PART 14

2.2K 176 20
                                    

Hola, nggak kerasa udah part 14 :') wkwkwk. Enjoy ya guyssss~

---

Bang Azka datang ke rumah sambil membawa dua bungkus makanan yang ia beli di sekitaran jalan. Kebetulan aku absen kerja karena merasa tidak enak badan. Bang Azka yang tahu aku sakit langsung mampir ke rumah. Aku merasa lemas dan badan rasanya pegal-pegal.

“Ncis, kamu sakit apa?” tanya Bang Azka memegang keningku. Wajahnya betul-betul khawatir sekali. Aku terduduk lemas di kursi sofa.

“Cuma masuk angin paling, Bang. Badanku rasanya juga pegal-pegal.”

“Abang mau tugas, kamunya malah sakit gini. Mana lagi besok Abang berangkat lagi.”

“Nggak apa-apa, Bang. Aku udah ada obatnya kok.”

“Meskipun ada obatnya, tapi tetep jaga kesehatan,” katanya, “Yuk, lah, Abang gendong sini ke kamar.” ia membopong tubuhku hati-hati dan membaringkannya di atas ranjangku. Ia menata selimutku dengan penuh perhatian.

“Bentar ya,” kata Bang Azka sambil berlari ke arah dapur. Ia membawa dua piring dan dua sendok serta membukakan bungkusan itu dan menyiram makanan itu dengan bumbu kacang, ia mengangkat piringnya dan sendoknya, “Ayo, ak!”

Aku melahap sesendok gado-gado itu sambil bersandar di sofa ruang tamu. Seperti anak kecil yang disuapi Ibunya.

“Kamu habis ngapain aja?” tanya Bang Azka.

“Kemarin aku berangkat-pulang bareng sama Dokter Andy naik motor. Pulangnya malem banget, apalagi Dokter Andy naik motornya kenceng banget. Jadinya, masuk angin sekarang.”

“Heran, ada ya dokter kena masuk angin.”

“Dokter tuh juga manusia, Bang.”

“Punya rasa, punya hati. Jangan samakan dengan pisau belati!”

Kami tertawa bersama-sama.

“Ngapain bareng sama Dokter Andy?” ia masih tetap menyuapiku.

“Kemarin mobilnya aku bawa ke bengkel mau benerin rem.”

“Ah, iya sih, remnya agak blong pas Abang coba kemarin.”

Ding ding..

Bang Azka menerima telepon. Ia segera meraih ponselnya dan melihat nama pemanggilnya. Ternyata Papa yang menelpon. Ia mengangkat telepon itu.

“Halo, iya ada apa, Pa? Wah, aku berangkat tugas besok. Nggak bisa kalau gitu. Pa, udah dibilang, ini jalan hidupnya Azka. Tenang aja deh, Azka bakal nikah kok! Terserah sih. Udah, ya, Azka lagi sibuk.” Bang Azka pun memutus jaringan teleponnya.

“Ada apa, Bang?” tanyaku. Bang Azka masih menyuapiku.

“Biasa. Papa mau jodoh-jodohin lagi,” Bang Azka menggeleng-gelengkan kepalanya, “Besok Papa sama Mama mampir ke rumah hari Sabtu sama Minggu. Kalau Papa atau Mama nanya tentang hubungan Abang, kamu jawab aja hubunganku sama Tanti.”

Aku terkejut, “Bukannya Abang nggak ada hubungan sama Mbak Tanti?”

“Di ada-adain lah.”

“Berarti bohong dong?”

“Boong tipis-tipis lah, bilang aja kalau Bang Azka lagi LDR-an sama Tanti. Tanti temennya SMA. Udah gitu aja. Jangan sampai beberin silsilah keluarganya dia.”

“Boongin orang tua itu dosa, Bang.”

“Abang tahu kalau bohong itu dosa. Tapi ini terpaksa.”

Ketika Abang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang