Treasure Our Time?

3.3K 251 18
                                    

December 2016
Filly loves me!
-----------------------------------------------------------

FILLY POV

Aku keluar gedung setelah resmi mendapat gelar Sarjana Ekonomi-ku, mencari dua sosok yang sejak pagi sibuk membantuku menyiapkan moment seumur hidup sekali ini. Tiba-tiba kurasakan tanganku ditarik.

"Duh, yo, sakit"

Rio melepaskan genggamannya menyadari kesakitanku.

"Sorry, sorry. Foto yuk di belakang sana"

Rio menunjuk suatu tempat yang membuatku mengerutkan alis.

"Di sana? Gak ada tempat yang lebih jelek lagi? Mama mana?"

"Udah, aku udah ijin sama budhe bentar. Aku bilang mau foto berdua sama kamu"

"Sumpah yo? Kok kamu mencurigakan sih?"

"Lusa kan kamu udah ke Rusia, aku bakal kangen berduaan, kangen pura-pura jadi pacar kamu"

Kami tertawa dan aku menurutinya. Dia memang sepupuku yang paling bisa diandalkan, paling mengerti aku. Apa salahnya menghabiskan waktu sebentar bersamanya. Rio melepaskan tanganku beberapa meter dari sebuah pohon besar berdaun lebat.

"Kita sepupuan udah berapa lama sih Fil?"

"Hah apaan sih yo, random banget hahaha. Umur kita sama-sama 22 tahun. Ya selama itu kamu jadi sepupuku"

"Ya lagi mendadak mellow aja, bakal jauh sama sepupu yang udah 22 tahun bareng"

"Aku bakal sering ngechat sama telepon kok. Gak usah baper gitu"

Aku menepuk-nepuk bahunya. Dia sedikit aneh, sebegitu galaunya aku tinggal?

"Erica gimana? Kamu gak pamit?"

Aku melepaskan tanganku dari bahunya. Melemparkan pandanganku pada lembaran biru di atas sana. Langit seakan melukis wajah seseorang yang begitu kurindukan.

"Pengen pamit, tapi..."

"Karena dia cewek dan kamu juga?"

"Kok pertanyaanmu jadi kemana-mana sih yo. Kita udah sering bahas itu ya. Sini HP-mu, katanya mau foto"

"Jawab dulu"

"Apalagi? Kan udah berkali-kali aku bilang"

"Masih cinta sama Erica?"

Aku menelan ludah. Mengehembuskan napas panjang. Hatiku rasanya ditikam, sakit sekali.

"Masih yo, selalu. Udah berbulan-bulan tapi perasaan itu gak pernah hilang"

Tak terasa mataku basah, aku memeluk Rio. Menyakiti Erica setengah tahun ini justru membuatku sendiri lebih tersiksa. Rio mengelus punggungku.

"Nangis aja, ungkapin apa yang kamu rasain sama aku. Biar lega"

"Makeup-ku entar luntur yo"

"Ah bego. Ngerusak suasana kan, lagi sweet gini"

"Kamu yang bego tanya-tanya gitu!"

"Hahaha seandainya kamu cowok, kamu bakal nembak Erica gak?"

"Kan, pertanyaannya. Ya pasti. Kenapa sih yo, harus kayak gini? Katanya cinta itu universal? Kenapa cinta itu gak berlaku buat aku sama Erica?"

Tangisku semakin menjadi. Aku mencengkram pinggang Rio. Besok lusa semuanya akan benar-benar selesai, membayangkannya aku seperti sudah mati rasa. Tak tau harus senang atau sedih. Ini akhir yang sudah aku pilih, seharusnya aku senang semuanya berakhir seperti keinginanku. Tapi aku malah membuang air mataku tanpa kuasa menahannya sedikit pun.

"Fil..."

Aku menangkap suara yang begitu kukenal, lembut tapi bergetar. Aku memandang sosok itu di hadapanku. Tak percaya dengan tangkapan mataku yang buram, aku mengusap air mataku, menyingkirkannya agar pandanganku lebih sempurna. Aku mematung, Rio melepaskan pelukannya.

-----------------------------------------------------------

Flashback

ERICA POV

Aku duduk di depan ruang dosen sambil memegang draf skripsiku. Membosankan sekali selama setengah tahun ini melalukan aktivitas buang-buang waktu, apalagi kalau bukan ngegembel seharian di kampus cuma buat nunggu bimbingan. Kurasakan kampus lebih ramai karena ada acara wisuda. Hari ini Filly wisuda, aku hanya sudah bertekad melupakannya, sudah berjanji pada Cello, aku tidak boleh bodoh mendatanginya kemudian perasaan itu kembali menikamku. Walau harus kuakui perasaan itu masih diam ditempat, tak bergeming sedikit pun.
Aku membaca hasil ketikanku semalam. Padahal semalam sudah kupastikan sempurna, ternyata masih banyak typo. Haish!

"Er..."

Aku melihat seseorang bersepatu pantofel di depanku. Kugerakkan kepalaku ke atas perlahan melihat celana kain hitamnya, kemeja bermotif batik, dan wajahnya yang putih dengan sedikit kumis tipis. Hah, holy shit! Lelaki ini!

"Sorry ganggu, ikut aku bentar bisa?"

Rasanya aku ingin memuntahkan seluruh isi perutku melihat sosok yang merebut Filly dariku ini. Dia mengajakku kemana? Untuk apa? Pamer kemesraan?

"Aku lagi nunggu dosen. Memangnya mau kemana?"

"Hari ini Filly kan wisuda, kamu ga ada niat nemui dia?"

"Aku udah ada janji sama dosen"

"Besok lusa dia udah ke Rusia. Gak pengen ngapain dulu gitu?"

Sekujur tubuhku rasanya terkena sengatan listrik. Ingin rasanya aku memeluk Filly memintanya jangan pergi. Tapi aku siapanya?

"Kamu ikut aku sekarang, please. Aku bakal buat kamu denger apa yang pengen kamu denger"

Hah? Maksudnya? Dia tiba-tiba menggenggam tanganku, sedikit menarik, tapi aku berusaha menahan tubuhku agar tidak berpindah dari kursi yang kududuki.

"Lepasin"

"Aku sepupunya"

"Hah? Apa?"

Drama apa lagi ini, kenapa semua membingungkan. Rio pacarnya, kenapa malah mengaku sepupunya?

"Udah ayo"

Kali ini tubuhku sebegitu mudahnya menurut perintah tangan Rio. Kubiarkan kakiku mengikuti langkah lelaki itu ke arah belakang gedung yang siap menjadi saksi bagaimana 500 wisudawan di dalamnya dilepas ke kehidupan sebenarnya itu.

"Tunggu sini. Diem di belakang pohon"

Flashback ends

-----------------------------------------------------------

FILLY POV

"Fil..."

Aku menangkap suara yang begitu kukenal, lembut tapi bergetar. Aku memandang sosok itu di hadapanku. Tak percaya dengan tangkapan mataku yang buram, aku mengusap air mataku, menyingkirkannya agar pandanganku lebih sempurna. Aku mematung, Rio melepaskan pelukannya.

"Sorry, Fil, tapi Erica berhak tau"

"Jahat banget, Yo!"

Aku memukul Rio sekeras yang aku bisa. Aku tak percaya dia menjebakku. Rio menggenggam tanganku.

"Sehari ini ijinin kamu ngerasain bahagia, Erica juga. Please lupain apapun, termasuk dosa. Sehari aja buat diri kamu sendiri bahagia, Fil. Sehari ini aja. God knows kok"

Rio menepuk pundakku kemudian meninggalkan aku dan Erica. Aku memutar memoriku, mengingat apa saja yang tadi kukatakan pada Rio yang pasti sudah didengar Erica. Oh God!

"Treasure your time, girls! And Er, she just said that she loves you! Hahaha"

Kudengar teriakan Rio dari jauh. Aku memejamkan mata. Rio tolol! Entah bagaimana menghadapi perempuan yang kurasakan berjalan mendekatiku itu. Jarak kami mulai menipis. Tolong aku Tuhan!

The First Girl I Love (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang