PART 8

2.3K 214 16
                                    

Halo :D selamat datang di cerita yang semakin lama (mungkin) semakin absurd :') enjoy!

---

Hari ini aku sedang jaga. Di bulan puasa begini, di saat-saat jaga, aku benar-benar tidak bisa tidur. Bang Azka pasti sudah tidur dan memimpikan Mbak Tanti sekarang.

Aku melihat ponselku bergetar di mejaku. Aku meraih teleponku dan melihat nama pemanggilnya, Mas Aryo, menelponku malam-malam begini.

“Hey, aku lagi di luar ruanganmu. Cepat keluar.”

Aku tersenyum sambil berdiri. Aku keluar dan bertemu Mas Aryo yang tengah duduk di ruang tunggu.

“Hey, Mas Aryo,” kataku menyapa Mas Aryo di sana, “Ada apa malem-malem ke sini, Mas?”

“Aku cuma mau kirim makanan,” katanya sambil mengulurkan nasi kotak padaku, “Kasihan kamu nanti bingung buat sahur.”

Aku menerima nasi kotak itu, “Makasih, Mas. Nggak perlu repot-repot lah, Mas. Kalaupun aku laper, bisa pesen online lah.”

“Apa yang enggak buat kamu sih, sayang?”

“Misi, Mas, Mbak, ruang dokter jaga di mana, ya?” tanya seseorang ojek online kepada kami.

“Oh, masuk aja, Mas. Cari siapa ya?”

“Pemesan atas nama Azka Setianegara ditujukan untuk Dr. Santi Swastika.”

“Oh, saya sendiri.”

“Ini pesanannya, Mbak.” ia memberikanku kantong plastik hitam yang isinya nasi kotak.

“Mas, udah bayar belum?”

“Sudah kok, Mbak.”

Mas Aryo kebingungan saat aku menerima makanan lagi. Aku merasa tak enak dengan Mas Aryo.

“Ya sudah, Mas mau jaga Mama dulu.” aku pun mengangguk.

“Makasih, makanannya, Mas.” ujarku agak sungkan.

Mas Aryo mengangguk dan berlalu.

Aku memasuki ruangan dengan dua kotak nasi. Bang Azka tahu kalau aku hari ini sedang jaga. Seperti biasanya, ia selalu mengirimiku makanan di tengah malam saat aku masih terjaga. Di sana tampak ada pesan di atas kotak makanan pemberian Bang Azka.

Enjoy the meal, sayang. Abang nggak mau adik Abang kelaparan di tengah malam. Bang Azka sayang sama Ncis! Selamat sahur!’

Aku mengernyit sambil tertawa. Ia selalu begini.

“Dokter Fuad, mau nasi goreng?” tanyaku kepada dokter Fuad.

“Wah, tahu aja kalau saya lagi laper.”

Aku memberikan kotak makanan pemberian Bang Azka. Aku benar-benar merasa tidak enak untuk ini. Ini lah sisi yang tidak kusuka kalau aku tak membicarakan terus terang kalau aku sudah punya pacar—Mas Aryo.

***

Aku sampai rumah sekitar jam sembilan pagi. Aku merasa sangat mengantuk dan lelah. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju teras rumah. Aku membuka pintu rumahku dan menutupnya.

Aku baru sadar kalau pintu rumahku tidak dalam terkunci. Padahal, kemarin aku mengunci rapat pintu rumahku. Aku terlonjak bingung mencari barang-barangku yang hilang. Tapi syukurlah tidak ada.

“Wah, dokter kecilku sudah datang!” seru seseorang sambil melipat kedua tangannya dan bersandar di ambang pintu dapur.

“B-Bang A-Azka?” kataku tergeragap.

Ketika Abang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang