Halo! Kembali dengan cerita saya :') yang mungkin bakal absurd ke depannya :'D Tenangg:3 ini bakal update ‘tiap hari’ kok :3 semoga senang ya sayangkuhh❤ jangan lupa voments yak!❤
Enjoy!
---
"Bang Azka, masih main Tamiya ya?" kataku sambil membawa boneka Barbie di tanganku.
"Kenapa?" tanyanya berhenti bermain. Bang Azka menoleh kepadaku.
"Temenin aku mainan Barbie yuk?" pintaku dengan nada memelas.
Bang Azka berdiri sambil mengulurkan tangannya, "Ayo, Abang temenin."
Aku menyodorkan boneka Barbie laki-laki kepadanya yang bernama Ken. Kami mulai bermain bersama-sama sambil berbagi tawa.
"Ken, mau ke mana?"
"Ken mau berangkat kerja dulu, Barbie."
"Ken, pulang lah. Jangan kayak papanya Santi yang jarang pulang dari kerja. Aku bingung, papanya Santi betah kerja di kantornya."
"Barbie, papanya Santi kan kerja buat beli baju buat kita."
Aku terbawa perasaan diriku sendiri hingga aku menangis. Papa semenjak kerja di Surabaya membuatku tidak pernah menjumpai Papa selain lebaran atau cuti akhir tahun. Selama ini, Bang Azka yang berani menggantikan sosok Papa untuk melindungiku.
"Tapi, Santi kangen papa." kataku sambil menangis.
"Santi jangan nangis ya, Papa pasti pulang untuk Mama, Abang, sama Santi. Jangan tangisi papa terus ya, papa kan lagi kerja buat sekolahnya Santi besok kan?"
Bang Azka selalu mengalah kepadaku di saat aku menangis tak mau kalah. Bang Azka memelukku untuk meredam tangisanku.
"Santi jangan nangis, nanti Abang ikutan nangis lho." katanya.
"Azka! Main yuk!" teriak segerombolan anak dari pintu rumah dengan iringan ketukan pintu.
"Bentar ya, Abang mau bukain pintu dulu ya. Udah, Santi jangan nangis ya."
Bang Azka keluar menuju pintu untuk menemui teman-temannya. Lalu, tak berapa lama Bang Azka mengambil pistol rakitan bambunya dan melirikku, "Ayo, Santi ikut Abang main sama temen-temen Abang."
"Main di mana, Bang?"
"Main di Lapangan. Main perang-perangan sama temen-temennya Abang."
"Nggak mau, Santi nggak suka jadi tentara."
"Sukanya jadi apa?"
"Santi suka jadi dokter."
Bang Azka menopang dagunya sambil berpikir, "Kamu jadi dokternya Abang kalau Abang nanti kena tembak. Gimana?"
Aku menganggukkan kepalaku dengan semangat, "Santi mau ambil mainan dokter-dokteran di kamar dulu ya?"
Bang Azka menganggukan kepalanya sambil menatapku tersenyum. Setelah aku mengambil mainan dokter-dokteranku, aku segera mengikuti langkah kaki Bang Azka dengan anak-anak yang lain. Bang Azka membantuku membawakan mainanku.
"Azka, kenapa sih bawa adikmu lagi?" tanya salah satu temannya.
"Kenapa?" tanya Bang Azka tegas.
"Kita kan nggak main sama anak cewek, Ka."
"Aku nggak bakal ikut main kalau Santi nggak ikut." tegasnya sambil berbalik memasuki rumah.
"Ya udah, tapi duduk aja ya."
"Dia dokterku."
"Pokoknya dia duduk!"
"Nggak, dia dokterku kalau aku terluka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Abang Kembali
General Fiction[COMPLETED] Abang itu si tukang suruh-suruh adiknya? Abang itu si jago bertengkar dengan adiknya? Atau Abang itu si tukang pembuat onar? Tiga cap jelek itu tidak sama sekali menjurus ke Bang Azka. Bagi Santi, Bang Azka adalah kakak yang menyenangkan...