Beach Walk

3.3K 246 12
                                    

Februari 2016
Finally we went to beach and it's Bali!
-----------------------------------------------------------

FILLY POV

Erica memelukku. Dia mengatakan kalau dia mencintaiku. Seandainya aku laki-laki, aku pasti lebih bebas mengungkapkan perasaanku. Lebih bebas memperhatikannya. Lebih bebas mencintainya. Maafkan aku, Er. Aku juga mencintaimu, tapi aku gak bisa.

Erica membawaku ke kamar. Aku lelah, aku ingin tidur. Aku memejamkan mata. Beberapa menit aku juga belum terlelap. Kurasakan Erica menyelimuti tubuhku dan mencium keningku. Aku tak bergerak, pura-pura sudah tertidur. Terimakasih sudah mencintaiku, Er. Biarpun kamu perempuan, aku tetap bersyukur dicintai sebesar ini.

-----------------------------------------------------------

Aku terbangun. Wangi. Kulihat Erica sedang berkaca di cermin. Sepertinya dia baru selesai mandi.

"Jam berapa?" Tanyaku

"Jam 4. Cepet mandi sana. Kita ke kuta, liat sunset"

Ucapnya sambil mendekati lalu menarik tanganku.

"Ehmm ya..." kataku sedikit malas. Aku sudah tidur lebih dari 6 jam batinku.

"Aku tunggu di bawah ya, Fil. Ke reseptionis minta pesenin taxi"

Aku mengangguk. Aku berjalan malas ke kamar mandi.

-----------------------------------------------------------

Sore ini kami berjalan di pantai menunggu sunset. Kuta hari ini tidak terlalu ramai, maklum bukan musim liburan. Terlihat lebih banyak turis di sini, penduduk lokal kebanyakan pedagang.

Aku memainkan kakiku menerima ombak pantai. Sudah lama aku tidak ke pantai, dan kaki kananku sekarang sudah lebih baik. Aku berjalan menyusuri pantai seperti anak kecil. Erica membuntutiku di belakang.

"Fil..."

Aku menghentikan langkah, menoleh ke arahnya. Erica mengulurkan tangan kanannya.

"Sahabat boleh kan pegang tangan?"

Aku tersenyum. Aku memberikan tangan kiriku. Membiarkan Erica menggenggamnya. Kami bercanda, tertawa. Menyenangkan. Jadi sahabatnya pun aku sudah bahagia.

"Er, capek" kataku, kurasakan kaki kananku sedikit nyeri.

"Duduk sini aja. Lihat sunset di sini"

Kami berdua duduk. Memandang langit yang mulai menguning. Suasana menjadi begitu mellow.

"Er..."

"Hmm??"

"Papa ngajak aku kerja di rusia setelah lulus. Gajinya juga lumayan"

Erica menatapku. Matanya sendu.

"Kamu mau?"

"Kangennnn banget sama papa. Mama juga pasti bahagia bisa kumpul lagi. Lagian kalo papa balik indo mau kerja apa dia di sini. Yaaa kayaknya aku yang ke sana"

Erica mengangguk.

"Apapun asal buat kebaikan dan kebahagiaanmu"

Aku menerawang. Itu artinya setahun lagi. Hahhh setahun ke depan akan benar-benar memainkan perasaan. Keluhku dalam hati.

"Baik-baik ya sama, Cello. Jangan berantem-berantem"

Hatiku sakit mengatakannya. Tapi kami memang hanya akan sebatas ini.

"Kamu juga ya. Harus cari cowok yang bener-bener baik, bener-bener sayang sama kamu"

"Pasti. Aku gak akan kasih hatiku ke sembarang cowok kok"

Kami seperti orang gak waras. Saling mencintai tapi juga menyuruh masing-masing bersama orang lain. Adakah yang lebih sakit dari ini?

Senja kali ini tak begitu indah. Karena kami lebih fokus pada perasaan kami masing-masing daripada si sunset. Langit sudah mulai menggelap. Erica mengajakku kembali menyusuri pantai sampai agak larut. Sampai salah satu dosen mengirimi kami pesan, menanyakan keberadaan kami. Akhirnya kami memutuskan kembali ke hotel.

-----------------------------------------------------------

ERICA POV

Sesampai di hotel kami disambut berbagai jenis tatapan. Tatapan marah, jijik, meremehkan, kasihan. Kugandeng tangan Filly menuju Bli yang tadi kutitipi pesan. Aku tau Filly sedikit takut ditatap puluhan mata itu.

"I am here" kataku meyakinkannya.

"Pak, Bu, temen-temen. Biar saya menunjukkan sesuatu"

Kuberikan kode kemudian Bli memutar rekaman CCTV dari komputer yang ada di resepsionis. Semua mata membelalak menyaksikan aksi tak berhati Vanya dan gengnya.

"Oke, 5 orang yang ada di video itu temui saya setelah pulang KKL"

Kata Pak Hadi, ketua panitia KKL.

Aku tersenyum puas. Eat that bitches! Teriakku dalam hati.

-----------------------------------------------------------

Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Cello meneleponku berulang kali, sedari tadi HP ku silent. Aku merasa bersalah. Kali ini kuangkat teleponnya. Kuterima semua semprotannya. Dia lelaki yang baik dan setia. Harusnya dia bisa mendapatkan pacar yang lebih baik, yang tidak membagi hatinya dengan orang lain, apalagi perempuan. Aku mulai memikirkan untuk memutuskannya. Aku akan mencari waktu yang tepat. He deserves the best, and i don't deserves his love. Hahhh. Berat.

The First Girl I Love (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang