Our First Kiss

4K 276 7
                                    

November 2015
I kissed a girl for the first time, in the lips. Oh God, forgive me.
-----------------------------------------------------------

ERICA POV

teman-temanku bergiliran pamit pulang. Kini hanya sisa kami bertiga.

"Oiya. Cell, kenalin ini Filly yang kemarin malem telepon aku"

Mereka berdua bersalaman. Cello melihatku dengan pandangan sedikit heran. Filly terlihat tidak nyaman. Dari tadi dia hanya diam saja. Bahkan dia sempat pamit pulang tapi kutahan.

"Er, lunch yuk. Laper nih. Pesawatku nanti jam 5. Biar ga mepet-mepet"

Aku mengangguk. Aku melihat Filly, tak tega meninggalkannya. Kupegang tangannya sembari menatapnya dengan tatapan "sorry".

"Aku pulang dulu ya. Have fun kalian"

Kata Filly kemudian memegang pundakku dan berjalan meninggalkan kami. Padahal aku ingin mengajaknya jalan bersama sampai keluar lobby.

-----------------------------------------------------------
Siang ini aku dan Cello makan di salah satu restoran ikan bakar favorit kami. Selesai makan kami masih menyempatkan mengobrol, lama rasanya tidak tertawa bersamanya.

"Udah berapa lama deket sama Filly?" tanyanya. Kulihat tatapan matanya sedikit tak suka. Pertanyaannya sedikit mengacaukan suasana

"Ehmm 2 bulan"

"Kayaknya dia bukan tipe-tipe temenmu deh"

"Dia baik"

"Baiknya gimana?"

"Dia yang berhasil buat aku ke gereja lagi setelah setahun. Dia yang ngeluluhin hati aku baikan sama papa"

"Dan yang buat kamu sering ngilang akhir-akhir ini?"

"Please, Cell. Aku bisa gila kamu posesifin terus. Gak cowok, gak cewek semua kamu curigain. Gimana aku bisa punya temen selain kamu kalo kayak gini"

Dia menggenggam tanganku. "Sorry. It's your birthday today and i don't want to make you sad. Sorry". Cello menatapku dengan tatapan yang membuat cewek-cewek di kampus mengidolakannya. Selalu begitu. Di saat aku marah entah kenapa tiba-tiba dia jadi sosok yang manis. Tapi kali ini tak mampu membuatku luluh sepenuhnya. Apa aku sudah terlalu kebal? Atau... entahlah. Di saat seperti ini aku malah memikirkan Filly. Sedang apa dia?

-----------------------------------------------------------
Sabtu. Hari ini jadwalku benar-benar kosong. Bangunku bahkan jam 11 siang. Saking bingungnya kalau bangun pagi pun ngapain, ga ada kerjaan. Setelah mandi aku berjalan ke dapur. Lapar. Kulihat masakan Mbak As. Kusebutkan satu-satu dalam hati. Sop ayam. Sosis goreng. Pakis. Aku teringat Filly. Dia suka pakis. Batinku. Dia sedang apa ya? 3 hari aku belum bertemu denganya. Tugas dan jadwal kuliah kami belakangan makin padat, maklum hampir uas banyak kelas tambahan. Sejak aku ulang tahun pun dia sedikit aneh. Chatku dibalas pendek-pendek. Kuambil tempat makan berwarna pink milikku, kumasukkan nasi, pakis dan beberapa sosis. Filly selalu senang jika aku membawakan bekal untuknya ke kampus. Makan menggunakan pink box milikku sweet katanya. Ada-ada saja. Aku bergegas ganti baju. Kuputuskan ke rumah Filly sekarang.

-----------------------------------------------------------
Kami duduk di sofa ruang tengah rumahnya. Tante Lia sedang keluar, tinggal kami berdua.

"Nih" kataku sambil membuka pink box. Dia tersenyum.

"Pakis!" Girang sekali. Apa tak ada makanan yang lebih enak, pikirku.

Dia bergegas menuju dapur. Mengambil sendok.

"Kok cuma satu? Aku juga belum makan"

"Aku suapin"

"Kayak bayi. Aku makan sendiri"

"Nggak, aku mau nyuapin"

Anak ini penyayang sekali. Ucapku dalam hati. Suap demi suap, begitu kunikmati. Sesekali aku memperhatikan wajah baby face-nya. Matanya. Hidungnya. Bibirnya. Shit! Jangan gila, Er!
Filly meletakkan pink box-ku di meja tanda makanan di dalamnya sudah habis. Filly menatapku.

"Aku buatin teh ya?"

Tak kujawab pertanyaannya. Kutatap mata besarnya, kemudian beralih ke bibir tipisnya. Aku berusaha mengontrol perasaanku tapi sepertinya otak dan tubuhku tidak sinkron. Otakku berkata jangan tapi aku malah mendekatkan bibirku ke bibirnya. Bibir kami bertemu. Cukup lama. Kulihat dia memejamkan mata. Tak ada permainan nafsu di sana. Aku tak ingin menyakitinya. Hanya menempel.
Tiba-tiba Filly memundurkan tubuhnya membuat ciuman pertama kami berakhir. Filly memalingkan wajahnya. Dia memunggungiku. Nafasnya naik turun. Perlahan dia membalikkan tubuhnya kembali ke arahku. Dia menatap mataku lekat. Dia masih diam. Aku menunggu kata-kata apa yang akan keluar dari mulutnya.

"Er, kita gak seharusnya..." katanya sedikit berkaca-kaca.

"Tapi kamu gak nolak" aku membela diri.

Filly tak menjawabku. Kaku. Canggung. Entah kata apa yang tepat menggambarkan diamnya kami berdua saat ini. Tak ada kata dalam beberapa menit.

"Maaf" aku memberanikan diri memecah keheningan.

Filly masih diam.

"Gak akan lagi" kataku menyesal.

"Aku ambil laptop ya. Kita nonton aja" katanya berusaha mengalihkan topik. Filly berjalan menuju kamar.

Bodoh! Aku membodoh-bodohkan diriku sendiri. Kalian berdua sejenis. Kamu mau seisi dunia menggamparmu? Menjijik-jijikkanmu? Gimana kalau Filly tiba-tiba marah dan gak mau berteman lagi denganmu? Memang kamu siap kehilangan dia? Aku memarahi diriku sendiri.

Filly keluar kamar membawa laptop. Memutar film bergenre komedi. Kami menonton sambil sesekali tertawa. Bibir tertawa tapi hati kami seakan ingin menangis. Apalagi cewek ber-Tuhan seperti dia. Dia pasti merasa sangat berdosa. Maafkan aku Fil. Kulihat dia tertawa dan mengajakku membahas film yang kami tonton. Sepertinya emosinya sudah mulai reda. Kuharap tak ada yang berubah dari kami setelah kejadian ini. Tapi apa mungkin? Rasanya aku ingin menghajar diriku sendiri atas kegilaan ini. Oh God!!!!

The First Girl I Love (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang