Chapter 6

3.9K 470 30
                                    

Sedari tadi hanya mondar-mandir yang bisa Jennie lakukan. Ia bingung harus bilang bagaimana dengan Yerin. Harus menelponnya atau mengirimnya pesan. Hanya dua kegiatan itu saja yang menghambat segala aktivitas Jennie di rumahnya.

"Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan anak ku?" tanya ibu Jennie yang pusing melihat anaknya yang sedari tadi hanya mondar-mandir seperti setrika tanpa tujuan yang jelas.

"Aku bingung, apa yang harus aku lakukan bu. Menelponnya atau mengirimnya sebuah pesan?"

"Untuk siapa? Untuk kekasih mu? Setau ayah kau tidak punya kekasih" kata ayahnya

"Bukan itu ayah. Ini soal yang tadi aku ceritakan tentang sahabat baruku itu. Yerin, Jung Yerin." ucap Jennie yang menghentikan kegiatan tidak berguna itu dan langsung duduk di sebelah ibu dan ayahnya.

"Yerin? Anak seorang pengusaha tekstil terkenal itu?" tanya ayahnya

"Iya, ayah benar. Apa ayah dan ibu ingat aku pernah bercerita pada saat aku masuk sekolah menengah pertama yang aku bilang aku ingin sekali berteman dengan anak yang bernama Jung Yerin. Tadi aku bertemunya di sekolah. Ia sedang membereskan barang-barangnya di loker kelas. Ia akan pindah sekolah ke Korea. Aku berbicara empat mata dengannya. Sebenarnya alasan ia mau berbicara dengan ku karna aku berteman dengan Denaya. Dia it--" ucapannya terpotong oleh ibunya.

"Denaya? Anak yang meninggal karna membunuh dirinya sendiri itu?" tanya ibunya.

"Ihh ibu jangan memotong pembicaraan ku. Iya benar. Yerin itu berteman dengan Denaya. Aku berteman ama Denaya karna ingin deket juga ama Yerin soalnya Yerin itu anaknya pendiam, ampe anak-anak kelasan waktu itu manggil dia 'Ice Princess' tapi aku lebih liat dia kayak mayat hidup gitu gegara warna kulitnya putih pucet gitu. Oke back to the topic. Aku ingin membantunya untuk mencari tempat pemakaman Denaya. Akhirnya dia mau tuh. Tau gak? Yang lebih bikin aku seneng lagi tuh gegara dia ngenalin aku ke Direktur Park, orang yang mengurusnya. Dia itu bilang aku bukan temen tapi sahabat. Padahal baru berapa menit aku ngobrol ama dia tapi dia udah bilang kalo aku sahabatnya. Nah sekarang aku kan udah tau dimana pemakamannya Denaya dari adiknya Denaya. Aku mau ngasih tau dia kalo aku udah tau. Tapi gimana caranya? Aku harus menelponnya atau memberinya pesan? Menurut ibu dan ayah apa yang harus aku lakukan?" kata Jennie panjang lebar menceritakan pengalamnya hari ini tanpa sedikit jeda.

"Sudah bicaranya?" tanya ayahnya.

"Kok gitu sih jawabannya?!" jawab Jennie kesal karna ayahnya menjawabnya dengan jawaban yang tidak ingin ia dengarkan.

"Habisnya ayah mau menjawab tapi kamu masih aja nyerocos kayak kereta"

"Jadi gimana nih? Apa yang harus aku lakukan?"

"Dia anaknya sibuk kan?" tanya ibunya

Jennie hanya menganggukan kepalanya.

"Coba saja kau kirimin ia pesan, jika ia membalasnya dengan cepat berarti ia sedang mempunyai waktu luang. Setelah itu baru kamu telpon dia" saran ayahnya

"Benar apa yang dikatakan ayah mu."

"Tapi apa yang akan aku ketik untuk mengirim pesan untuknya?"

"Apa kau sebodoh itu? Kau tinggal bilang 'Aku punya berita baik'. Setelah itu kirim. Sudah selesaikan. Sekarang lakukanlah!"

"Baiklah"

Akhirnya Jennie mengirim Yerin pesan dengan kata-kata yang ibunya katakan.

To : Jung Yerin
Aku punya berita baik
Send

"Sudah"

Tidak begitu lama ia mengirim pesan, masuklah sebuah panggilan dengan nama Yerin yang tertera di layar ponselnya.

Because of You +Taerin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang