PART 2 sudah update! Enjoy! Jangan lupa voments yak!
---
Aku sudah mempersiapkan semuanya seperti Bang Azka pesankan. Sekarang, aku hanya duduk di rumah sendirian menunggu Bang Azka datang dari Mesnya. Aku sudah mempersiapkan dari setengah lima, dan tidak ada yang membantuku.
Maklum, aku di sini tinggal di rumah sendiri. Papa sekarang ditugaskan di Jakarta, Mama pun juga begitu. Semenjak aku kuliah di fakultas kedokteran di universitas negeri terkenal di Surabaya dan Abang masih pendidikan, orang tuaku menyuruhku untuk tinggal di rumah Surabaya. Tentu saja sendiri, Mama dan Papa mungkin sebulan sekali berusaha mampir ke rumah untuk menengokku di sini.
“Ncis, Abang dateng!” teriaknya dari gerbang rumah.
Aku langsung beranjak berdiri dan melihatnya dari jendela, Bang Azka mengenakan kaos polo berwarna putih dirangkap jaket kulit berwarna hitam, lalu ia mengenakan celana jins longgar. Ia sudah siap dengan penampilannya.
“Bawa apa aja ini? Penuh banget?” tanyanya terkejut.
“Go-Pro, DSLR, tripod, tongsis, kamera digital, polaroid, laptop—”
“Ah, nggak-nggak!” pangkasnya, “Kita tuh mau liburan, bukan mau bikin sinetron, Ncis!”
“Tapi, Bang, biasanya kalo aku liburan bawaannya gini, Bang. Buat vlog nanti.”
“Nggak! Nggak ada vlog-vlogan!” tegasnya, “Sekarang, keluarin laptop, DSLR, tripod, kamera digital, sama polaroid. Kita cuma bawa Go-Pro sama tongsis.”
“Lah, Bang, kita kan naik mobil ke sana.”
“Boncengan pake motor. Soalnya akses ke sana susah banget,” katanya, “Motornya Abang belum kamu jual kan?”
“Tuh di garasi. Kuncinya ada di bufet.” kataku sambil mengeluarkan semua kameraku agak sedikit dongkol.
“Nih, masukin bajunya Abang,” ia melemparkan kaos berwarna abu-abu dan celana jins panjang kepadaku, “Abang mau manasin mesin motor dulu.”
Setelah selesai, aku dan Bang Azka berangkat ke pantai Bolu-bolu. Kupastikan dulu rumah dalam keadaan terkunci, dan kami berangkat ke Pantai Bolu-bolu.
Selama perjalanan, Bang Azka mengebutkan motornya sendiri. Sepanjang perjalanan, kami bernyanyi-nyanyi lagu favorit kami. Lagu dari Sheila On 7 yang berjudul Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki. Lagu ini kami nobatkan menjadi lagu kebahagiaan kami.
“Bang, tau jalannya?” tanyaku seketika. Sudah lama Abang tidak pergi keluar kota dan aku takut kita malah nyasar nggak karuan.
“Apa gunanya aplikasi Maps di hapenya Abang, hm?” kilahnya.
Kami menempuh perjalanan panjang sehingga membuatku benar-benar kelelahan di perjalanan. Jalanan yang berliku-liku, di tepi jurang, aksesnya cukup susah sekali. Untung saja tidak membawa mobil, bakal ditaruh mana nanti mobilnya? Iya kan?
Sekitar jam 11 siang, kami tiba di Pantai Bolu-bolu. Pemandangannya menyenangkan sekali. Semua penatku terasa hilang seketika melihat pantai ini.
Tiba-tiba sebuah tangan melayang di pundakku. Tangan siapa lagi kalau bukan tangannya Bang Azka. Bang Azka tersenyum kepadaku dan mengacak-acak rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Abang Kembali
Ficção Geral[COMPLETED] Abang itu si tukang suruh-suruh adiknya? Abang itu si jago bertengkar dengan adiknya? Atau Abang itu si tukang pembuat onar? Tiga cap jelek itu tidak sama sekali menjurus ke Bang Azka. Bagi Santi, Bang Azka adalah kakak yang menyenangkan...