Midnight Ride

3.7K 265 6
                                    

October 2015
She knew i was sad and she invited me to have a midnight ride.
-----------------------------------------------------------

ERICA POV

Malam ini aku menginap di rumah Filly. Kami menonton thai series sampai larut. Entah kenapa aku tak begitu suka menonton drama melankolis ala-ala korea atau thailand. Tapi Filly begitu menyukainya bahkan sesekali kulihat matanya berkaca-kaca. Tak mungkin kejadian seperti itu juga ada di kehidupan nyata. Pembodohan pikirku. Tiba-tiba HPku berbunyi. Hatiku sedikit was-was. Damn! Seharian aku lupa menghubungi Cello.

"Er, kemana aja? Chatku dari siang belum kamu bales. Ga biasanya, biasanya HP selalu lengket di tangan kamu"

Bahkan belum sempat aku mengucapkan hallo, dia sudah memberondong aku dengan sifat posesifnya dan menyindirku.

"Maaf"

Cuma itu yang bisa kukatakan. Memang aku yang salah. Tak mungkin juga aku berbohong, ada Filly disampingku. Aku tak mau dia tak enak hati.

"Ga lagi keluar sama Angga, kan?"

"Please, Cell. I've told you. I am done with him, okay. Butuh aku bilang berapa kali lagi. Kenapa sih tiap berantem selalu ngungkit Angga"

Cello diam beberapa saat, mungkin sedang mengontrol emosinya.

"Okay. Tolong jaga kepercayaan aku di sini. Tolong besok kabari aku, jangan ngilang-ngilang gini lagi. I am going to bed. Cepet tidur. I love you"

"Sorry. Love you too"

Kumatikan HPku. Aku menarik napas panjang. Sifat posesif dan curigaannya kadang membuatku jengah. Apa tidak bosan dia mengungkit-ungkit masalah yang sama.

"Gak papa?" Tanya Filly.

Aku mengangguk pelan.

"Gak pengen cerita?"

Cerita. Entah kenapa susah bagiku untuk berbagi. Tapi hatiku seakan mengatakan "Ceritalah. Dia teman yang baik". Ketika dua orang dengan sifat tertutup mampu saling berbagi cerita, bukankah artinya kenyamanan sudah ada pada keduanya? Benarkan? Dan sejak berbagi hari dengan Filly, itu yang kurasakan, nyaman. Akhirnya kuputuskan berbagi dengannya.

"Setelah pacaran 3 tahun, aku ngerasa jenuh banget sama Cello. Aku sempat mau mutusin dia tapi aku juga ga siap kehilangan dia. Ga ada yang baik-baik aja kehilangan orang yang udah lama bareng kita kan? Ya, aku cari pelarian gitu lah dan saat itu ada Angga, temenku dari SMA. Akhirnya Cello mergokin aku jalan sama Angga. Saat itu juga aku janji sama Cello ga akan berhubungan lagi sama Angga, aku bener-bener nepatin. Dan tiap kali aku bilang jenuh sama Cello, dia akan ngungkit Angga. Kadang aku bingung sama perasaan aku sendiri. Entah kenapa aku sama Cello rasanya udah hambar. Tapi ada saat-saat dimana dia terlihat begitu perfect yang buat aku susah ngakhiri semuanya. Kalau tiba-tiba dia ngelamar aku sekarang pun aku masih ragu untuk bilang iya padahal umur hubungan kami udah bisa dibilang dewasa"

Kukeluarkan unek-unek yang selama ini kusimpan sendiri. Kulihat Filly mengamatiku.

"Apa rasa cinta ke Cello juga udah hilang?" Tanyanya tanpa basa basi.

"I still love him. Tapi mungkin tak sebesar dulu. Ahhhh entahhh"
Kataku frustasi dan menutup mataku dengan bantal.

"Ikut aku yuk" ajak Filly langsung menarik tanganku.

"Heh? Mau kemana? Udah hampir jam 12" kataku menolak.

"Udah ikut aja. Dijamin suka"

Aku pasrah saja tanganku dia tarik. Dia mengambil 2 helm dan 2 jaket lalu mengajakku keluar rumah.

"Tuh pake, biar gak dingin. Kalo lagi sedih tengah malem biasanya aku keliling-keliling naik motor"

"Hah? What? Ntar dibegal loh. Lagian kakimu masih sakit gitu"

"Bawel. Ayo naik"

Kuturuti saja maunya. Dia memacu motornya dengan kecepatan 40 km/jam. Menelusuri komplek perumahannya. Semilir angin malam sedikit meredakan suasana hatiku.

"Look at the stars, look how they shine for you..."

Dia menyanyikan lagu Yellow milik Coldplay. She has a good voice.

"My favorite band" kataku.

"Sama dong. And everything you do. And it was called yellow..."

Kami bernyanyi bersama. Hampir setengah jam kami keliling kompleks. Aku mengajaknya pulang.

"Emang udah enakan?" Tanyanya.

"Lumayan. Gatau kenapa ya, ternyata hal-hal sederhana lebih bisa buat kita tenang, buat kita nyaman. Makasih ya, Fil. Yuk cus pulang"

Kataku sambil memegang kedua pundaknya. What a night

The First Girl I Love (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang