My Second Kiss

3.6K 272 6
                                    

December 2015
That night i asked him for a kiss and i felt...
-----------------------------------------------------------

ERICA POV

Hari yang kutunggu akhirnya tiba. Hmmm dulu. Cello memintaku menjemputnya di bandara. Aku baru saja keluar kelas, sedikit berlari karena jika terlambat Cello akan menanyaiku macam-macam dengan sifat posesif akutnya. Aku berpapasan dengan Filly yang juga baru menyelesaikan kelasnya.

"Er, buru-buru banget. Mau kemana?"

"Mau jemput Cello di bandara. Magangnya udah selesai. Mau pulang? Aku anter ya"
Aku menjawabnya dengan terengah-engah.

"Aku masih ada kelas. Nanti dijemput mama kok"

"Oh, okay. Aku duluan ya. Take care, Fil"

"Hati-hati"

Aku melambaikan tanganku padanya. Dan berlari cepat ke parkiran.

-----------------------------------------------------------
Harus ya Cello pulang sekarang? Entah kenapa aku berharap magangnya diperpanjang beberapa bulan lagi. Gila! Aku pasti kesulitan menemui Filly sekarang. Kulihat Cello berjalan ke arahku. Dari jauh dia tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya. Tubuh tegapnya memelukku sempurna. Tangan kanannya memegang kepalaku, membenamkan wajahku ke dada bidangnya.

"I miss you so much"

Katanya yang kemudian mencium keningku. Postur tubuhnya enak dipeluk. Tapi pelukan Filly masih yang terbaik untukku sekarang. Eh. Meluknya siapa, mikirinnya siapa.

"Gak dijawab, nih?"

"Me too"

"Me too doang? Me too apa?"

"I miss you too, Celloooo" kalimat itu asal keluar dari mulutku. Sekedar penenang.

"Yaudah ngemall yuk"

-----------------------------------------------------------
Aku terjaga dari tidurku. Aku kelelahan. Seharian aku kuliah kemudian menjemput Cello dan dia mengajakku main di mall. Pulangnya aku mandi dan ketiduran. Aku lihat HP-ku. Jam 22.48. Seingatku aku tadi mengechat Filly, aku mengabari kalau aku sudah bertemu Cello di bandara. Dan dia cuma membalas "have fun". Baru sempat kubaca chatnya. Cemburukah dia? Mana mungkin. Aku cuma sahabatnya.
Kubalas chat dari Cello. Beberapa detik dia sudah membalasnya. Ternyata dia belum tidur.
Kuketik "Lapar tengah malam" dan kupencet send.

"Wait" balasnya.

Argghhh please jangan ke rumah. Teriakku dalam hati.

"Please, Cell. Udah malem. Gausa ya"

Sepertinya dia sudah jadi ghost rider. Chat-ku sudah tidak dibacanya.
Selang 20 menit kudengar bel rumahku berbunyi. Papa yang membukakan pintu.

"Oh, Cell. Udah selesai magangnya? Lancar?"

"Udah, om. Beresss" Cello memamerkan jempolnya ke arah papa.

"Bawa apa?"

"Oh ini. Nasi goreng sama susu anggur buat Er. Aduh maaf ya om. Kalau tau om belum tidur aku pasti bawa 2 porsi"

"Hahaha gak papa. Om tau rasanya mabuk cinta. Yang penting perut pacarnya. Perut calon mertuanya mah nomer sekian"

Kata papa bercanda sembari menepuk-nepuk pundak Cello. Hahhh yang kayak gini ini yang bikin susah move on. Aku mendekati mereka.

"Papa ke kamar dulu ya" kata papa kepadaku dan Cello.

"He is a good boy" bisik papa kepadaku kemudian berjalan ke arah kamar.

Cello memberikan nasi goreng dan susu anggur favoritku. Aku mengambil sendok dan memberikan segelas air putih untuknya. Aku makan begitu lahapnya. Aku tau Cello memperhatikanku tapi aku pura-pura tidak sadar. Kuhabisi nasi goreng tak berdosa ini.

"Udah mau jam 12 ni. Gak pulang?"

Kataku melihat Cello tak juga ada niatan pulang padahal aku ingin segera tidur. Dia menggeser posisi duduknya mendekatiku. Dia menatap mataku. Seketika rasanya aku ingin menguji sesuatu. Kulihat ke arah kamar papa, lampu kamarnya sudah mati sepertinya papa sudah tidur. Aku menatap mata Cello.

"Can i have your kiss?"

Tanpa pikir panjang Cello menciumku. Tangannya memegang kepalaku. Dia melumat bibir atasku kemudian bibir bawahku. Aku bisa merasakan lidahnya mulai nakal. Terasa sudah berlebihan aku sedikit mendorong tubuhnya. 5 tahun kami pacaran, ini pertama kalinya kami berciuman. Sungguh. Karena Cello juga taat agama. Tapi karena aku yang memintanya, suasana malam yang mendukung, dan rasa kangen yang menumpuk setelah jauh 3 bulan, sepertinya adrenalinnya meningkat. Kami terdiam beberapa saat sampai akhirnya dia memutuskan pulang.

Sepulang Cello, aku masih duduk di sofa ruang tamu. Kupegang bibirku. Yang barusan itu sedikit panas tapi kenapa perasaanku... biasa saja. Tapi ketika bersama Filly, bahkan bibir kami hanya sekedar menempel tapi rasanya tak bisa diungkapkan. Sepertinya aku sudah tau arah hatiku. Sekarang hati ini memang benar-benar milik Filly. Sepenuhnya.

The First Girl I Love (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang