Love

278 19 6
                                    

Author’s PoV

            Menjadi mahasiswa fakultas hukum di negeri orang bukanlah hal yang mudah. Masalah pertama yang harus dihadapi adalah perbedaan bahasa. Dengan bahasa yang berbeda membuat siapa saja yang tidak berasal dari daerah sekitar London University harus berkerja serta berpikir lebih keras untuk menjai mahasiswa di sana. Begitu juga yang dialami oleh Kayla yang notabenya adalah seorang yang berkebangsaan Indonesia. Yang mana bahasa ibunya sangat jauh dari Bahasa Inggris. Ia berjuang untuk bisa bersanding dengan sehat dengan mahasiswa yang kebanyakan British di sini, agar ia tak dipandang remeh karena telah jauh-jauh pergi dari tanah kelahiran untuk menuntut ilmu.

            Caitlin mencolek lengan Kayla yang dibuat tumpuan dagu gadis itu saat mendengarkan dosen yang sedang menjelaskan beberapa masalah yang menyangkut hubungan internasional. Caitlin nampak bosan dengan materi yang dijelaskan oleh dosen lelaki yang bisa menaarik perhatian setiap gadis maupun ibu-ibu yang melihatnya. Pasalnya dosen yang saat ini mengajar masih berumur muda. Karismanya tinggi. Tak lupa paras tampan dan bentuk tubuh ideal yang dimiliki. Menambah nilai untuk menjadi wanita single di dalam maupun luar kampus.

            “Apa sih?” jawab Kayla sekenanya tanpa menoleh pada orang yang menganggunya berkonsentrasi. Begitulah Kayla jika telah fokus pada materi yang diterangkan. Tapi peduli siapapun yang hendak mengajaknya untuk berbicara disela-sela dosen menerangkan.

            “He looks so damn hot today.” Ujar Caitlin tanpa nada berbisik. Hanya saja volume yang kecil. Tapi tetap saja, membuat mahasiswa di sekitarnya yang mempunyai telinga tajam tertawa kecil karena pengakuan yang dibuat Caitlin tanpa melihat keadaan dengan wajah yang memuja.

            Kayla pun menolehkan kepalanya pada Caitlin. Memberi tatapan yang sulit diartikan oleh gadis yang telah dekat dengannya selama hampir dua semester berkuliah. “Then what about the more damn hot guy who have a date with you yesterday?” goda Kayla dengan menaik-turunkan alisnya.

Membuat Caitlin hendak memprotes, namun tak ada satupun kata yang keluar. Membuat mulut Caitlin terbuka dengan lebarnya dengan wajah syok.

“Hey jangan lakukan itu.” protes Kayla tak suka dengan sikap Caitlin menanggapi ucapannya. “Your Harry fucking hot Styles will leave you soon.” Kayla masih saja memberikan tatapan menggodanya kepada Caitlin. Memberi kesan bahwa setiap kata yang ia ucapkan adalah benar. “Dan dia akan segera mencari penggantimu dengan gampangnya karena telah banyak gadis yang mengantri untuknya dengan jeritan yang antusias. Karena dia adalah Harry Edward Styles.” Tambah Kayla dengan antusias.

Caitlin tercengan dengan kalimat Kayla. Tak percaya jika sahabatnya itu mengetahui bahwa ia berkencan dengan Harry Styles kameran. Padahal tak ada yang mengetahui itu, karena mereka tak pergi ke tempat publik. Melainkan hanya mengobrol di rumah Caitlin. Tanpa adanya paparazi yang mengetahui keberadaan Caitlin.

Tak percaya dengan ucapan Kayla. Caitlin masih menatap sahabatnya dengan ragu. “Apa?” Kayla kembali menolehkan kepalanya menghadap Caitlin, dengan wajah yang sama sekali tak ada ekspresi karena seharusnya ia mendengarkan Mr. Fitz yang menjelaskan di depan.

“Miss Edward!” teriakan dari sang dpsen membuat Kayla mengerjapkan matanya beberapa kali. Keuntungan yang ia alami adalah, Kayla sudah kembali memposisikan dirinya untuk memperhatikan penjelasan di depan sebelum Mr. Fitz memanggil namanya dengan lantang. Membuat seisi kelas menoleh ke arahnya.

Dengan pasrah, Kayla menghela nafas berat. “Did I do something wrong, sir?” tanya Kayla hati-hati—takut ketahuan telah mengobrol dalam pelajaran Mr. Fitz.

Dosen di depan pun melipat tangannya di depan dada setelah meletakkan remote control LCD touch screen di mejanya. Ia berjalan menuju meja muridnya yang terdepan. Dengan tatapan fokus pada Kayla yang bingung karena tiba-tiba dosen yang tampan itu memandangnya dengan mata yang menyipit. “Aku mendengar kau menyebut nama Harry Styles. Kau tau larangan di kelasku seperti apa?”

Hold OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang