Bag. 21

4.4K 318 13
                                    

Percakapannya dengan Ningsih tempo hari membuat Dhea mulai mempertimbangkan untuk memberi tahukan kepada Ayahnya mengenai hubungannya dengan Bella. Dia tidak ingin hubungannya dengan Bella kucing-kucing terus seperti ini. Selain itu dia juga tidak mau menikah dengan Hendra. Satu-satunya orang yang dia cintai dan satu-satunya orang yang ingin dia temani selama sisa hidupnya hanyalah Bella. Jadi dia memutuskan untuk kembali ke Jakarta kemudian mengajak Bella untuk makan malam dengan Ayahnya. Kebetulan Bella juga masih berada di Jakarta. Ayahnya juga setuju untuk makan malam bersama, karena mereka sudah cukup lama tidak pernah makan bareng.

"Jadi teman kamu yang mau makan bersama kita itu anaknya Pak Winky Dermawan. Pemilik restoran terbanyak di Indonesia bahkan di luar negeri itu?" Tanya Surya dengan santai. Mereka menunggu kedatangan Bella sambil mengobrol di ruang tamu. "Kamu kenal dia darimana?"

"Iya Yah. Aku mengenalnya secara tidak sengaja saat aku jalan-jalan di batam. Sejak itu kita dekat sampai sekarang ini" jawab Dhea dengan hati-hati.

Disaat bersamaan terdengar suara bel pintu berbunyi. Dengan sigap Dhea bergegas menuju pintu untuk menyambut kedatangan kekasih hatinya.

"Hai..." Sapa Dhea duluan dengan senyum manisnya.

"Hai..." Balas Bella. kemudian dia terdiam di depan Dhea.

"Kenapa diam aja, ayok masuk" ucap Dhea, kemudian menarik tangan Bella untuk masuk ke rumahnya.

"Tunggu! beri aku waktu sebentar. Lima menit aja, untuk melihat senyum manis dan wajah cantik mu itu. Aku benar-benar rindu dengan wajah dan senyum itu."

"Husss...Ayah ada di dalam, kalau dia dengar bisa gawat" ucap Dhea berbisik.

"Oh Maaf aku ga tau" balas Bella kembali berbisik.

Merekapun tertawa geli dengan tingkah yang mereka lakukan.

Dhea menggandeng tangan Bella dan mengajaknya langsung ke ruang makan. Di sana sudah ada Ayahnya menunggu.

"Ayah, ini Bella. Teman Dhea yang ingin makan malam bersama kita" ucap Dhea.

"Bella Om!" Bella memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Surya.

"Surya. Ayahnya Dhea" Surya balik memperkenalkan diri. "Silahkan duduk nak Bella, anggap saja rumah sendiri"

"Iya Om, Terima kasih" Balas Bella sambil duduk.

Merekapun menyatap makan malam yang telah disediakan dengan lahap, sambil sesekali berbincang-bincang.

Selesai makan malam, mereka kembali ke ruang tamu dan melanjutkan perbincangannya.

"Ayah, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan" ucap Dhea tiba-tiba. Wajahnya terlihat tegang. Keringat dingin mulai bercucuran di sekujur tubuhnya. Berulang kali ia mengusap-usap kedua tangannya untuk mengatasi kegugupannya.

Bella yang melihat sikap Dhea mulai khawatir. "Apa sebenarnya yang ingin dia katakan, sampai-sampai terlihat gugup seperti itu" batinnya.

"Apa itu nak, bilang saja" ucap Surya dengan sikapnya yang masih tenang.

"Aku tidak ingin menikah dengan Hendra" ucapnya dengan gugup.

"Apa ayah boleh tau alasannya kenapa?"

"Karena aku tidak mencintai Hendra"

"Hanya itu saja" Tanya Surya kembali.

"Selain itu a...a...aku juga mencintai orang lain" jawab Dhea denga terbata-bata.

Mendengar pernyataan Dhea barusan, membuat Bella terkejut. Dia tidak menyangka kalau Dhea akan berani mengatakan hal itu kepada Ayahnya secara langsung. Bahkan ia juga ikut berkeringat karena menantikan kejadian apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aku mencintai Bella, Yah" Dhea mengumpulkan seluruh energinya untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Rasanya nyawanya seperti melayang dari tubuhnya.

Lima menit berlalu sejak Dhea mengeluarkan kata-kata terakhirnya tadi. Tidak ada sedikit pun kata-kata yang keluar dari mulut Surya. Bahkan tidak ada erangan kesakitan karena sakit jantungnya kambuh seperti yang Dhea khawatirkan. Lima menit rasanya seperti 5 jam bagi Dhea dan Bella. Mereka menunggu apa yang akan Surya lakukan selanjutnya.

"Apakah kamu sungguh-sungguh mencintai Bella?" ucap Surya dengan tenang. Bahkan terlihat sangat tenang untuk berita yang berusan Dhea berikan.

"I...iya Ayah. Aku sangat mencintai Bella" jawab Dhea dengan sedikit tergagap karena tiba-tiba ditanya seperti itu.

"Nak Bella, apa kamu juga mencintai putri ku Dhea?" Surya menanyakan hal yang sama pada Bella.

"Iya Om, saya juga sangat mencintai Dhea. Saya akan melakukan apapun untuk membahagiakan Dhea. Saya akan menjaga Dhea seumur hidup saya Om!" Walapun Bella juga sangat gugup, tapi dia berusaha meyakinkan Surya kalau dia serius dengan ucapannya.

"Dhea, Ayah ingin bicara berdua saja dengan mu. Ayah tunggu di kamar Ayah." Ucap Surya, kemudian beranjak meninggalkan mereka berdua dengan tanda tanya besar di kepalanya.

Saat Dhea akan beranjak mengikuti Surya, Bella mencegahnya dan mendudukkannya kembali.

"Apa yang akan terjadi? Apa Ayah mu akan memukul mu?" Tanya Bella dengan wajah Cemas.

Dhea berusaha tersenyum untuk menenangkan Bella, "Tenang saja, Ayah ku tidak pernah memukul ku sekali pun. Aku yakin sekarang pun dia tidak akan melakukannya. Kamu tunggu di kamar ku saja, Tidak akan terjadi apa-apa kok!" ucapnya kembali meyakinkan Bella.

Sebelum ke kamar Ayahnya, Dhea mengantar Bella terlebih dahulu ke kamarnya. Dia tidak ingin meninggalkan Bella sendirian di ruang tamu, selagi ia dan Ayahnya berbicara.

"kamu beneran ga apa-apa?" Tanya Bella kembali sambil menggenggam tangan Dhea. Seolah tidak ingin membiarkan Dhea menanggung semua masalah ini sendirian.

"Hmm..." Gumamnya mengangguk, masih dengan tersenyum. Kemudian meninggalkan Bella sendirian di kamarnya.   

Potret (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang