayla dengan keras, membuat tubuh gadis itu langsung ambruk ke dalam dekapan hangat Liam. Karena tubuh yang pendek, telinga Kayla berhadapan tepat dengan dada Liam. Kedua sudut bibir Kayla terangkat membentuk senyuman mendengar detak jantung Liam yang sedang berpacu. Tangan Kayla terangkat, menyentuh dadanya, mencoba menyamakan detak jantungnya dan detak jantung Liam.

"Kau mendengarnya detak jantungku Kee?" tanya Liam tanpa mengurai pelukan antara keduanya.

            Kayla mengangguk dengan gerakan sangat pelan, karena menikmati posisi tubuhnya dalam dekapan Liam.

            Tangan Liam semakin mengeratkan pada pinggang Kayla, dengan posisi dagu yang dengan nyaman bertumpu pada kepala Kayla. "Jantung itu tak pernah berdetak dengan hebat seakan aku habis melakukan lari puluhan kilometer. Tapi hanya dengan dekat denganmu, bahkan bisa kembali sedekat ini denganmu, membuat jantungku berpacu lebih cepat Kayla. You always make me feel something I never know what was that before."

            Menenggelamkan kepalanya pada dada Liam dilakukan Kayla, tak berani mendongak untuk melihat keseriusan Liam saat mengatakan kalimat yang mampu membuat kedua pipinya merona. Andai saja aku bisa merasakan ini selamanya, batin Kayla.

Hold OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang